David tidak tega melanjutkan ucapannya. Dalam kasus seperti ini, sering kali operasinya telah berhasil, tetapi pasien belum tentu bisa siuman kembali. Kondisi Winda sangat lemah dan tubuhnya kesulitan untuk bertahan. David tidak bisa menjamin bahwa Winda akan sadar keesokan harinya.Bahkan jika terbangun, hidup Winda tidak akan bertahan lama. Tubuhnya sudah terlalu ringkih. Meski operasi berhasil, usianya tidak akan lama lagi. Untuk saat ini, yang menjadi kekhawatiran utama adalah apakah Winda masih bisa terbangun keesokan harinya.Livy memahami maksud tersirat dari penjelasan David. Jika neneknya bisa melewati malam ini dan sadar besok, harapannya untuk bertahan hidup akan lebih besar. Terdengar isakan tertahan dari Livy saat tubuhnya bersandar lemah ke dinding dan berusaha untuk tidak jatuh.Melihat kondisi tersebut, Preston segera merangkul bahu Livy dan memeluknya dengan erat."Besok adalah titik krusial. Semoga saja Bu Winda bisa melewatinya," ujar David sambil melirik jam tangann
"Bu, apa kita benar-benar harus sampai sekejam ini?" Stanley merasa gelisah. Sebenarnya, dia tidak terlibat dalam masalah ini. Ternyata alasan neneknya dibawa ke sanatorium bukanlah karena benar-benar sakit, melainkan itu adalah ide dari ibunya.Nora menyuruh nenek Stanley untuk menyelidiki kondisi Winda dan sengaja membuatnya syok dengan berita pernikahan Stanley dan Chloe. Bahkan, Nora juga menambahkan cerita bahwa Livy sudah putus asa hingga menjadi wanita simpanan dari pria kaya.Tadi pagi saat Stanley pergi menjemput neneknya, dia benar-benar tidak tahu tentang rencana ini. Nora sengaja merahasiakannya dari Stanley karena khawatir dia akan menghentikan mereka jika tahu."Livy sudah mengkhianatimu dan memanfaatkan pernikahannya dengan Preston untuk mencapai status tinggi. Pasti dia juga ingin menghancurkan hubunganmu dengan Chloe. Kalau dia nggak mau kamu bahagia, mana mungkin aku membiarkannya begitu saja?" ujar Nora dengan sengit."Kalau bukan karena ibunya, aku pasti bakal ngamb
Preston benar-benar duduk di sini untuk bekerja? Tanpa peralatan apa pun, dia duduk bersila di lantai dan bekerja dengan tenang.Saat itu, Preston menoleh ke arahnya dan berkata, "Dengan kondisimu sekarang, siapa tahu kapan kamu bisa pingsan. Sebagai suamimu, aku punya tanggung jawab untuk menjagamu dan segera memanggil bantuan kalau perlu."Ucapan itu membuat Livy merasa jantungnya berdebar kencang. "Sebagai suaminya ...." Padahal pernikahan mereka hanya sebatas pernikahan kontrak dan Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk memperhatikan keadaannya.Kalaupun Preston benar-benar tidak ingin Livy jatuh sakit karena membutuhkan bantuannya dalam berakting, dia bisa saja menugaskan orang lain untuk mengawasi Livy. Tidak perlu dia sendiri yang datang.Livy tidak mengerti mengapa Preston bersikeras untuk menemaninya secara langsung. Tentu saja, dia tidak ingin berangan-angan bahwa Preston mungkin menyukainya. Satu-satunya alasan yang bisa dia pikirkan adalah Preston mungkin ingin mem
