"Kawaguchi, ini Joshua Cheng. Setelah sekian lama aku membiarkan utang budimu tak terbalas. Kini, nampaknya aku akan membutuhkan bantuanmu!" tutur Joshua di teleponnya. Dia memandangi sosok dirinya di pantulan kaca wastafel kamar mandi kabin kapal pesiar mewahnya. Wajah tirus itu dipenuhi cambang tebal bersemak, matanya cekung karena gizi buruk selama di penjara Pulau K. Perasaan tak sukanya kepada Jason semakin menjadi-jadi."Halo, Master Joshua Cheng. Tentu, bantuan semacam apa yang Anda perlukan?" jawab Kawaguchi Takeda yang tinggal di Hokaido, Jepang."Aku ingin orangmu mencelakai sebuah keluarga di Pulau K. Detailnya akan kukirim lewat pesan setelah ini. Terima kasih atas kesediaanmu membantuku, jasamu tak akan kulupakan!" balas Joshua dengan seringai puas menghiasi wajahnya.Setelah menutup teleponnya ke Jepang, pria itu segera mengetik apa yang diinginkannya. "Mampus kau, Jason! Kali ini tak akan ada yang bisa membuktikan kecelakaan nanti adalah perintah dariku!" gumamnya jaha
Julia Ang sangat beruntung karena ketika dini hari itu dia menyelinap meninggalkan mansion mewah pemberian Joshua Cheng untuknya tersebut, para pengawal pria itu tengah terlelap di sofa ruang tengah dan ruang tamu. Mereka masih manusia biasa yang butuh istirahat setelah mengawal majikan mereka sepanjang hari bahkan terombang-ambing naik kapal berhari-hari di lautan. Wanita yang tengah hamil tiga bulan tersebut hanya menjinjing sebuah travel bag berukuran sedang tanpa membawa koper sama sekali dan sebuah tas wanita dikempitnya di ketiak. Segera Julia Ang berlari-lari kecil menyusuri bayang-bayang tanaman hias tinggi serta pepohonan di halaman depan mansion agar tidak ketahuan penjaga. Beruntung saat melewati pos satpam, pria tersebut tak ada di tempat. Kemungkinan sedang buang hajat di toilet, duga Julia Ang lega. Dengan hati-hati dia membuka pintu gerbang dengan kunci miliknya lalu memasang gembok lagi ke kait gerendel pintu gerbang.Langit masih gelap di atas kota Queens, New York.
"Brenda, kau sudah besar sekarang. Cantik sekali!" puji Tuan Winston Cheng ketika menemui sobat kentalnya bersama putri bungsu keturunan Grup Yin Zhen, tycoon yang bergerak di bisnis media di New York.Gadis berambut sepinggang bergelombang warna cokelat itu tersipu malu seraya menjawab sopan, "Paman Winston terlalu memujiku!""Charles, bagaimana rencana kita? Apa jadi Brenda menggantikan putri keluarga Xin itu? Eva sudah diperistri oleh Jason, adik kembar putra kesayanganku!" ujar Tuan Besar Cheng penuh harap. Baginya sebuah pernikahan dari pewaris Grup Cheng Yi East Star harus menjadi sebuah kerja sama yang menguntungkan.Dengan senyum lebar Charles Yin mengangguk-angguk yakin. "Kita tunggu saja kedatangan Joshua. Mereka berdua serasi masih sama-sama belia dan berkarir bagus di perusahaan masing-masing," jawabnya senang. Menjadi besan dari Grup Cheng Yi adalah impian sebagian besar grup konglomerat asal Cina yang menetap di Negri Paman Sam ini."TOK TOK TOK.""Masuk!" jawab Tuan Win
Kabar mengejutkan pernikahan pewaris dua grup konglomerat di New York yang sama-sama berasal dari Cina itu menjadi headline berita selama sehari penuh sebelum hari H pesta yang akan digelar di Brooklyn pasca pemberkatan pernikahan di katedral. "Cihh ... aku baru beberapa hari lalu kabur dari Joshua, sungguh mencengangkan dia sudah mau menikah lagi?!" gerutu Julia Ang di dalam kamar hotel Le Bleu yang ada di Fourth Avenue, Brooklyn. Ketika mengetahui lokasi resepsi ada di restoran taman yang terkenal di kota yang sama dengan posisinya saat ini, Julia Ang memiliki ide gila."Bagaimana kalau aku mengirimkan kado iseng sekotak kondom untuk mereka besok? Aku akan membungkusnya dengan rapi. Oya, hasil USG minggu lalu menunjukkan bahwa kehamilanku sehat, Joshua sebaiknya juga mengetahui darah dagingnya, bukan?" Julia Ang berbicara sendirian sembari menimbang-nimbang rencananya esok hari.Dia membuka galeri ponselnya dan memandangi foto Joshua dalam berbagai pose dengan setelan jas yang memb
