Malam ini ....Mungkin semuanya bisa selesai lebih cepat, sehingga Preston masih sempat ...."Jadi, aku mau diet," kata Livy sambil mengunyah perlahan.Padahal salad di hadapannya itu rendah kalori. Namun, dia hanya memakan dua suap sebelum meletakkannya kembali. "Aku nggak mau gemuk, jelek sekali."Di dunia ini, standar kecantikan yang ideal adalah kulit putih, tubuh langsing, dan ramping. Jika berat badannya terus bertambah, dia takut akan dianggap tidak menarik.Baru saja kalimat itu dilontarkan, tatapan Preston yang tajam langsung menusuknya. "Diet bisa merusak kesehatan, kamu nggak tahu itu? Cuma demi menjadi kurus, kamu mau mengabaikan kesehatanmu?"Nada bicara Preston seperti sedang menegur anak kecil yang keras kepala.Livy membuka mulut, tetapi tidak tahu harus berkata apa. Akhirnya, dengan suara pelan, dia membalas, "Tapi aku benar-benar gemuk. Lemakku banyak, jadi jelek.""Siapa yang bilang begitu?" Preston menatapnya dengan datar, tatapannya menyapu dari leher ke pinggang L
Menghadapi komentar sinis seperti itu, Livy merasa agak canggung. Dia tahu sedikit tentang kepribadian Fonds. Wanita itu terkenal dengan sifatnya yang tegas dan blak-blakan. Namun, dia memegang kendali atas setengah kekayaan Keluarga Darmawan.Oleh karena itu, meskipun Bahran tidak terlalu menyukainya, dia tetap harus menghormati Fonds demi keuntungan perusahaan dan hubungan antara Keluarga Sandiaga dan Keluarga Darmawan.Namun, Livy tidak pernah memprovokasi Fonds. Bahkan, ini adalah pertama kalinya mereka bertemu.Livy menggenggam gelasnya erat-erat. Dia mengangkat kepalanya dan membalas dengan suara yang tetap tenang, "Kak Fonds, aku nggak tahu apa maksudmu. Aku nggak terlalu pandai minum, takut kalau kebablasan aku akan mempermalukan diri sendiri. Jadi, aku memilih menggantinya dengan jus."Temperamen Fonds sangat terus terang. Mendengar ucapan Livy, dia jadi semakin tidak acuh. "Ternyata bukan cuma jago meniduri orang, tapi pandai bersilat lidah juga ya. Preston, seleramu benar-be
Tiba-tiba, layar besar di ruangan itu berubah.Di layar, sebuah video mulai diputar dan memperlihatkan wajah yang tidak asing. "Na ... nama saya Margo. Saya sudah bekerja untuk Pak Bahran selama bertahun-tahun. Beberapa hari yang lalu, Pak Bahran memerintahkan saya untuk menjebak istri Pak Preston karena dia nggak suka sama mereka.""Saya ... saya mengaku salah, saya benar-benar salah .... Selain itu, saya juga tahu bahwa Pak Bahran sudah tidur dengan tiga aktris utama dari proyek besar tahun ini. Semuanya adalah hasil kerja saya! Saya punya bukti, tolong lepaskan saya, tolong lepaskan saya!"Video itu terus diputar berulang-ulang dengan suara keras sehingga menarik perhatian seluruh tamu di ruangan. Semua orang sontak terkejut.Bahran adalah orang pertama yang bereaksi. Dengan wajah panik, dia berteriak histeris, "Siapa yang putar ini? Siapa yang melakukan ini? Matikan! Cepat matikan videonya!"Setelah itu, Fonds langsung bereaksi. Dengan amarah membara, dia melepaskan sepatu hak ting
Tadinya Bahran ditahan oleh Fonds. Namun, entah dari mana dia mendapatkan kekuatan untuk melepaskan diri dari Fonds dan menyerbu ke hadapan Preston sambil berteriak."Kamu sengaja mau permainkan aku, 'kan? Aku sudah curiga sejak kapan kamu sebaik ini mau datang ke pesta ulang tahunku. Ternyata kamu rencanain semua ini!"Sambil berbicara, Bahran mengangkat tinjunya hendak memukul Preston.Namun, dengan kondisinya yang sudah lemah karena gaya hidup yang berlebihan, kekuatannya jelas tidak sebanding dengan Preston. Preston dengan mudah menghindari serangannya, bahkan sempat membuat Bahran tersandung hingga jatuh tersungkur ke lantai."Dasar anak haram, seharusnya dulu aku nggak ...." Bahran mencoba melanjutkan caciannya, tetapi suaranya langsung terpotong oleh suara berat dan berwibawa yang menggema di ruangan itu."Sudah cukup ributnya? Apa kamu masih nggak cukup malu?!"....Keributan yang terjadi terhenti seketika setelah Tristan muncul. Namun, masalah ini belum selesai. Setelah tamu-t