Livy tertegun. Dia tidak menyangka Preston akan masuk pada saat seperti ini. Apa maksudnya? Secara refleks, Livy menoleh ke arah neneknya. Neneknya juga membuka mata melihat ke arah datangnya Preston.Dengan gugup, Livy segera memperkenalkan Preston kepada neneknya sebelum Preston sempat berbicara."Nenek, ini adalah presdir perusahaan kami, Pak Preston. Teman Pak Preston adalah wakil direktur di Rumah Sakit Sejahtera. Berkat bantuannya kali ini, dokter akan memberikan Nenek perawatan terbaik. Nenek tenang saja."Livy sangat menyadari bahwa tanpa koneksi Preston, neneknya tidak mungkin mendapatkan perawatan sebaik ini di Rumah Sakit Sejahtera. Dia telah melihat sisi kelam rumah sakit sebelumnya. Saat neneknya pertama kali jatuh sakit, mereka hanya bisa mendapat perawatan yang seadanya karena keterbatasan biaya dan harus melalui banyak kesulitan.Itulah sebabnya kondisi neneknya tidak pernah benar-benar pulih sepenuhnya sejak saat itu dan Livy selalu merasa bersalah karenanya.Ditambah
Dulu, ketika Nora menikah dengan Lucas, Keluarga Taslim hanya memiliki sebuah supermarket kecil. Setelah Nora meminjam dua miliar dari Helen, barulah Keluarga Taslim bisa memperluas usaha hingga berkembang seperti sekarang.Sebagai generasi muda, Livy merasa tidak pantas mempermasalahkan hal ini dengan Nora. Pada akhirnya, sahabatnya, Charlene, yang membantunya mengumpulkan biaya operasi neneknya. Meski berasal dari keluarga kaya, Charlene adalah anak dari hubungan di luar nikah. Dia sering diabaikan oleh ayahnya dan mendapat perlakuan tidak adil dari ibu tiri.Oleh karena itu, uang sakunya pun sangat terbatas. Namun, berkat tubuhnya yang tinggi semampai, Charlene mulai bekerja sebagai model komersial sejak masih mahasiswa. Dia menggunakan uang hasil tabungannya serta pinjaman dari teman-temannya untuk membantu Livy.Selama bertahun-tahun, Livy terus berusaha melunasi utangnya. Uang yang dipinjamkan oleh teman-teman Charlene sudah berhasil dia lunasi, tetapi uang yang dipinjam dari Cha
Livy tertegun sejenak. Dia mendapat kesan bahwa Liana tampaknya agak kesal terhadapnya.Livy segera menjelaskan, "Nenek Liana, setelah nenekku dipindahkan ke sini, aku mengalami beberapa masalah yang cukup rumit. Baru saat libur nasional kemarin, aku akhirnya bisa datang mengunjungi Nenek, tapi tiba-tiba saja terjadi hal buruk ....""Para perawat mengatakan Anda adalah saksi. Apa aku boleh minta bantuan Anda untuk menceritakan apa yang sebenarnya membuat nenekku mengalami syok?"Melihat sikap Livy yang sopan, Liana mengerutkan kening sedikit sebelum bangkit dan berbalik menghadapnya."Kak Winda itu orang baik. Aku bersahabat baik dengannya di sini. Kami jalan-jalan dan main catur bersama setiap hari. Dia sering bilang, kamu ini cucu yang baik. Katanya kamu bekerja di Grup Sandiaga dan berjuang agar dia bisa dirawat di sanatorium ini.""Tapi aku selalu merasa kamu menyembunyikan sesuatu darinya. Kebetulan, aku punya seorang keponakan yang bekerja di Grup Sandiaga. Dia bilang, nggak ada
Penjelasan Liana membuat Livy terkejut, seolah-olah disambar petir. Akhirnya dia mengetahui alasan neneknya mengalami syok. Selain itu, dia juga akhirnya tahu alasan mengapa dia bisa bertemu dengan Stanley di depan gerbang sanatorium tadi pagi.Ternyata, kedatangan Ratna ke sini untuk pemulihan hanyalah bagian dari sebuah rencana busuk! Mereka sengaja bersekongkol untuk menyakiti neneknya!Livy merasakan kebencian yang mendalam. Dia sudah sangat membenci Stanley karena telah meninggalkannya dan semua kedekatannya dengan Preston hanyalah untuk membuat Stanley merasa tidak nyaman dan marah. Namun, dia tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar hati nurani. Lantas, kenapa Keluarga Taslim bisa sekejam itu?Livy terkesiap hingga wajahnya memucat. Tubuhnya gemetaran dan hampir jatuh pingsan. Kondisinya tampak sangat mengkhawatirkan.Melihat hal itu, wajah Liana berubah cemas. "Kenapa kamu? Perlu kupanggilkan dokter? Wajahmu kelihatannya pucat sekali ....""Nggak perlu." Liana berkata den
