Share

Bab 136

Penulis: Dania Zahra
Sampai malam tiba, suasana hati Livy masih sangat terpuruk. Saat bekerja, pikirannya melayang ke mana-mana, seolah-olah jiwanya terpisah dari tubuhnya.

Hingga malam saat dia lembur sendirian, tiba-tiba teleponnya berdering. Panggilan itu dari Linda. Linda memberi tahu bahwa dia melihat Stanley datang lagi ke kelab Dibiza.

Livy terkejut. Setelah insiden besar terakhir kali di Dibiza, bagaimana Stanley masih punya nyali untuk datang dan bermain? Sepertinya kejadian itu sama sekali tidak memengaruhinya.

Livy berterima kasih atas informasi dari Linda dan menutup telepon. Sambil memandangi kerlap-kerlip lampu malam di luar jendela, dia mulai memikirkan cara untuk menghancurkan Stanley.

Namun, tak lama setelah itu, Linda menelepon untuk kedua kalinya, membawa kabar mengejutkan ...

Stanley memesan Yuri.

Livy tidak menyangka Stanley bisa seberani itu! Apakah Chloe benar-benar tidak peduli? Dia tidak mengerti. Dengan kecantikan dan kekayaan Chloe, mengapa dia memilih Stanley, pria yang jelas-je
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 137

    Livy tidak menyalahkan Yuri. Bagaimanapun juga, Yuri hanyalah wanita yang bekerja di tempat hiburan malam dan tidak punya kewajiban apa pun kepadanya. Ditambah lagi, Stanley adalah pria licik yang pandai merayu, jadi wajar jika Yuri akhirnya buka mulut."Jadi sekarang gimana? Stanley mengancammu?" tanya Linda sambil mengernyitkan alisnya dan menggenggam lengan Livy erat-erat. "Aku sudah janji sama Charlene untuk menjagamu. Kalau terjadi sesuatu padamu, aku akan merasa sangat bersalah.""Aku baik-baik saja." Livy menggeleng sambil tersenyum tipis. "Aku cuma mau ketemu Stanley dan bicara sama dia.""Kalau begitu, biar kutemani kamu," ujar Linda dengan nada khawatir."Nggak usah, kamu lanjutkan saja pekerjaanmu. Lagian, ada Yuri di sana. Stanley nggak akan melakukan hal yang melanggar hukum." Livy tersenyum samar.Stanley mungkin memang tidak akan berani melakukan hal ilegal, tapi bukan berarti Livy tidak akan ....Tidak ada lagi yang perlu ditakutinya.Jika ini hanya soal pengkhianatan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 138

    "Tentu saja aku belum lupa gimana kalian menyebabkan kematian nenekku!"Tatapan Livy dipenuhi kebencian saat dia mengeluarkan pisau buah dari tasnya. Cahaya tajam dari bilah perak itu berkilauan di bawah lampu dan sorot mata Livy menjadi semakin intens.Yuri yang awalnya ingin melihat Livy merendahkan diri, langsung mematung ketakutan saat melihat adegan itu. Wajahnya pucat seketika dan dia langsung melompat dari pangkuan Stanley, berlari tergesa-gesa ke sudut ruangan.Namun, Livy berdiri tepat di pintu masuk sehingga memblokir jalan keluarnya. Dengan gemetaran, Yuri hanya bisa meringkuk di sudut ruangan.Stanley yang juga kaget, buru-buru berdiri dengan panik. Bahkan, dia tak sempat menarik celananya yang melorot ke bawah lutut, membuat penampilannya tampak sangat memalukan. Dengan wajah penuh ketakutan, dia mencoba mencari tempat bersembunyi.Langkah Livy perlahan mendekat ke arahnya."Jangan ... jangan! Jangan mendekat!" Stanley memohon dengan suara bergetar. "Kematian nenekmu benar

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 139

    "Cepat bicara! Jangan bertele-tele!" Livy menekan pisaunya lebih keras."Ah ...!" Stanley merasakan sayatan tipis di lehernya dan langsung berteriak panik. "Aku bicara! Aku akan bicara sekarang!""Waktu itu, ibuku awalnya berencana menculikmu supaya kamu nggak muncul di pernikahanku sama Chloe. Mereka takut kamu bakal buat keributan. Rencana kami sederhana, setelah pernikahan selesai, kami akan melepaskanmu. Tapi, waktu itu kamu menghilang dan kami nggak bisa menemukanmu. Kami bahkan sudah bersiap mengikuti permintaanmu supaya pernikahannya batal.""Jadi kami memutuskan rencana lain, yaitu nenekku pura-pura pingsan di atas panggung sebelum upacara dimulai ....""Tapi saat acara di halaman berlangsung, kamu tetap nggak muncul. Dengan penuh ketakutan, kami menyelesaikan acara pernikahan di halaman. Sampai ke resepsi malam pun, kamu masih nggak muncul.""Kami pikir semuanya sudah selesai. Tapi tiba-tiba kamu muncul, dan kami sudah siapkan rencana cadangan. Kalau kamu bikin keributan, nene