Mata Tristan penuh dengan kekecewaan. Dia melambaikan tangannya dengan lemah, kemudian mengalihkan pandangannya ke Livy. "Livy, kamu cerita sama aku. Apa yang sebenarnya terjadi dengan Bahran yang mencoba menyakitimu?"Livy yang telah berdiri diam cukup lama di sudut, terkejut ketika tiba-tiba dipanggil. Dia tersentak dari lamunannya dan di sisinya, Preston menepuk tangannya dengan lembut. "Jangan takut, aku ada di sini."Kata-kata Preston itu memberi Livy keberanian yang sangat besar. Semua ketidakadilan yang dia alami dari Bahran, saat ini adalah momen untuk mendapatkan pembelaan dan keadilan.Livy menarik napas panjang dan mulai menjelaskan, "Beberapa waktu lalu, Kak Bahran mencoba melecehkanku. Setelah aku menolaknya, dia menyuruh anak buahnya untuk menculikku. Kalau saja Preston nggak datang tepat waktu, mungkin aku sudah ....""Dasar bajingan!"Tristan langsung naik pitam saat mendengar penjelasan Livy. Amarahnya memuncak dan dia mengayunkan tongkatnya dengan keras untuk memukul
Kata-kata Bahran yang penuh pemberontakan membuat suasana di ruangan itu mendadak sunyi.Wajah Tristan berubah menjadi merah padam dan dia hampir kehabisan napas karena marah. Di sisi lain, Melanie juga mengerutkan alisnya dengan tegas, lalu menegur, "Bahran, kamu ngomong apaan? Cepat minta maaf sama Ayah!""Apa yang kukatakan itu bukan kenyataan?" Bahran mendengus dingin, lalu menatap ke arah Tristan, "Ayah, kejadiannya sudah begini, aku beberkan saja semua yang ingin kukatakan."Mungkin karena tekanan hari itu sudah mencapai batasnya, Bahran tidak lagi peduli untuk menjaga citranya. Dengan wajah dingin, dia menatap Tristan dan mulai menuduhnya."Ayah, kalau bukan karena kamu menyelingkuhi ibuku waktu itu, aku sudah jadi putra satu-satunya di Keluarga Sandiaga! Aku tahu kemampuanku memang nggak sehebat Preston selama ini. Tapi, tanyakan pada dirimu sendiri. Sebelum Preston pulang dulu, bukankah aku juga selalu berusaha keras setiap hari?""Tapi, apa hasilnya? Begitu Preston pulang, ka
Namun hari ini, luka lamanya kembali dibuka dengan kejam. Livy menoleh pada Preston dengan hati-hati sambil mengalihkan pembicaraan dengan santai."Sayang, menurutku Kak Fonds sebenarnya lumayan juga. Waktu memarahiku tadi dia memang galak, tapi itu karena kepribadiannya yang terus terang dan nggak suka memendam sesuatu.""Ya, Keluarga Darmawan memang bukan keluarga kaya lama, mereka memulai semuanya dari nol. Waktu Fonds masih kecil, ayahnya pernah jadi pemotong hewan di pasar." Nada bicara Preston sangat santai, tidak terkesan aneh sama sekali.Namun, Livy bisa merasakan ada yang tidak beres dari ekspresi kecil Preston. Preston tidak bisa mengabaikannya sepenuhnya. Hanya saja, dia tidak ingin mengungkitnya lagi dan Livy juga tidak menanyakan lebih jauh.Mengikuti alur topik pembicaraan Preston, Livy menanyakan dengan penuh minat, "Lalu gimana setelahnya? Gimana Keluarga Darmawan bisa jadi seperti sekarang ini?""Ayah Fonds dulu punya beberapa rumah di desa. Ketika daerah itu mengalam
Ketika Livy masuk, dia tidak menutup pintu sepenuhnya, menyisakan celah kecil.Di luar, setelah mendengar suara Tristan, pria itu mendorong pintu, memperlihatkan wajahnya yang dingin dan tegas. Kenapa Preston malah menguping ....Pikiran Tristan dan Livy sejalan. Dengan nada sedikit jengkel, Tristan menyindir, "Kamu nggak percaya sama ayahmu atau nggak percaya sama istrimu?""Dua-duanya," jawab Preston sambil melangkah masuk dengan langkah besar. Dia mengambil termometer tembak dan mengukur suhu di dahi Tristan. "Nanti malam aku akan panggil dokter keluarga untuk memeriksa kesehatanmu."Bagaimanapun, usia Tristan sudah lanjut, ditambah lagi hari ini dia mengalami pukulan besar. Jika tidak hati-hati menjaga kesehatannya, masalah bisa muncul."Sudah, sudah, aku tahu kondisi tubuhku sendiri. Memang lagi kesal, tapi nggak ada masalah serius. Jangan khawatir, tubuhku ini masih kuat kok. Sebelum melihat kalian, terutama kamu dan Livy, memberiku cucu kecil, aku pasti akan bertahan," kata Tris
Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan
Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge
Hesti mencengkeram tangan Livy dengan begitu bersemangat sampai meninggalkan bekas.Livy yang merasa lucu menepuk tangan Hesti dan berkata, "Aku juga nggak begitu yakin. Tapi, dia sepertinya hanya ingin keluar untuk bersantai, kita pura-pura nggak mengenalnya saja.""Benar! Sebagai penggemar yang baik, kita nggak boleh mengganggu idola," kata Hesti yang berusaha menahan kegembiraannya. Namun, saat memesan makanan, dia tetap terus menatap Ryan dan tidak berkedip sedikit pun. Setelah selesai memesan makanan, dia memilih meja yang sangat dekat dan terus menatap Ryan."Livy, bolehkah ... aku foto sekali saja? Aku benar-benar sangat senang, aku janji hanya satu foto saja," kata Hesti, lalu diam-diam mengeluarkan ponselnya.Namun, begitu kamera diarahkan pada Ryan, dua pengawal sudah mendekat dari kejauhan. Pada saat yang bersamaan, kilatan kamera ponsel pun menyala dan terlihat begitu jelas di tengah kegelapan malam. Restoran bakaran yang memang sepi tiba-tiba dikepung oleh dua pengawal yan
Livy terlihat bingung, tidak mengerti apa maksud perkataan Sherly. Dia ingin mengusir Sherly? Sejak kapan dia melakukan hal ini?Livy mengernyitkan alis dan menjawab, "Bu Sherly, aku nggak mengerti apa yang kamu katakan."Sherly langsung berkata, "Livy, soal malam itu, sebenarnya aku juga terpaksa. Itu semua karena Gavin tertarik padamu. Dia bilang ada seorang wanita cantik dari Grup Sandiaga di pesta itu, jadi dia menyuruhku pergi ke pesta itu untuk memberimu obat.""Aku benar-benar nggak punya pilihan, aku juga nggak bisa menyinggungnya. Aku minta maaf, aku mohon padamu. Aku rela kehilangan posisiku, aku akan menyerahkan posisiku padamu ...."Cara bicara Sherly makin kacau dan bahkan terus memohon dengan nada yang sangat putus asa, membuat Livy langsung tidak tahu bagaimana harus merespons. Meskipun pada akhirnya dia baik-baik saja, dia tetap merasa perbuatan Sherly padanya sungguh keterlaluan. Dia sulit untuk memaafkan Sherly tanpa perasaan dendam sedikit pun.Selain itu, Livy juga
Melihat Hesti masih terus sibuk bergosip, Livy tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia juga tidak mungkin mengaku wanita yang dirumorkan sakit-sakitan adalah dia sendiri. "Aku nggak terlalu memperhatikan."Hesti menganggukkan kepala dengan kecewa. "Baiklah. Aduh. Aku sebenarnya sangat penasaran wanita seperti apa yang bisa menaklukkan Pak Preston, dia pasti sangat luar biasa."Livy berpikir sebenarnya tidak juga, dia hanya seorang wanita biasa saja.Setelah mengobrol dengan Hesti sebentar lagi, Livy kembali ke mejanya. Namun, entah mengapa, sikap rekan-rekan kerjanya sepertinya jauh lebih ramah dibandingkan sebelumnya. Dia juga tidak mendapatkan tugas-tugas aneh dan disuruh membeli kopi lagi, bahkan Darren juga memberikannya beberapa dokumen secara khusus."Livy, ini daftar mitra bisnis yang sering bekerja sama dengan Grup Sandiaga, aku berencana membawamu bertemu dengan mereka nanti. Tapi, mereka ini hanya mitra kecil. Kalau mitra yang besar, kamu juga tahu mereka sudah ditangani mas