Saat Livy membuka matanya lagi, hari sudah terang. Dia langsung duduk dan tersadar bahwa hari ini adalah hari pernikahan Stanley dan Chloe. Kemudian, dia bergegas turun dari ranjang. Saat baru saja hendak berlari keluar, dia mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka.Secara refleks, Livy langsung menoleh. Tak disangka, dia melihat Preston yang baru keluar dari kamar mandi. Untuk sesaat, dia tertegun dan tidak bisa berkata apa-apa."Setelah kamu pingsan semalam, David bilang kemungkinan kamu ada risiko bahaya. Sebagai keluarga, aku memutuskan untuk berjaga di sini," ujar Preston sambil berdeham dengan canggung.Sebenarnya, tidak ada keharusan bagi Preston untuk berjaga sepanjang malam. Meskipun Preston beralasan bahwa itu demi menjalankan peran sebagai "suami", dalam hatinya dia tahu ada sesuatu yang membuatnya khawatir akan Livy.Preston bahkan menghibur dirinya dengan mengatakan bahwa jika terjadi sesuatu pada Livy, dia tidak akan bisa memberi penjelasan kepada ayahnya.Tentu saj
Ekspresi Livy langsung berubah.Sylvia jelas bukan meminta untuk "dibantu", tetapi ingin Livy menggendong Sylvia yang beratnya hampir sama dengan dirinya ke dalam mobil! Selain itu, Livy sama sekali tidak berniat meremehkan Sylvia hanya karena kondisinya."Bukan begitu, Preston. Aku nggak pernah meremehkan Sylvia ...," jelas Livy dengan tergagap.Namun, entah apa yang dikatakan Preston di telepon, mata Sylvia yang sebelumnya memerah karena berpura-pura menangis, kini perlahan-lahan kembali cerah. Meski begitu, nadanya tetap terdengar tersedu-sedu."Preston, aku tahu. Kamu nggak perlu menghiburku. Demi kamu, aku nggak pernah menyesal. Tapi aku nggak ingin jadi beban siapa pun. Kalau kamu juga merasa aku merepotkan, aku nggak akan muncul lagi di hadapanmu."Tubuh Livy terasa dingin seketika. Dia mendengar percakapan Sylvia yang sengaja dibuat agar terdengar olehnya. Suara Preston terdengar jelas dan tegas dari telepon."Sylvia, kamu nggak akan pernah jadi beban bagiku. Jangan menangis la
"Kelilingi semua bagian saja, ya. Maaf merepotkan Bu Livy untuk mendorongku. Oh, ya, setelah selesai mengunjungi Grup Sandiaga, sore ini akum au jalan-jalan juga. Jadi, aku perlu Bu Livy menemaniku."Apa? Mau jalan-jalan pula?Livy tetap berusaha sabar dan mengingatkan dengan nada sopan, "Bu Sylvia, tugasku dari Pak Preston cuma menemanimu berkeliling Grup Sandiaga. Untuk jalan-jalan, kamu mungkin bisa mengajak teman atau sahabatmu."Sylvia tertawa kecil dengan nada menyindir, "Sepertinya aku tahu kenapa Bu Livy nggak bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Bahkan maksud tersirat dari atasan pun nggak bisa dipahami.""Maksud Preston adalah hari ini pekerjaanmu adalah menemaniku. Atau ... apakah aku perlu menelepon Preston sekarang untuk memastikannya?""Nggak perlu," jawab Livy cepat. Dia tahu, jika Sylvia benar-benar menelepon Preston, hasilnya hanya akan membuat Preston berpihak pada Sylvia. Jika itu terjadi, Livy hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.Dengan senyum terpaksa, Livy
