แชร์

Bab 181

ผู้เขียน: Dania Zahra
Penampilan Stanley agak berantakan. Dari dekat, tercium bau alkohol yang menusuk. Selain itu, ada lebam di sudut bibirnya.

Di sampingnya adalah Nicky yang terlihat murka. Apa mereka berdua bertengkar? Lebih tepatnya, apa mereka berkelahi?

Livy agak bingung. Ini karena Stanley dan Nicky adalah teman dekat. Masa mereka bertengkar? Ada konflik apa di antara mereka?

"Apa ada urusan?" Livy tidak ingin banyak bicara dengan Stanley. Dia hanya menatapnya dengan dingin.

Stanley menarik Nicky dan mulai tertawa. "Livy, kamu nggak tahu, 'kan? Kamu anggap Nicky teman, tapi dia ...."

Sebelum Stanley selesai bicara, Nicky langsung menyela dan terlihat cemas. "Livy, kamu nggak apa-apa, 'kan? Kamu beli obat apa?"

Livy kaget dan tanpa sadar ingin menyembunyikan obat yang baru dibelinya. Namun, gerakan tangan Stanley lebih cepat. Dia langsung merampasnya.

Ketika tarik-menarik itu, beberapa kotak obat jatuh dan berhamburan di lantai. "Obat kontrasepsi?"

Stanley sudah terbiasa melihat obat seperti itu. Liv
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป
บทที่ถูกล็อก

บทที่เกี่ยวข้อง

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 182

    "Bukan begitu, kami cuma teman." Livy mengamati ekspresi Preston dengan hati-hati, lalu menambahkan, "Tadi waktu beli obat, aku ketemu dia. Kami ngobrol sebentar. Cuma teman biasa kok. Dia telepon juga cuma buat ngobrol, makanya aku nggak angkat dulu."Livy hanya bisa memberi penjelasan seperti itu. Nicky pria yang baik. Livy akan meneleponnya lagi nanti dan menjelaskan bahwa dia ada urusan.Kini, hubungan Livy dengan Preston sudah membaik. Livy tidak ingin masalah kecil seperti ini membuat hubungan mereka merenggang lagi."Heh, teman pria ya? Temanmu banyak juga ya." Preston sepertinya menyindir. Suaranya terdengar kurang baik. "Livy, aku harap kamu ingat sekarang kamu adalah istriku. Jauhi orang-orang nggak jelas itu."Livy mengerutkan dahinya dan tanpa sadar membantah, "Pak Preston, aku tahu kamu berprasangka buruk tentangku. Tapi, Nicky temanku. Kuharap kamu nggak bicara begitu tentang dia. Dia berbeda dari Erick. Kami cuma teman biasa, teman yang nggak ada hubungan istimewa."Pres

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 183

    Sementara itu, Zoey tidak tahu bahwa pekerjaannya itu didapat karena bantuan Livy. Dia mengira karena Preston tertarik lagi padanya.Seminggu setelah tahu dirinya diterima di departemen sekretaris, Zoey terus berpikir bagaimana dia harus berdandan dan berpakaian pada hari kerjanya.Zoey membeli banyak sekali pakaian dan perhiasan. Rivano memperhatikan pakaian yang dibelinya dan notifikasi bank yang terus masuk. Dia akhirnya mengingatkan dengan serius, "Zoey, kamu bakal kerja. Ngapain beli barang bermerek sebanyak itu?"Kondisi keuangan mereka sedang tidak baik. Rivano tidak bisa membiarkan Zoey menghamburkan uang seperti ini."Ayah, kamu nggak ngerti! Kali ini aku diterima di departemen sekretaris. Setiap hari aku bisa ketemu Preston. Aku bisa balik kerja pasti karena perintah Preston. Dia pasti suka sama aku!"Ekspresi Zoey tampak semakin bersemangat. Dia menarik tangan Kristin dan mulai membayangkan masa depannya. "Kalau aku bisa jadi istri Preston, kalian bakal hidup dalam kemewahan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 184

    Livy agak terkejut. Preston sedang membahas tentang informasi rahasia Grup Sandiaga. Biasanya, hanya orang-orang penting yang bisa mendengarkan isi rapat seperti itu.Sementara itu, Livy hanya seorang sekretaris biasa. Apa Preston yakin akan memercayakan hal ini kepadanya?Ketika Livy masih ragu-ragu, Preston sudah menyerahkan laptop lain kepadanya. "Kamu mau naik jabatan, 'kan? Tunjukkan kemampuanmu dong."Rapat ini dalam bahasa asing. Livy harus membuat catatan rapat. Jelas sangat menguji kemampuan. Livy tahu ini tidak gampang, tetapi demi kenaikan jabatan dan gaji, dia tidak bisa mencemaskan hal lain.Livy fokus mendengarkan isi rapat sambil mencatat poin-poin penting. Sejam kemudian, rapat pun selesai. Kepala Livy terasa sedikit pusing.Livy berniat menyusun ulang catatannya dan menyerahkannya kepada Preston, tetapi tiba-tiba telapak tangan besar Preston memijat pelipisnya.Tekanannya tidak terlalu berat, tetapi cukup untuk meredakan kelelahan Livy. Livy agak terkejut, "Pak ....""