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 140

    Livy tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Orang yang menyebabkan kematian neneknya ternyata adalah ayah kandungnya sendiri.Kenyataan itu begitu mengejutkan hingga Livy sulit bernapas dan pikirannya benar-benar kosong. Saat dia masih dalam keadaan linglung, Stanley memanfaatkan kesempatan itu untuk bangkit, menarik celananya, dan berlari ke arah pintu. Namun, seseorang sudah berdiri di sana dan menghentikannya."Pak Stanley, Anda nggak apa-apa?" Ternyata Yuri telah kabur lebih dulu dan menemui Linda. Linda langsung bergegas ke sana. Melihat keadaan Stanley yang kacau, wajahnya pucat dan celananya belum rapi, Linda hampir saja mengira Livy telah melakukan sesuatu yang ekstrem.Dia hampir berpikir Livy benar-benar memotong bagian penting Stanley. Linda telah berjanji pada Charlene untuk menjaga Livy. Dia tidak bisa membiarkan Livy kehilangan kendali dan melakukan sesuatu yang melanggar hukum.Jika Livy sampai masuk penjara, itu akan menjadi mimpi buruk bagi semua or

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 141

    "Nggak apa-apa, aku nggak mau merepotkanmu. Kamu fokus saja sama pekerjaanmu, aku bisa pulang sendiri." Livy memaksakan senyumnya dan menolak dengan lembut. Dia tidak ingin menyusahkan Linda lebih dari ini. Linda hanya membantu karena merasa berutang budi pada Charlene, dan Livy tidak ingin terus memanfaatkan kebaikannya.....Saat Livy turun ke lantai bawah untuk pulang, dia bertemu seseorang yang tidak asing lagi di lorong.Wanita itu tak lain adalah Sylvia.Livy terkejut. Kenapa Sylvia ada di sini? Di sisi lain, Sylvia juga memperhatikannya. Dengan senyum tipis, dia melambaikan tangan sambil menggerakkan kursi rodanya mendekat."Bu Livy," sapa Sylvia. Nada bicaranya lembut, tetapi tatapannya penuh sindiran. "Kamu datang untuk nyari Preston?" Dia menatap Livy dengan ekspresi menghakimi, lalu melanjutkan, "Aku tahu kalian bukan pasangan sungguhan. Jadi, apa yang kamu lakukan ini nggak terlalu berlebihan?"Ucapan Sylvia seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Livy. Kata-kata itu me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 142

    "Aku ke sini mengantarkan obat untuk temanku," jawab Livy.Preston mengernyitkan dahi, "Dia lupa bawa obat lagi?"Livy mengangguk. "Kebetulan aku mau bertemu dengannya, jadi sekalian bawakan obat.""Preston, kamu tahu sendiri, wanita yang kerja di tempat begini pasti butuh obat-obatan dengan cepat. Mereka harus meminumnya sesegera mungkin, itulah kenapa Bu Livy terburu-buru mengantarkannya. Bukan begitu, Bu Livy?" Sylvia tiba-tiba menyela dengan nada sarkastik, sambil tersenyum tipis dan menatap Livy dengan penuh sindiran.Preston ikut memandang Livy, seolah-olah menunggu jawabannya.Livy tahu maksud Sylvia. Namun, dia tidak mau kalah dan menjawab dengan tenang, "Temanku cuma flu biasa. Obatnya juga nggak mendesak. Minum sebelum tidur juga nggak masalah, bukan penyakit serius."Preston masih menatapnya dengan curiga. "Flu? Bukannya sudah lama? Masih belum sembuh?" Nada bicaranya terdengar datar, tapi jelas dia meragukan penjelasan Livy.Hati Livy mencelos. Sepertinya Preston lebih perc

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 143

    "Itu karena ayahku yang memohon padaku," ujar Livy pelan. "Aku butuh waktu lama untuk memutuskan membicarakan ini padamu. Bagaimanapun juga, Zoey pernah melakukan hal yang nggak pantas, jadi sulit bagiku untuk mengajukan permintaan ini ....""Tapi bagaimanapun juga, dia tetap adikku. Dan ini permintaan dari ayahku, jadi aku ingin mencoba memohon kesempatan terakhir untuknya." Wajah Livy terlihat begitu lemah dan menyedihkan, tetapi sebenarnya, semua itu hanyalah akting semata.Begitu Zoey kembali ke Grup Sandiaga, Livy tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Dengan banyaknya karyawan di sana, Zoey pasti akan tenggelam dalam gunjingan dan hinaan mereka.Jika Rivano sangat mencintai kekuasaan dan kehormatan, maka dia harus memulainya dengan melihat kehancuran putrinya yang paling dia sayangi.Tak satu pun dari mereka akan mendapatkan kehidupan yang damai!"Kamu sudah pertimbangkan matang-matang? Kamu benar-benar mau ngasih dia kesempatan lagi? Kamu tahu, aku muak sekali padanya. Di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 144