Untuk sesaat, seisi ruangan itu sunyi senyap. Livy berdiri perlahan, pandangannya tanpa sadar tertuju pada kedua orang yang baru saja masuk. Tebersit rasa getir yang samar di dadanya."Preston, jadi ini departemen sekretaris, ya? Kelihatannya memang bagus." Suara Sylvia terdengar begitu lembut dan memikat hingga semua orang yang mendengarnya merasa tersentuh.Kalau saja Livy tidak tahu Sylvia pernah sengaja mencoreng namanya sebelumnya, mungkin dia juga akan menganggap Sylvia sebagai wanita yang anggun dan penuh kelembutan."Hmm, ada delapan orang di sini, mereka bertugas menangani berbagai urusan," jelas Preston dengan nada datar. "Apa ada tempat lain yang ingin kamu lihat?""Tentu saja ada," jawab Sylvia dengan senyuman manis. Dia berkedip lembut dengan tatapan yang tampak begitu pengertian."Aku sudah lama nggak kembali ke negara ini, jadi belum sempat benar-benar melihat-lihat Grup Sandiaga. Tapi aku tahu kamu sibuk, Preston. Aku nggak bisa terus merepotkanmu. Gimana kalau aku menc
Nicky, Stanley ….Preston tidak percaya bahwa Livy tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka!"Livy."Mendengar namanya tiba-tiba dipanggil Preston, Livy menoleh. "Ada apa?" tanyanya."Ada sesuatu yang sebaiknya kamu akui sendiri terlebih dulu." Tatapan Preston sangat tajam seolah-olah bisa menebak isi pikiran orang.Livy tiba-tiba merasa bersalah. Setelah memikirkannya dengan saksama sejenak, dia berkata dengan tulus, "Sayang, aku nggak mengerti apa maksudmu."Mau terus terang apaan? Dia tidak pernah melakukan apa pun sama sekali. Sebaliknya, justru Preston yang terus menerus berlari ke arah Sylvia. Meski mereka hanya dalam hubungan kontrak, bukankah Preston seharusnya memberitahunya?Setidaknya katakan bahwa hubungan mereka dengan Sylvia akan segera berakhir. Dengan begitu, Livy bisa segera menarik kembali perasaan yang seharusnya tidak dia miliki. Bukan seperti sekarang, terus terombang-ambing antara rasa sakit dan momen-momen kehangatan yang diberikan Preston.....Hari Senin t
Ekspresi Preston tetap dingin tanpa emosi. Namun, setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti menghujam tepat ke titik lemah Bahran.Pernikahan bisnis yang dulu dijalani Bahran dengan istrinya tidak dilandasi cinta. Selama bertahun-tahun, hubungan mereka hanya menghasilkan seorang putri.Meski demikian, latar belakang istrinya cukup kuat, sehingga dia memiliki watak yang keras dan sulit dihadapi. Setiap ulah Bahran di luar rumah selalu sampai ke telinganya, dan setiap kali hal itu terjadi, pasti diikuti oleh pertengkaran besar."Preston, kamu ini terlalu ikut campur!" Bahran yang merasa harga dirinya diinjak, mulai kehilangan kendali.Dengan nada penuh amarah, dia berkata, "Kenapa berpura-pura di depanku? Kamu dan Livy sama sekali nggak punya cinta yang sebenarnya! Aku cuma ngasih tahu Livy cara terbaik untuk mengamankan posisinya, yaitu dengan punya anak. Sama seperti ibumu dulu. Setidaknya, dia mendapatkan sesuatu, bukan?"Kata-kata itu langsung menyulut kemarahan Preston. Aura din
Chloe segera mengendalikan ekspresinya.Makan malam berlangsung cepat. Preston dan Tristan naik ke lantai dua untuk membahas sesuatu di ruang kerja. Livy tidak ingin terus berada bersama Keluarga Sandiaga, sehingga dia mencari alasan pergi ke taman belakang untuk menghirup udara segar."Livy, lagi menikmati bulan, ya?" Baru saja Livy menemukan tempat untuk duduk, suara Bahran tiba-tiba terdengar dari belakangnya.Livy menoleh dan mengangguk dengan canggung. "Iya, cuma sebentar saja. Kak, aku pamit dulu. Aku nggak mau mengganggu waktu Kakak.""Kenapa buru-buru?" Bahran menghalangi jalannya dengan langkah santai. Pandangannya yang tertuju pada Livy tampak penuh maksud tersembunyi, sementara senyum di wajahnya terlihat ramah. "Livy, yang tadi kubilang di depan Ayah itu semua benar, lho."Mata Livy segera memancarkan kewaspadaan. "Apa maksud Kakak?"Bahran melanjutkan, "Begini, jangan tertipu dengan kesan bahwa Preston nggak peduli sama wanita. Dia memang kelihatannya pria baik yang nggak
