Share

Bab 133

Author: Dania Zahra
Livy pun berpura-pura tidak mendengar dan fokus meminum susunya. Tiba-tiba, suara Preston terdengar suram, "Erick lagi pergi dinas."

Livy langsung mengangkat kepalanya, mengira Preston sedang bertanya padanya. Maka, dia mengangguk dan menjawab, "Iya, dia pergi dinas minggu ini, katanya baru akan kembali minggu depan."

Begitu kata-katanya selesai, dia menyadari bahwa ekspresi wajah Preston agak muram. Sepasang mata hitamnya menatap tajam pada Livy, bibir tipisnya terbuka, dan suaranya menjadi lebih dingin, "Kamu sepertinya tahu banyak?"

Livy tidak berpikir jauh, mengira Preston hanya sekadar bertanya tentang situasi Erick. Jadi, dia menjawab apa adanya, "Dia yang ngasih tahu aku."

"Kalian sering berhubungan secara pribadi?" Nada Preston mulai menunjukkan ketidakpuasan.

"Nggak." Livy menjawab dengan santai, "Waktu itu dia traktir makan malam setelah kami dinas ke luar, lalu dia minta aku gantian traktir di akhir pekan. Aku bilang harus menemani keluarga di rumah."

"Akhirnya, dia pindahka
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 134

    Indra keenam wanita memang sangat tajam. Livy kira-kira sudah bisa menebak identitas wanita di depannya. Dia mengangguk dan menjawab, "Ya, benar.""Kamu cantik sekali," kata wanita itu dengan lembut dan senyuman tipis masih menghiasi sudut bibirnya. "Selera Preston memang bagus. Istri yang dipilihnya sangat menawan."Jantung Livy berdebar kencang. Dia tidak terlalu mengerti maksud dari perkataan wanita itu.Jika wanita di depannya ini adalah Sylvia, mengapa dia mengatakan hal seperti itu?"Anda ini ...." Livy ingin bertanya, tapi suaranya tiba-tiba terpotong oleh suara laki-laki."Sylvia, kenapa kamu datang ke sini?"Livy menoleh ke belakang dan melihat sosok tinggi yang sangat familier berjalan ke arah mereka. Namun, Preston melewatinya tanpa berhenti sedetik pun, langsung menuju ke sisi kursi roda."Kebetulan aku ada urusan dan lewat kantormu, pas sekali ini waktu makan siang. Kupikir kita bisa makan bersama. Tapi karena kamu lagi rapat, aku masuk untuk menunggu di sini." Suara Sylvi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 135

    "Kenapa? Kamu belum makan siang? Satunya lagi ini pasti untuk Pak Bendy, 'kan?" tanya Ivana sambil memperhatikan wajah Livy yang tampak pucat. Dengan suara pelan, dia bertanya lagi, "Kalian bertengkar, ya?""Nggak, aku cuma tiba-tiba nggak nafsu makan saja," jawab Livy sambil menggeleng, sama sekali tidak menyadari maksud tersembunyi dari ucapan Ivana."Bilang saja sama aku, mungkin aku bisa bantu carikan solusi," lanjut Ivana. "Sudah lama aku lihat gelagatnya, Pak Bendy itu sepertinya punya perasaan sama kamu. Kalian diam-diam pacaran, ya?"Livy yang semula sedang murung malah merasa ingin tertawa karena pernyataan itu. Namun, dia segera menepis dugaan tersebut, "Kamu benar-benar salah paham. Pak Bendy lagi keluar karena ada urusan.""Ini kebetulan sisa dua porsi makan siang. Aku juga nggak punya nafsu makan, jadi kuberikan saja untuk kamu dan Kak James bawa pulang. Kamu tahu sendiri, setiap hari aku makan makanan sehat begini terus. Aku sampai bosan ...."Takut Ivana tidak percaya, L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 136

