"Jason, Eva, kalian tidurlah di kamar tamu yang telah disiapkan oleh pelayan rumah. Besok kita mengobrol lagi. Oya, kapan kalian kan pulang ke Pulau K?" tutur Nyonya Helena Cheng seusai temu keluarga besar Cheng."Lusa kami akan pulang, Ma. Besok rencananya kami akan mengunjungi kediaman keluarga Xin sekalian ketika kami di New York," jawab Jason sambil merangkul bahu Eva di koridor lantai dua.Maka Nyonya Helena pun berpesan, "Baiklah, serahkan titipan barang dariku untuk Tuan Besar dan Nyonya Besar Xin karena mereka tetaplah besanku, Nak! Sekarang beristirahatlah, kalian pasti lelah."Pasangan itu pun mengucap terima kasih lalu memasuki kamar tamu yang telah dipersiapkan pelayan kediaman Cheng. Ini adalah kali pertama Eva Xin menginap di rumah mertuanya pasca kisruh lenyapnya dia sejak malam pertama bersama Joshua dahulu."Jason, rumah keluargamu indah sekali. Aku malah baru melihat sebagian saja untuk pertama kalinya!" puji Eva Xin ketika memasuki kamar tidur tamu yang terkesan mew
"TING TONG!" "TING TONG!"Suara bel kamar hotel di lantai tujuh itu berbunyi di ujung pagi. Brenda Yin masih mengantuk, tetapi tombol bel itu terus saja dipencet oleh tamunya yang tak tahu adat."Sialan. Siapa sepagi ini mengganggu tidurku?! Hissh!" gerutu wanita muda yang seharusnya semalam menjalani malam romantis bersama suaminya. Namun, dia justru berakhir menonton film Dracin sendirian di kamar hotel ditemani menu room service yang dia pesan sekehendak hatinya untuk mengobati kekesalan yang menyeruak di dada seusai kepergian Joshua.Akhirnya Brenda Yin menyeret tubuhnya yang masih mengantuk ke pintu kamar hotel dan membukanya. "Lama sekali! Apa kau jadi menyewa gigolo semalam, hahh?!" sembur Joshua seraya menyeruak masuk masuk ke dalam kamar hotel 711 itu. Dia mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan. Namun, tak ada pria lain di sana. Hanya bertumpuk-tumpuk piring kotor yang berserakan di meja bundar dekat jendela."Apa maumu, Josh? Aku mau tidur sampai siang, semalam aku
Kedatangan pasangan pengantin baru di kediaman Cheng disambut dengan hangat oleh seisi keluarga besar. Terutama karena Joshua adalah anak emas kesayangan Tuan Winston Cheng yang menjadi pemimpin marga Cheng saat ini. "Brenda, bagaimana malam pertamamu? Pasti sangat berkesan ya, kau nampak kurang tidur!" tanya Vinolia Kwan, menantu sulung keluarga tersebut.Wanita muda dari keluarga Yin itu hanya bisa menyunggingkan senyum palsu di wajah cantiknya demi menjaga harga diri yang masih tersisa. Dia kurang tidur bukan karena sibuk bergumul semalaman di ranjang melainkan menonton marathon film drama Cina yang tayang di channel TV berlangganan di kamar hotel sendirian!"Ahh ... begitulah Kakak Ipar Kwan! Kau pasti tahu sendiri seperti apa malam pertama," jawab Brenda Yin malu-malu. "Joshua sangat tangguh penampilannya, dia juga terkenal playboy dulu. Gosip kencan panas bersama berbagai wanita tiada habisnya. Beruntung kau yang bisa mendapatkannya sebagai suami sahmu!" puji Roselyn Wu, kakak
"Hooekk ... hooeekk!" "Tuan Muda Cheng, apa Anda baik-baik saja?" tanya Lucas Wang dari bangku sebelah sopir dalam mobil sedan BMW yang melaju di jalanan kota New York.Joshua pucat pasi dengan tubuh gemetar, peluh membanjiri pori-pori kulitnya. Dia sangat benci serangan rasa mual tiba-tiba yang dialaminya setiap kali melihat anak-anak. Tadi ketika lampu merah menyala di persimpangan jalan, seorang wanita bule menggendong putra balita dan menyebrang zebra cross. Kebetulan dia melihat mereka dan langsung bereaksi mual hebat."Hmm ... sebelum ke mansion house di Queens, antarkan dulu aku ke rumah sakit New York Presbyterian langgananku!" titah Joshua ke asisten kepercayaannya. Dia tak bisa membiarkan kondisi buruk yang membuatnya nampak konyol ini."Baik, Master Joshua!" sahut Lucas Wang lalu berbicara mengarahkan sopir sesuai perintah bosnya. Pria itu mengingat-ingat apa yang dikatakan oleh Eva Xin tadi pagi ketika sarapan bersama keluarga besar Cheng. Perkataan itu seolah berputar d