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 185

    "I ... ini terlalu banyak." Livy merasa agak malu untuk menerimanya. Dia hanya bercanda tadi. Dia rela bekerja lembur tanpa dibayar.Preston meraih pinggang ramping Livy dengan tenang. Livy menoleh dan langsung bertemu dengan mata gelap Preston yang dalam. Hasrat yang kuat terpancar dari mata pria itu, membuat suhu ruangan terasa semakin panas."Nanti malam kita lembur lagi," gumam Preston.Sebelum Livy sempat berpikir lebih jauh, bibirnya sudah dicium dengan ganas oleh Preston. Pria itu menempel erat padanya. Tangannya yang besar terus mengelus pinggangnya, lalu akhirnya masuk ke bajunya."Kondisimu sudah mendingan, 'kan?" Di tengah-tengah ciuman itu, Preston masih sempat bertanya tentang kesehatan Livy.Wajah Livy memerah. "Sudah mendingan kok. Hari ini ... aku juga sudah minum pil kontrasepsi." Dia khawatir tubuhnya akan kenapa-napa jika terlalu sering mengonsumsi obat seperti itu."Hm, oke." Preston membawa Livy ke kamar dan menutup pintu dengan keras.Livy berbaring di atas ranjan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 186

    Suara Zoey sangat keras. Dalam sekejap, hampir semua orang di ruang kantor memandang ke arah mereka.Zoey tampak sangat puas dengan hasil ini. Dia menutup mulutnya untuk berpura-pura terkejut. "Kak, kamu diam-diam pacaran ya? Jangan-jangan ...."Beberapa rekan kerja mulai bergosip. Mereka sedang menebak seperti apa kehidupan asmara Livy."Zoey, ini kantor, bukan tempat untuk gosip." Livy menaikkan kerah bajunya sedikit, lalu meneruskan, "Selain itu, sepertinya bukan urusanmu aku pacaran dengan siapa, 'kan?""Kak, kamu ...." Zoey masih ingin berbicara, tetapi Ivana yang berada di samping langsung menegur, "Kamu Zoey, 'kan? Terserah Livy mau pacaran atau nggak. Terserah dia mau kasih tahu kamu atau nggak. Kamu baru datang. Bukannya pikirin cara untuk lulus masa percobaan, malah sibuk gosip!"Zoey tentu kesal. Namun, dia tidak mau berhenti. Dengan cemberut, dia berkata dengan semakin lantang, "Aku cuma khawatir kakakku salah jalan karena nggak kasih tahu kami soal pacarnya. Mungkin saja k

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 187

    Livy hampir tertawa saking kesalnya. Menyusun PPT adalah pekerjaan yang sangat sederhana. Mereka hanya perlu menggabungkan data, lalu merinci kelebihan serta kekurangannya.Livy bahkan memberi Zoey PPT yang pernah dibuatnya sebagai referensi. Siapa sangka, Zoey bukan hanya tidak bisa, tetapi merasa Livy mempersulitnya.Livy malas meladeni Zoey. Setelah pintu lift terbuka, dia langsung berjalan keluar.Namun, Zoey masih terus mengikuti di belakang. "Kak, biar aku saja yang antar dokumen itu. Waktu istirahat makan siang nggak lama. Kamu pergi makan saja. Jangan sampai kamu terlambat makan.""Sudah kubilang nggak usah!" Livy menepis tangan Zoey. Pada saat yang sama, pintu ruang kantor terbuka.Preston berdiri di depan pintu dengan mengenakan setelan yang rapi. Begitu melihatnya, Zoey hampir tidak bisa menyembunyikan tatapannya yang penuh cinta. Dia buru-buru menyisir rambutnya dan berkata dengan lembut, "Pak, aku datang untuk berterima kasih."Preston sama sekali tidak meliriknya. Dia lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 188