    Sampai malam tiba, suasana hati Livy masih sangat terpuruk. Saat bekerja, pikirannya melayang ke mana-mana, seolah-olah jiwanya terpisah dari tubuhnya.Hingga malam saat dia lembur sendirian, tiba-tiba teleponnya berdering. Panggilan itu dari Linda. Linda memberi tahu bahwa dia melihat Stanley datang lagi ke kelab Dibiza.Livy terkejut. Setelah insiden besar terakhir kali di Dibiza, bagaimana Stanley masih punya nyali untuk datang dan bermain? Sepertinya kejadian itu sama sekali tidak memengaruhinya.Livy berterima kasih atas informasi dari Linda dan menutup telepon. Sambil memandangi kerlap-kerlip lampu malam di luar jendela, dia mulai memikirkan cara untuk menghancurkan Stanley.Namun, tak lama setelah itu, Linda menelepon untuk kedua kalinya, membawa kabar mengejutkan ...Stanley memesan Yuri.Livy tidak menyangka Stanley bisa seberani itu! Apakah Chloe benar-benar tidak peduli? Dia tidak mengerti. Dengan kecantikan dan kekayaan Chloe, mengapa dia memilih Stanley, pria yang jelas-je

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 137

    Livy tidak menyalahkan Yuri. Bagaimanapun juga, Yuri hanyalah wanita yang bekerja di tempat hiburan malam dan tidak punya kewajiban apa pun kepadanya. Ditambah lagi, Stanley adalah pria licik yang pandai merayu, jadi wajar jika Yuri akhirnya buka mulut."Jadi sekarang gimana? Stanley mengancammu?" tanya Linda sambil mengernyitkan alisnya dan menggenggam lengan Livy erat-erat. "Aku sudah janji sama Charlene untuk menjagamu. Kalau terjadi sesuatu padamu, aku akan merasa sangat bersalah.""Aku baik-baik saja." Livy menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku cuma mau ketemu Stanley dan bicara sama dia.""Kalau begitu, biar kutemani kamu," ujar Linda dengan nada khawatir."Nggak usah, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Lagian, ada Yuri di sana. Stanley nggak akan melakukan hal yang melanggar hukum." Livy tersenyum samar.Stanley mungkin memang tidak akan berani melakukan hal ilegal, tapi bukan berarti Livy tidak akan ....Tidak ada lagi yang perlu ditakutinya.Jika ini hanya soal pengkhianatan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 138

    "Tentu saja aku belum lupa gimana kalian menyebabkan kematian nenekku!"Tatapan Livy dipenuhi kebencian saat dia mengeluarkan pisau buah dari tasnya. Cahaya tajam dari bilah perak itu berkilauan di bawah lampu dan sorot mata Livy menjadi semakin intens.Yuri yang awalnya ingin melihat Livy merendahkan diri, langsung mematung ketakutan saat melihat adegan itu. Wajahnya pucat seketika dan dia langsung melompat dari pangkuan Stanley, berlari tergesa-gesa ke sudut ruangan.Namun, Livy berdiri tepat di pintu masuk sehingga memblokir jalan keluarnya. Dengan gemetaran, Yuri hanya bisa meringkuk di sudut ruangan.Stanley yang juga kaget, buru-buru berdiri dengan panik. Bahkan, dia tak sempat menarik celananya yang melorot ke bawah lutut, membuat penampilannya tampak sangat memalukan. Dengan wajah penuh ketakutan, dia mencoba mencari tempat bersembunyi.Langkah Livy perlahan mendekat ke arahnya."Jangan ... jangan! Jangan mendekat!" Stanley memohon dengan suara bergetar. "Kematian nenekmu benar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 139

    "Cepat bicara! Jangan bertele-tele!" Livy menekan pisaunya lebih keras."Ah ...!" Stanley merasakan sayatan tipis di lehernya dan langsung berteriak panik. "Aku bicara! Aku akan bicara sekarang!""Waktu itu, ibuku awalnya berencana menculikmu supaya kamu nggak muncul di pernikahanku sama Chloe. Mereka takut kamu bakal buat keributan. Rencana kami sederhana, setelah pernikahan selesai, kami akan melepaskanmu. Tapi, waktu itu kamu menghilang dan kami nggak bisa menemukanmu. Kami bahkan sudah bersiap mengikuti permintaanmu supaya pernikahannya batal.""Jadi kami memutuskan rencana lain, yaitu nenekku pura-pura pingsan di atas panggung sebelum upacara dimulai ....""Tapi saat acara di halaman berlangsung, kamu tetap nggak muncul. Dengan penuh ketakutan, kami menyelesaikan acara pernikahan di halaman. Sampai ke resepsi malam pun, kamu masih nggak muncul.""Kami pikir semuanya sudah selesai. Tapi tiba-tiba kamu muncul, dan kami sudah siapkan rencana cadangan. Kalau kamu bikin keributan, nene