Suara mobil berhenti disusul pintu mobil dibanting membuat Julia Ang bergegas bangkit dari sofa ruang tengah lalu menyongsong sosok yang ditunggu-tunggu sedari tadi sore olehnya. Memang benar yang muncul dari ambang pintu depan mansion house mewah itu tak lain adalah Joshua Cheng.Pria dengan setelan jas biru tua dengan kemeja dalam biru muda tersebut nampak gagah layaknya tuan muda konglomerat. Joshua terbiasa menyisir rambut model taper fade-nya yang trendy ke arah belakang. Tatapan mata Joshua berbinar hangat, dia merasa kerinduan yang aneh terhadap istri simpanannya itu."Hai, Julia Sayang. Maaf membuatmu lama menunggu, tadi aku ke rumah sakit sebentar. Apa kamu sudah makan?" sapa Joshua seraya memeluk dan mengecup bibir merah Julia Ang."Hai, Josh. Tidak apa-apa, aku memang belum lapar jadi sekalian saja menunggu kedatanganmu. Ayo kita menuju ke ruang makan saja!" ajak wanita cantik bergaun rumahan selutut warna pink pastel beraksen bordir bunga Tulip ungu dan merah. Ada tali pen
"Salam hormat, Paman Jason!" Seruan riuh disertai hormat pai dari keponakan-keponakan Eva Xin kepada suaminya sedikit membuat pria itu terkejut."Hai, kalian semua. Apa kabar? Ini serahkan bingkisan ini kepada nenek kalian!" jawab Jason Cheng berusaha ramah kepada remaja dan anak-anak dari keluarga besar istrinya itu. Dia tak mengerti kenapa disambut seperti publik figur terkenal saja.Salah seorang keponakan Eva yang bernama Michael Xin pun berkata, "Paman, bolehkah aku berfoto bersamamu? Aku akan memamerkannya ke teman-teman dekatku!""Ehh ... apa teman-temanmu akan mengenaliku, Mike?" tanya Jason menaikkan sebelah alisnya dengan ragu-ragu."Tentu saja, Paman Jason. Anda itu sering muncul di majalah bisnis internasional dan juga artikel ekonomi yang ada di internet. Teman-temanku tak percaya bahwa Anda adalah pamanku sampai aku bisa memperlihatkan foto kita berdua, ayolah kumohon!" tutur Michael Xin memelas.Akhirnya Jason pun mengiyakan permintaan keponakannya dan setelahnya kepona
"ASTAGA!" seru Jason ketika masuk ke dalam rumahnya. Beberapa orang pelayan rumah tergeletak tak sadarkan diri di lantai ruang tamu. "Periksa, ada apa dengan mereka!" titahnya.Segera para pengawal Jason dan Joel Yi memeriksa apa yang membuat para pelayan itu bergelimpangan serta memeriksa denyut nadi mereka. Kemudian Joel Yi berkata, "Ada dua yang tewas, Master Jason. Tiga orang masih bernapas. Sepertinya mereka dipagut ular berbisa, ada bekas sepasang lubang gigitan yang rapi di kulit!""Oohh ... Eva, jangan masuk ke dalam rumah!" sergah Jason ketika melihat istrinya mendekat ke arahnya bersama Ares. Dia pun berkata, "Malam ini lebih baik kita menginap di hotel saja, di rumah tak aman!"Eva Xin meraih lengan suaminya lalu menatap ke arah lantai ruang tamu. "Ada apa dengan mereka, Hubby?""Mereka digigit ular berbisa, dua orang tewas. Aku yakin ini bukan sekadar kebetulan saja. Sepertinya yang menjadi target adalah kita sebagai pemilik rumah!" jawab Jason menganalisa situasi. Joel Y
"Mister Liam Venison, saya dan istri menyukai rumah ini karena menghadap langsung ke arah Teluk Harapan. Kami akan membeli vila milik Anda. Jadi berapa harganya? Notaris kepercayaan saya akan menyelesaikan transaksi jual beli properti Anda ini!" ujar Jason seusai melihat-lihat sebuah townhouse tiga lantai bergaya baroq di tenggara pusat ibu kota Pulau K. Daerah itu disebut Kota Kepala Naga karena memang bentuknya yang menjorok ke arah laut mirip dengan moncong naga dilihat dari angkasa. Rumah berkonsep villa itu tak kalah mewah dari rumah lama milik Jason di ibu kota. Nilai lebihnya adalah tempatnya tenang seperti suasana di pedesaan yang minim hiruk pikuk aktivitas perekonomian."Satu setengah juta dolar, Master Jason. Harga yang pantas untuk sebuah villa bagus, bukan?" balas Tuan Liam Venison dengan optimis."Ahh ... jangan begitu, Sir. Saya ingin menawar satu juta dua ratus ribu dolar. Kalau Anda setuju maka kita akan selesaikan transaksinya, bagaimana?" tawar Jason dengan jeli, d