    Setelah berpikir demikian, Zoey kembali membusungkan dadanya dengan percaya diri. Dia sangat yakin dengan keseksiannya, banyak pria yang tertarik pada tubuhnya."Kamu nggak ngerti ucapanku?" Ketika melihat Zoey masih tidak pergi, Preston mulai kehabisan kesabaran. "Aku nggak keberatan kalau harus panggil satpam kemari.""Jangan, Pak. Aku ... aku akan pergi sekarang!" Begitu mendengar kata satpam, Zoey langsung teringat kejadian memalukan sebelumnya. Tangannya terkepal erat. Ekspresinya terlihat malu dan canggung.Zoey buru-buru berbalik dan berjalan keluar. Namun, dia tidak lupa mengedarkan tatapan tajam kepada Livy sebelum pergi.Setelah Zoey pergi, Livy melihat kotak hadiah yang masih ada di atas meja dan mengambilnya dengan ragu. Begitu dibuka, desain gelangnya memang sangat pas dan pasti disukai oleh Preston.Ternyata, Zoey cukup pintar dalam memilih hadiah untuk pria. Pantas saja, dia punya banyak penggemar."Pak, apa aku harus kembalikan cufflink ini kepada Zoey?" tanya Livy.Pre

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 189

    "Harus aku yang pilih?" Preston mengernyit, lalu langsung menarik Livy ke pelukannya. "Kamu sekretaris sekaligus istriku. Livy, memilih hadiah seharusnya bukan hal yang sulit."Suara berat Preston terdengar sangat menggoda. "Selain itu, kalau benaran ingin memberi hadiah dengan tulus, kamu nggak seharusnya nanya ke orangnya. Kamu harusnya kasih kejutan. Ya, 'kan?""Ya, benar." Lagi pula, Livy akan memakai kartu Preston. Seharusnya tidak salah jika dia memilih hadiah yang lebih mahal, 'kan?"Pelan-pelan saja pilihnya. Dalam waktu dekat ada ulang tahun perusahaan. Kuharap sebelum acara itu, kamu sudah beli hadiahnya," ucap Preston sambil bermain dengan tangan kecil Livy.Kata orang, jika wanita hidup susah saat kecil, tangan mereka akan kasar dan banyak kapalan. Akan tetapi, tangan Livy tidak seperti itu. Tangannya halus dan cantik, juga sedikit berdaging. Saat dicubit, terasa sangat nyaman.Livy mengangguk dan mulai berpikir keras. Ketika melihat Livy mulai berpikir dengan serius, Prest

บทล่าสุด

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 430

    Astaga, situasi macam apa ini?Telinga Livy terasa panas membara. Tanpa bisa dikendalikan, pikirannya mulai dipenuhi gambaran-gambaran yang tidak senonoh.Akhirnya, dia memutuskan untuk tidak membalas pesan mesum dari Preston. Dia mengalihkan perhatiannya kembali ke pekerjaan dan mulai mencari informasi tentang Mathias.Informasi tentang pria itu cukup terbatas di internet. Katanya, dia adalah pria paruh baya yang merintis usahanya dari nol dan dikenal memiliki cara bicara yang baik.Namun, ada juga beberapa rumor negatif yang menyebutkan bahwa selama bertahun-tahun, dia diam-diam berselingkuh dari istrinya dan memiliki banyak wanita di luar.Livy tidak tahu mana yang benar dan mana yang tidak. Yang bisa dilakukan hanya mempersiapkan diri, mempelajari berbagai hal tentang musik, catur, kaligrafi, dan lukisan.Meskipun dia tahu usahanya mungkin tidak terlalu berpengaruh, setidaknya itu lebih baik daripada tidak mempersiapkan apa pun.Setelah sibuk sepanjang sore, Livy akhirnya tiba di r

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 429

    "Livy, ke mana saja tadi? Kenapa lama sekali tanpa bilang apa-apa ke kami? Jangan-jangan kamu malas-malasan?"Pria paruh baya itu berdiri dengan perut buncitnya. Meskipun gemuk, dia tetap berusaha memakai jas seperti orang lain. Namun, penampilannya malah seperti agen asuransi yang sedang mengalami krisis paruh baya.Livy mengerutkan keningnya sedikit dan menjelaskan, "Pak Preston mencariku, ada beberapa hal yang harus disampaikan.""Oh, ternyata Pak Preston ...." Umay menyipitkan matanya, tampak sedikit mengejek. "Ya, wajar saja Pak Preston masih memperhatikanmu. Bagaimanapun, dulu kamu bekerja di bawahnya.""Tapi, aku harap wanita sepertimu nggak langsung berpikir macam-macam hanya karena seorang pria bersikap baik sedikit kepadamu. Ingat, Pak Preston sudah punya istri. Lebih baik kamu realistis saja dan pertimbangkan untuk ....""Kak Umay, sebenarnya ada urusan apa mencariku?" Melihat pria menyebalkan di depan berbicara semakin tidak sopan, Livy buru-buru memotong ucapannya."Nggak