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 140

    Livy tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Orang yang menyebabkan kematian neneknya ternyata adalah ayah kandungnya sendiri.Kenyataan itu begitu mengejutkan hingga Livy sulit bernapas dan pikirannya benar-benar kosong. Saat dia masih dalam keadaan linglung, Stanley memanfaatkan kesempatan itu untuk bangkit, menarik celananya, dan berlari ke arah pintu. Namun, seseorang sudah berdiri di sana dan menghentikannya."Pak Stanley, Anda nggak apa-apa?" Ternyata Yuri telah kabur lebih dulu dan menemui Linda. Linda langsung bergegas ke sana. Melihat keadaan Stanley yang kacau, wajahnya pucat dan celananya belum rapi, Linda hampir saja mengira Livy telah melakukan sesuatu yang ekstrem.Dia hampir berpikir Livy benar-benar memotong bagian penting Stanley. Linda telah berjanji pada Charlene untuk menjaga Livy. Dia tidak bisa membiarkan Livy kehilangan kendali dan melakukan sesuatu yang melanggar hukum.Jika Livy sampai masuk penjara, itu akan menjadi mimpi buruk bagi semua or

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 141

    "Nggak apa-apa, aku nggak mau merepotkanmu. Kamu fokus saja sama pekerjaanmu, aku bisa pulang sendiri." Livy memaksakan senyumnya dan menolak dengan lembut. Dia tidak ingin menyusahkan Linda lebih dari ini. Linda hanya membantu karena merasa berutang budi pada Charlene, dan Livy tidak ingin terus memanfaatkan kebaikannya.....Saat Livy turun ke lantai bawah untuk pulang, dia bertemu seseorang yang tidak asing lagi di lorong.Wanita itu tak lain adalah Sylvia.Livy terkejut. Kenapa Sylvia ada di sini? Di sisi lain, Sylvia juga memperhatikannya. Dengan senyum tipis, dia melambaikan tangan sambil menggerakkan kursi rodanya mendekat."Bu Livy," sapa Sylvia. Nada bicaranya lembut, tetapi tatapannya penuh sindiran. "Kamu datang untuk nyari Preston?" Dia menatap Livy dengan ekspresi menghakimi, lalu melanjutkan, "Aku tahu kalian bukan pasangan sungguhan. Jadi, apa yang kamu lakukan ini nggak terlalu berlebihan?"Ucapan Sylvia seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Livy. Kata-kata itu me

Latest chapter

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 262

    Livy sama sekali tidak menyangka Stanley bisa sehina itu.Livy bahkan masih berpikir untuk mencari cara menjelaskan hubungannya dengan Stanley, tetapi apa yang didengarnya membuat darahnya mendidih. Dengan panik, Livy berteriak, "Stanley, jangan mengada-ada!""Aku nggak mengada-ada!" Stanley kini sudah kehilangan akal sehat. Satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan menjatuhkan Livy.Meski dia muak dengan Chloe yang sibuk mencari pria model dan selalu bersikap seperti putri, Stanley mengingat bagaimana Livy dulu begitu lembut, perhatian, dan selalu ada untuknya. Jelas, Livy jauh lebih baik dibanding Chloe dalam banyak hal.Namun, Livy tidak memiliki status sosial seperti Chloe. Selain itu, Chloe punya hubungan dengan Keluarga Sandiaga. Jika dia sampai merusak hubungan ini, bisnis keluarganya yang kecil itu pasti akan hancur total.Setelah mempertimbangkan semuanya, Stanley memutuskan untuk terus menyalahkan Livy."Paman Preston, aku dan Livy memang pernah berpacaran. Kam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 261

    Setelah berkata demikian, Stanley tiba-tiba meraih tangan Livy.Seolah tersentuh sesuatu yang menjijikkan, Livy buru-buru melepaskan tangannya. Dia berdiri dengan tegas dan menatap Stanley dengan penuh amarah."Stanley, aku sudah bilang dengan sangat jelas. Hubungan kita sudah benar-benar selesai. Mulai sekarang, hiduplah dengan Chloe dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!""Livy, apa kamu masih marah?" tanya Stanley sambil memaksakan senyuman. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya.Sebelum Livy sempat bereaksi, Stanley sudah berlutut dengan satu kaki di hadapannya."Livy, dulu kamu pernah marah karena selama bertahun-tahun kita bersama, aku nggak pernah melamarmu. Sekarang aku sadar betapa salahnya aku. Hubunganku dengan Chloe adalah sebuah kesalahan besar. Aku benar-benar menyesal. Bisa nggak kita memulai semuanya dari awal?""Stanley, kamu gila, ya?!" Livy benar-benar panik. Dia mencoba menarik Stanley untuk berdiri.Namun, tepat pada saat itu, sebuah suara ding