Hati Livy langsung tersentak. Apakah Chloe sudah tahu semuanya?Telapak tangannya mulai berkeringat. Livy khawatir Chloe akan mengungkap hubungannya dengan Stanley. Meskipun Stanley yang berselingkuh dan bersalah, dengan semua ucapan yang dilontarkan Chloe tadi, sulit untuk tidak membuat Keluarga Sandiaga memiliki persepsi buruk terhadapnya."Benaran aku kenal?" Melanie semakin bersemangat dan buru-buru bertanya, "Chloe, coba bilang sama Bibi, siapa sebenarnya wanita yang nggak tahu malu itu?"Tubuh Livy menjadi tegang dan pandangannya tertuju erat pada Chloe.Tebersit ejekan di mata Chloe. Dia memutar sedikit kata-katanya sebelum akhirnya tersenyum tipis."Aib keluarga nggak perlu diumbar. Wanita itu mungkin cuma terpikat karena Stanley terlalu luar biasa. Meskipun dia mencoba mendekat, Stanley nggak akan menginginkannya. Nggak usah dibahas lagi, buang waktu saja!""Oh, Chloe memang berbesar hati." Melanie tersenyum kecil."Kenapa kamu kelihatannya tegang sekali?" Suara dingin Preston
"Bahran!" bentak Tristan yang tidak tahan lagi mendengar ucapannya.Tristan mengayunkan tongkatnya ke arah Bahran dua kali, tetapi Bahran menghindar dengan cepat. Saking marahnya, Tristan mengentakkan tongkatnya dengan keras ke lantai sambil berkata, "Aku tahu seperti apa Preston itu! Kamu pikir semua orang seperti kamu yang bisa melakukan hal nggak tahu malu begini?"Bahran yang terus dimarahi oleh semua orang, wajahnya mulai memerah. Dengan nada gelisah, dia akhirnya membuka mulut."Ayah nggak boleh bilang gitu. Ayah sendiri juga sama saja, 'kan? Setelah nikah sama Ibu, Ayah tetap bersenang-senang di luar. Buah jatuh nggak jauh dari pohonnya. Aku bisa jadi begini juga karena niru Ayah ....""Kurang ajar!"Tristan benar-benar marah. Dia bangkit dari sofa dan menghantamkan tongkatnya ke arah Bahran dua kali dengan keras. "Suruh kamu pulang untuk makan sama-sama, bukan untuk bicara begini! Kalau kamu begini lagi, lain kali kamu nggak usah pulang lagi daripada aku mati kesal!""Sudah,
Sebelumnya Erick, sekarang Nicky. Jika hanya satu pria, Preston masih bisa memahaminya. Namun, sekarang ada begitu banyak pria yang bermunculan di sekitar Livy. Tidak mungkin jika mengatakan tidak ada masalah pada wanita ini.Namun, ucapan Preston bagaikan pisau tajam yang menikam hati Livy. Bibirnya sampai memucat. Lipstik sekalipun tidak bisa menutupi kepucatannya itu."Jadi, kamu rasa ini salahku? Kamu rasa aku yang nggak menjaga diri?""Aku cuma memperingatkanmu. Selama kontrak kita belum berakhir, sebaiknya jangan melakukan hal-hal yang melanggar moral. Mengenai Nicky ... dia cuma pengacara biasa. Kalau kamu masih diam-diam bertemu dengannya, aku bisa membuatnya kehilangan pekerjaan."Nada bicara dan ekspresi Preston sama dinginnya. Ini adalah ancaman yang terang-terangan. Livy tahu Preston bisa melakukan hal seperti itu. Erick adalah contoh pertama.Jika Preston bisa membuat Erick dipenjara, dia tentu tidak akan menunjukkan belas kasihan kepada Nicky. Livy tidak ingin Nicky menja