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 428

    Livy tertegun. Preston ... apa maksudnya?Preston kembali berkata, "Dia cuma keponakanku, sedangkan kamu adalah istriku."Oh, jadi begitu. Livy mengerti sekarang. Bagi Preston, statusnya sebagai istri memang sedikit lebih tinggi daripada status seorang keponakan. Namun, hanya sebatas itu. Hanya karena saat ini, dia masih menjadi istri Preston."Lebih baik nggak usah," ujar Livy setelah berpikir sejenak. "Aku juga jarang punya waktu untuk memakai tas seperti ini. Kalau cuma disimpan di rumah, rasanya akan terbuang sia-sia.""Biarkan saja terbuang sia-sia," kata Preston dengan tidak acuh. Baginya, uang seperti ini hanyalah jumlah kecil. Jika istrinya menyukai sesuatu, dia akan membelinya tanpa peduli apakah benda itu akan terpakai atau tidak."Tapi ...." Livy masih ingin berkata sesuatu, tetapi Preston sudah menariknya ke dalam pelukan."Aku memberikan hadiah untuk istriku, tapi kamu malah menolaknya berulang kali? Kamu pikir aku miskin sampai nggak sanggup membelikanmu sesuatu sekecil i

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 427

    "Mana mungkin!" Livy buru-buru melambaikan tangannya. "Di departemen sekretaris masih ada banyak senior. Kamu juga termasuk salah satu senior buatku. Jangan bicara seperti itu.""Ya, ya, aku paham." Ivana buru-buru menutup mulutnya, lalu melanjutkan, "Aku serius kali ini. Pak Preston mencarimu, dia suruh kamu ke atas.""Kenapa kamu yang mencariku?" Livy sedikit terkejut. Biasanya kalau ada urusan seperti ini, Bendy yang datang menemuinya.Ivana menjawab, "Sepertinya Pak Bendy ada urusan mendadak. Dia cuma sempat mampir sebentar ke departemen sekretaris untuk menyampaikan pesan. Sudahlah, Livy, cepat naik ke atas. Siapa tahu Pak Preston berubah pikiran dan mau memindahkanmu kembali ke departemen sekretaris!"Tidak mungkin, 'kan? Semalam Preston sudah mengatakan bahwa dia tidak akan memindahkannya kembali sebelum misinya selesai.Dengan penuh rasa penasaran, Livy segera mengetuk pintu kantor Preston."Masuk."Saat mendorong pintu, Livy melihat Preston sedang tidak bekerja. Pria itu memeg

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 426

    "Hah?" Livy sempat mengira dirinya salah dengar. Namun, saat melihat Preston menunggu dengan ekspresi seperti ingin dilayani, dia yakin bahwa dirinya tidak salah dengar.Membantu dia mandi? Dia menatap laki-laki di hadapannya dengan mata membelalak.Sebagian besar pakaiannya sudah terlepas, memperlihatkan tubuh ramping dengan garis otot yang tegas. Di bawah cahaya lampu, sosok itu terlihat begitu mencolok hingga membuat jantungnya berdebar.Ditambah lagi dengan wajah Preston yang dingin, tegas, dan sempurna, semuanya memberikan dampak visual yang sangat kuat.Sejak kejadian itu, sebenarnya sudah beberapa hari berlalu sejak terakhir kali mereka melakukannya. Seorang wanita ... juga memiliki kebutuhannya sendiri.Livy berdeham, mencoba menahan rasa malu yang merayap di hatinya. Dia terus mengingatkan diri sendiri bahwa dia masih membutuhkan bantuan pria ini.Sambil menggigit bibirnya, dia mulai membuka kancing kemeja Preston. Sesudah itu, dia bergerak turun ke celana. Ketika tiba giliran