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 260

    Sylvia memesan restoran mewah di dalam pusat perbelanjaan.Livy tahu restoran ini sangat terkenal. Tempat seperti ini memerlukan reservasi jauh-jauh hari dan harganya juga sangat mahal. Restoran ini sering dianggap sebagai tempat yang eksklusif.Hanya beberapa hidangan saja di restoran ini sudah setara dengan gajinya selama sebulan."Livy, kamu jarang sekali punya kesempatan makan di tempat sebagus ini. Jadi, pesan saja apa yang kamu mau. Anggap ini pengalaman langka buatmu," ujar Sylvia sambil perlahan menyesap air hangat. Nada bicaranya penuh sindiran dan merendahkan.Bagi Sylvia, Livy hanyalah gadis tanpa latar belakang yang tidak pantas berada di tempat seperti ini.Livy tahu Sylvia sengaja meremehkannya. Namun, wajah Livy tetap tenang. Dia sudah terbiasa dengan perilaku Sylvia yang selalu tampak manis di luar tetapi penuh racun di dalam.Livy melirik jam di pergelangan tangannya. Jika makan siang ini selesai, waktunya akan bertepatan dengan jam pulang kerja. Dia hanya perlu bertah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 259

    "Nggak perlu. Selain itu, Bu Livy adalah orang yang sangat penting bagimu. Aku ingin menjalin hubungan baik dengannya," kata Sylvia dengan tenang. "Jangan khawatir, aku akan berusaha untuk bergaul dengan Bu Livy.""Pak Preston, sebenarnya aku punya jadwal lain sore ini. Bu Sylvia jelas bisa ...." Livy mencoba menyisipkan penjelasan, berharap bisa menyampaikan keinginannya untuk kembali bekerja.Namun, Preston tampaknya tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya berubah dingin dan suaranya menjadi ketus, "Livy, pekerjaanmu hari ini adalah menemani Sylvia. Kalau kamu nggak mau bekerja di Grup Sandiaga, kamu bisa langsung mengundurkan diri.""Pak Preston, bukan begitu, aku hanya ingin tetap di kantor sore ini ...." Livy berusaha menjelaskan dengan penuh perjuangan.Namun, Sylvia sudah mulai bertindak manja. Dia meraih ujung jas Preston dan memohon dengan nada lembut, "Preston, peluk aku ke mobil, ya.""Baik."Begitu ucapan itu dilontarkan, Preston langsung membun

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 258

    Ekspresi Livy langsung berubah.Sylvia jelas bukan meminta untuk "dibantu", tetapi ingin Livy menggendong Sylvia yang beratnya hampir sama dengan dirinya ke dalam mobil! Selain itu, Livy sama sekali tidak berniat meremehkan Sylvia hanya karena kondisinya."Bukan begitu, Preston. Aku nggak pernah meremehkan Sylvia ...," jelas Livy dengan tergagap.Namun, entah apa yang dikatakan Preston di telepon, mata Sylvia yang sebelumnya memerah karena berpura-pura menangis, kini perlahan-lahan kembali cerah. Meski begitu, nadanya tetap terdengar tersedu-sedu."Preston, aku tahu. Kamu nggak perlu menghiburku. Demi kamu, aku nggak pernah menyesal. Tapi aku nggak ingin jadi beban siapa pun. Kalau kamu juga merasa aku merepotkan, aku nggak akan muncul lagi di hadapanmu."Tubuh Livy terasa dingin seketika. Dia mendengar percakapan Sylvia yang sengaja dibuat agar terdengar olehnya. Suara Preston terdengar jelas dan tegas dari telepon."Sylvia, kamu nggak akan pernah jadi beban bagiku. Jangan menangis la