Selepas kepergiaan Julia Ang dari Maison Premiere Garden Restaurant at Brooklyn, Joshua Cheng kembali melanjutkan perannya sebagai raja sehari dengan main cantik. Tak ada yang mencurigai statusnya yang telah menjadi suami Julia Ang sebelum menikahi Brenda Yin.Para tamu beserta keluarga besar Yin dan Cheng bersulang minuman French Champagne mahal di pesta pernikahan meriah Joshua Cheng dan Brenda Yin."Ganpei ... ganpei!" seru mereka sembari mendentingkan gelas serta menenggak isi cawan bertangkai panjang di tangan masing-masing.Tiba-tiba sesosok pria ditemani seorang wanita cantik bergaun gold yang panjangnya menyapu permukaan lantai begitu anggun bergabung ke pesta tersebut. "Selamat atas pernikahanmu, Kakakku Tersayang!" ucap sang pria yang berwajah bak pinang dibelah dua dengan mempelai pria."JASON!" ucap Joshua keras seraya menahan kata-kata makian kasar yang nyaris meluncur dari bibirnya. Amarah menggelegak dalam dadanya, dia juga menatap betapa cantiknya Eva Xin bak dewi turu
"Brenda, ini kamar kita malam ini. Apa perlu kubantu membukakan gaun pengantin yang kau kenakan?" ujar Joshua saat dia memasuki kamar 711 Hotel Le Bleu Brooklyn. Mempelai wanita itu kecewa karena ternyata tidak menghabiskan malam pertamanya di kamar pengantin yang telah didekorasi dengan begitu indah oleh saudara-saudarinya dari pihak keluarga Xin. Wajah cantiknya tak memancarkan binar kegembiraan yang sama seperti ketika meninggalkan rumah orang tuanya di pagi hari tadi. "Ya, tentu saja, Josh. Bukankah kita akan menjalani malam pertama sebagai suami istri?" sahut Brenda Yin berharap pria itu akan menjadi lebih lembut nanti setelah bercinta dengannya."Hmm ... apa kau masih virgin? Di New York ini komoditas wanita yang masih terjaga kesuciannya sedikit ... langka," tanya Joshua sembari menurunkan resleting punggung gaun putih bak pakaian putri raja itu.Brenda pun mencebik kesal di hadapan cermin wastafel kamar mandi hotel tersebut. Dia mendengkus lalu menjawab, "Mungkin ada baiknya
"Master Joshua?" Lucas Wang sedikit terkejut karena tuan mudanya yang seharusnya melewati malam pertama di hotel lain justru muncul di situ. Dia memang menjaga di dalam kamar hotel Julia Ang sejak siang."Di mana Julia?" tanya Joshua mengedarkan pandangannya ke sekeliling ruangan kamar deluxe king hotel Le Bleu itu.Lucas Wang pun menjawab, "Beliau sedang mandi, Sir. Mungkin sebentar lagi selesai!""Okay, keluarlah dan beristirahat, Lucas. Besok pagi aku akan kembali ke Kediaman Cheng bersama istri baruku. Ada Alvin Chan yang menjaganya di lantai tujuh, tenanglah!" titah Joshua yang segera dimengerti tanpa banyak bicara oleh asiten pribadi kepercayaannya tersebut.Maka Lucas Wang segera meninggalkan kamar nomor 515 itu sembari menghela napas. Tuan mudanya memang pemain wanita. Saat seharusnya berdua menyenangkan istri yang baru beberapa jam dinikahinya, justru Joshua menghampiri istri simpanannya. Setelah Lucas Wang menutup pintu kamar rapat-rapat, Joshua melangkah menuju ranjang yan
"Jason, Eva, kalian tidurlah di kamar tamu yang telah disiapkan oleh pelayan rumah. Besok kita mengobrol lagi. Oya, kapan kalian kan pulang ke Pulau K?" tutur Nyonya Helena Cheng seusai temu keluarga besar Cheng."Lusa kami akan pulang, Ma. Besok rencananya kami akan mengunjungi kediaman keluarga Xin sekalian ketika kami di New York," jawab Jason sambil merangkul bahu Eva di koridor lantai dua.Maka Nyonya Helena pun berpesan, "Baiklah, serahkan titipan barang dariku untuk Tuan Besar dan Nyonya Besar Xin karena mereka tetaplah besanku, Nak! Sekarang beristirahatlah, kalian pasti lelah."Pasangan itu pun mengucap terima kasih lalu memasuki kamar tamu yang telah dipersiapkan pelayan kediaman Cheng. Ini adalah kali pertama Eva Xin menginap di rumah mertuanya pasca kisruh lenyapnya dia sejak malam pertama bersama Joshua dahulu."Jason, rumah keluargamu indah sekali. Aku malah baru melihat sebagian saja untuk pertama kalinya!" puji Eva Xin ketika memasuki kamar tidur tamu yang terkesan mew