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 425

    Preston masih punya sedikit kendali atas dirinya sendiri. Lagi pula, setelah 2 hari berturut-turut, tubuh Livy pasti masih butuh waktu untuk beristirahat dengan baik."Kalau begitu ... 6 juta?" Dengan berat hati, Livy menambahkan 2 juta lagi. Wajahnya pun terlihat tegang. "Benaran nggak bisa lebih lagi? Bonusku sedikit banget."Terakhir kali, dia hanya mendapat 1 juta. Itu bahkan tidak cukup untuk membayar satu hidangan Preston."Beberapa hari lagi, bagian keuangan akan mentransfer sisa bonusmu yang sebelumnya. Jadi, kamu nggak bakal sampai kekurangan uang. Lagi pula, bukannya aku sudah kasih kamu kartu? Punya uang tapi nggak dipakai. Kamu bodoh ya?" Nada suara Preston terdengar agak pasrah.Bonus sebelumnya? Livy kaget dan baru teringat. Dia buru-buru bertanya, "Masalah dengan Sherly itu ulahmu ya?"Meskipun kemungkinan besar jawabannya adalah iya, dia tetap ingin memastikan. "Hmm, aku menyuruh Bendy menyelidikinya.""Bonusmu ternyata disalahgunakan oleh Sherly, jadi aku meminta bagia

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 424

    Jantung Livy seakan-akan berhenti berdetak sejenak. Dia awalnya hanya ingin bertingkah manja untuk mencari jalan pintas, tetapi Preston malah menanggapinya dengan serius.Setelah tertegun sesaat, Livy tiba-tiba merasa dirinya seperti seorang badut. Benar juga, mereka ini pasangan suami istri macam apa?Mereka bukanlah pasangan dalam arti yang sesungguhnya. Jadi, Preston sama sekali tidak punya kewajiban untuk berbagi rahasia bisnis dengannya. Bisa jadi, dia justru sedang menjaga jarak dan tidak ingin berbagi dengannya."Kenapa diam?" Melihat Livy termenung, Preston semakin kesal dan kembali bertanya, "Apa kamu punya sedikit perasaan untukku?""Kenapa nggak? Tentu saja punya." Livy tidak mengerti kenapa pria ini tiba-tiba marah. Tadi, dia sempat mengira Preston tersinggung karena dirinya terlalu percaya diri, tetapi sekarang kenapa justru bertanya soal perasaan?Apakah dia ingin Livy membujuknya? Livy tidak yakin. Atau Preston sedang menguji perasaannya yang sebenarnya?Pada akhirnya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 423

    Tadi dia ... sudahlah.Preston berdeham pelan, lalu sedikit mengubah topik pembicaraan. "Soal barbeku itu, akhir pekan ini kamu bawa aku ke sana.""Hah?" Livy tampak terkejut dan buru-buru mengingatkan, "Tempat itu cukup terpencil dan semua mejanya di luar ruangan. Aku takut kamu bakal kurang nyaman makan di sana.""Kamu bisa makan, kenapa aku nggak bisa?" balas Preston dengan santai."Baiklah."Lagi pula, Preston yang minta sendiri. Jangan sampai nanti setelah diajak, dia malah menunjukkan ekspresi tidak senang. Itu pasti akan membuat Livy kesal.Sambil menuangkan segelas air lagi untuk dirinya sendiri, Livy menyadari tatapan yang dilayangkan Preston kepadanya. Dengan sigap, dia juga menuangkan segelas air untuk pria itu.Preston menerima air putih yang diberikan Livy, lalu tiba-tiba berkata, "Aku dengar kamu berhasil mengamankan kerja sama ini hanya dalam 5 hari.""Mm ... sebenarnya masih banyak yang belum aku pahami, jadi butuh waktu cukup lama. Tapi, ya sudahlah, setidaknya ini lan

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 422

    Ryan berbicara dengan pelan, tetapi kata-katanya mengandung makna menyindir jika didengar dengan lebih saksama. Namun, kata-kata itu juga terdengar sedang mengeluh. Ryan sedang mengeluh padanya?Namun, begitu pemikiran itu muncul, Livy langsung menepis pemikiran itu dan berpikir itu pasti hanya sekadar mengeluh biasa saja. Ryan bisa mengajak seseorang dengan mudah, tetapi dia malah menolak undangannya tiga kali. Oleh karena itu, wajar saja jika Ryan mengeluh."Maaf, aku benar-benar agak sibuk," jelas Livy dengan suara pelan."Nggak masalah, aku sudah memaafkanmu," kata Ryan sambil tersenyum dan tatapannya terlihat santai, seolah-olah bisa menarik perhatian siapa pun yang melihatnya."Selesai!"Setelah mengambil beberapa foto lagi, Hesti segera mengembalikan ponselnya pada Ryan dan berkata dengan semangat, "Tuan Ryan, kamu dan Livy benar-benar terlihat sangat serasi, aku sampai nggak tahan untuk mengambil beberapa foto lagi.""Nggak masalah, terima kasih," kata Ryan sambil kembali menge

สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status