Suka? Suka siapa? Suka Preston? Pikiran Livy langsung menjadi kacau.Namun, saat melihat tatapan Preston yang sulit ditebak maksudnya, Livy langsung menggelengkan kepala sambil menggigit bibirnya dan segera memalingkan kepalanya. "Sayang, aku nggak mengerti apa yang kamu katakan. Siapa pun pasti akan menyukai wajahmu yang begitu tampan ini, suka melihat wajahmu."Bagaimanapun juga, tidak banyak wanita yang sanggup menolak wajah tampan seperti ini."Yang aku maksud bukan hanya wajahku saja," kata Preston sambil mencengkeram bahu Livy untuk memaksa Livy terus menatapnya. Jika tidak menyukainya, Livy tidak mungkin akan bereaksi seperti ini."Livy, apa kamu punya perasaan lain padaku?" tanya Preston lagi dengan penuh tekanan.Livy membuka mulutnya, tetapi dia merasa sangat gelisah sampai tidak tahu harus bagaimana menjawab. Dia memang menyukai Preston, tetapi Preston sudah menegaskan sejak awal bahwa hubungan mereka hanya saling menguntungkan saja. Jika Preston tahu perasaannya yang sebena
Tanpa mempertimbangkan sudah berapa banyak nyawa yang telah dihabisi Gavin dan hanya bagi Livy sendiri saja, Gavin adalah pria yang hampir saja merenggut nyawanya."Aku nggak begitu mengerti urusan seperti ini. Sayang, kamu saja yang menanganinya," kata Livy yang tidak mungkin memaafkan Gavin begitu saja di depan Fabian. Menurutnya, pilihan terbaik adalah menyerahkan masalah ini pada Preston."Pak Preston, aku mohon padamu. Anakku memang bersalah. Tenang saja, aku akan membuangnya ke luar negeri dan nggak akan kembali mengganggumu selama sepuluh tahun ke depan. Bisakah kamu memaafkan Keluarga Soedjono dan mengampuni nyawanya?" kata Fabian yang terus memohon pada Preston dengan air mata mengalir di wajahnya, menunjukkan dirinya adalah ayah yang baik.Namun, Preston hanya menatap Fabian dengan dingin dan berkata dengan cuek, "Pak Fabian, manusia nggak boleh serakah. Antara Keluarga Soedjono atau Gavin, kamu harus memilih salah satu."Fabian langsung tertegun sejenak, lalu menoleh ke arah
Setelah diam-diam melirik Preston, Livy meneguk habis dua gelas air dingin dan mengganti filmnya dengan tegas.Preston langsung menatap Livy dan berkata, "Kenapa? Filmnya masih belum berakhir."Livy berkata dengan canggung, "Aku tiba-tiba nggak ingin menontonnya lagi. Sayang, bagaimana kalau kita jalan-jalan di luar?"Saat ini, cuaca di luar sangat dingin. Livy tidak percaya sisa obat yang terakhir ini akan membuatnya terangsang lagi setelah terkena angin dingin.Namun, begitu mendengar perkataan itu, Preston langsung menatap Livy dengan ambigu. "Sepertinya semalam kamu masih belum lelah, jadi sekarang masih punya tenaga untuk jalan-jalan."Livy berpikir bagaimana mungkin dan secara refleks menggigil. Meskipun Preston tidak lelah setelah berhubungan selama dua hari berturut-turut, kakinya sudah gemetar. Namun, justru karena begitu, dia baru merasa tubuhnya tidak kuat dan ingin jalan-jalan di luar. "Aku hanya merasa terlalu pengap di rumah. Sayang, bagaimana kalau aku pergi jalan-jalan
"Mengadu apa?" Livy tertegun. Dia hanya merasa bahwa Preston pasti salah paham lagi."Aku nggak tahu apa yang kamu salah pahami kali ini, tapi aku sama sekali nggak mengatakan apa pun pada Ayah. Kalau kamu nggak percaya, ada rekaman di ruang tamu. Kamu bisa memeriksanya!"Meskipun Livy sudah terbiasa dengan kenyataan bahwa Preston sering salah paham padanya, saat mengatakan ini, dia tetap ingin menangis.Matanya memerah, tetapi dia tetap menatap Preston dengan keras kepala. Bibir merahnya sedikit bergetar, lalu air mata mulai jatuh.Melihat itu, Preston merasa gusar. Dengan kesal, dia menghapus air mata di sudut mata Livy dan menggerutu, "Kenapa kamu cengeng sekali? Kamu ini terbuat dari air atau apa?""Bukan begitu." Livy menggeleng dengan cepat, tetapi wajahnya masih ditahan oleh tangan Preston. Jari-jari kasar pria itu menyapu sudut matanya."Kamu yang selalu salah paham padaku." Suaranya terisak karena menangis. Dia terdengar seperti kelinci kecil yang sedang ditindas, membuat siap