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 257

    "Kelilingi semua bagian saja, ya. Maaf merepotkan Bu Livy untuk mendorongku. Oh, ya, setelah selesai mengunjungi Grup Sandiaga, sore ini akum au jalan-jalan juga. Jadi, aku perlu Bu Livy menemaniku."Apa? Mau jalan-jalan pula?Livy tetap berusaha sabar dan mengingatkan dengan nada sopan, "Bu Sylvia, tugasku dari Pak Preston cuma menemanimu berkeliling Grup Sandiaga. Untuk jalan-jalan, kamu mungkin bisa mengajak teman atau sahabatmu."Sylvia tertawa kecil dengan nada menyindir, "Sepertinya aku tahu kenapa Bu Livy nggak bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Bahkan maksud tersirat dari atasan pun nggak bisa dipahami.""Maksud Preston adalah hari ini pekerjaanmu adalah menemaniku. Atau ... apakah aku perlu menelepon Preston sekarang untuk memastikannya?""Nggak perlu," jawab Livy cepat. Dia tahu, jika Sylvia benar-benar menelepon Preston, hasilnya hanya akan membuat Preston berpihak pada Sylvia. Jika itu terjadi, Livy hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.Dengan senyum terpaksa, Livy

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 256

    Untuk sesaat, seisi ruangan itu sunyi senyap. Livy berdiri perlahan, pandangannya tanpa sadar tertuju pada kedua orang yang baru saja masuk. Tebersit rasa getir yang samar di dadanya."Preston, jadi ini departemen sekretaris, ya? Kelihatannya memang bagus." Suara Sylvia terdengar begitu lembut dan memikat hingga semua orang yang mendengarnya merasa tersentuh.Kalau saja Livy tidak tahu Sylvia pernah sengaja mencoreng namanya sebelumnya, mungkin dia juga akan menganggap Sylvia sebagai wanita yang anggun dan penuh kelembutan."Hmm, ada delapan orang di sini, mereka bertugas menangani berbagai urusan," jelas Preston dengan nada datar. "Apa ada tempat lain yang ingin kamu lihat?""Tentu saja ada," jawab Sylvia dengan senyuman manis. Dia berkedip lembut dengan tatapan yang tampak begitu pengertian."Aku sudah lama nggak kembali ke negara ini, jadi belum sempat benar-benar melihat-lihat Grup Sandiaga. Tapi aku tahu kamu sibuk, Preston. Aku nggak bisa terus merepotkanmu. Gimana kalau aku menc

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 255

    Nicky, Stanley ….Preston tidak percaya bahwa Livy tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka!"Livy."Mendengar namanya tiba-tiba dipanggil Preston, Livy menoleh. "Ada apa?" tanyanya."Ada sesuatu yang sebaiknya kamu akui sendiri terlebih dulu." Tatapan Preston sangat tajam seolah-olah bisa menebak isi pikiran orang.Livy tiba-tiba merasa bersalah. Setelah memikirkannya dengan saksama sejenak, dia berkata dengan tulus, "Sayang, aku nggak mengerti apa maksudmu."Mau terus terang apaan? Dia tidak pernah melakukan apa pun sama sekali. Sebaliknya, justru Preston yang terus menerus berlari ke arah Sylvia. Meski mereka hanya dalam hubungan kontrak, bukankah Preston seharusnya memberitahunya?Setidaknya katakan bahwa hubungan mereka dengan Sylvia akan segera berakhir. Dengan begitu, Livy bisa segera menarik kembali perasaan yang seharusnya tidak dia miliki. Bukan seperti sekarang, terus terombang-ambing antara rasa sakit dan momen-momen kehangatan yang diberikan Preston.....Hari Senin t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 254

    Ekspresi Preston tetap dingin tanpa emosi. Namun, setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti menghujam tepat ke titik lemah Bahran.Pernikahan bisnis yang dulu dijalani Bahran dengan istrinya tidak dilandasi cinta. Selama bertahun-tahun, hubungan mereka hanya menghasilkan seorang putri.Meski demikian, latar belakang istrinya cukup kuat, sehingga dia memiliki watak yang keras dan sulit dihadapi. Setiap ulah Bahran di luar rumah selalu sampai ke telinganya, dan setiap kali hal itu terjadi, pasti diikuti oleh pertengkaran besar."Preston, kamu ini terlalu ikut campur!" Bahran yang merasa harga dirinya diinjak, mulai kehilangan kendali.Dengan nada penuh amarah, dia berkata, "Kenapa berpura-pura di depanku? Kamu dan Livy sama sekali nggak punya cinta yang sebenarnya! Aku cuma ngasih tahu Livy cara terbaik untuk mengamankan posisinya, yaitu dengan punya anak. Sama seperti ibumu dulu. Setidaknya, dia mendapatkan sesuatu, bukan?"Kata-kata itu langsung menyulut kemarahan Preston. Aura din

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status