    Livy kehabisan napas akibat ciuman yang begitu intens. Namun, akal sehatnya akhirnya kembali mendominasi dan dia mendorong pria di depannya dengan sekuat tenaga.Preston mengernyitkan dahi, menunjukkan kebingungan atas penolakannya yang tiba-tiba. Dia bahkan bertanya, "Apa aku membuatmu sakit?"Preston mengira masalahnya ada pada dirinya. Lagi pula, Livy pernah menunjukkan sikap yang cukup aktif sebelumnya, sehingga dia sama sekali tidak menduga kalau Livy menolak hal ini terjadi."Aku ... aku ...." Livy tidak tahu harus memberi alasan apa. Preston sudah memergokinya, jadi satu-satunya pilihan adalah berpura-pura lemah. Dengan wajah memelas, dia berkata, "Aku cuma capek ... tubuhku rasanya kurang sehat."Ekspresi Preston berubah serius. Dia tampak khawatir dan berkata, "Kalau begitu, aku suruh David untuk memeriksamu.""Nggak perlu." Melihat Preston sudah mengeluarkan ponselnya, Livy buru-buru menolak. "Aku baik-baik saja. Bukan sakit, hanya terlalu capek ... sangat mengantuk. Aku hany

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 383

    "Kenapa sih? Aku melakukan semua ini demi kebaikanmu!"Zoey merasa Livy benar-benar tidak tahu berterima kasih. Dengan nada kesal, dia mengumpat, "Kamu sendiri nggak bisa mempertahankan Pak Preston, aku membantumu, tapi kamu malah bersikap begini!""Kamu sadar nggak, bahkan gelar Nyonya Sandiaga saja nggak diakui? Kalau sampai kalian bercerai, kamu bakal keluar tanpa sepeser pun! Asal kamu mau memperbesar masalah ini, bagaimanapun juga, kamu tetap nggak akan dirugikan!"Sebenarnya, Zoey juga tidak benar-benar ingin membantu Livy. Namun, setelah berdiskusi dengan ibunya, mereka menyadari bahwa hanya dengan membantu Livy, mereka bisa mendapatkan keuntungan.Lagi pula, dia sudah memegang kelemahan Livy. Kalau Livy tidak bekerja sama dengannya, dia akan benar-benar habis!"Aku sudah bilang, urusanku bukan urusanmu!"Livy berteriak hingga suaranya hampir serak, "Aku juga nggak pernah ingin jadi Nyonya Sandiaga yang diumumkan ke publik, dan aku nggak butuh orang lain memperlakukanku dengan b

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 382

    Grup itu adalah grup gosip perusahaan.Sebelumnya, Ivana pernah ingin memasukkan Livy ke dalamnya, tetapi Livy merasa grup itu terlalu ramai dan penuh dengan gosip yang tidak penting. Lagi pula, dia juga tidak tertarik membahas hal-hal seperti itu, jadi dia menolak untuk bergabung.Namun sekarang, setelah jam kerja usai, seseorang mengirimkan pesan yang memicu kehebohan di grup tersebut.Meskipun hanya ada satu orang yang memulai percakapan, Livy sudah cukup terkenal di perusahaan, jadi banyak orang yang ikut berkomentar.[ Pantas saja! Aku pernah beberapa kali melihat Livy naik mobilnya Pak Preston. Lagian, kalian nggak merasa aneh kalau dia bisa naik jabatan secepat itu? ][ Kalau nggak ada sesuatu di belakangnya, aku pasti nggak percaya! Tapi aku nggak nyangka, ternyata dia punya hubungan sama Pak Preston! ][ Aku nggak percaya! Pak Preston itu kaya, tampan, dan luar biasa! Mana mungkin dia tertarik sama wanita seperti Livy? ][ Pokoknya yang jelas, Livy sudah menikah dan suaminya p

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 381

    Pria itu memiliki proporsi tubuh yang nyaris sempurna. Mantel panjang hitam yang dia kenakan membingkai tubuhnya yang tinggi dengan sangat pas dan menampilkan sosok yang luar biasa gagah."Sayang, kamu ...."Livy ingin memanggil Preston untuk makan bersama, tetapi pria itu justru berjalan mendekat dengan ekspresi dingin. Dia menatap Livy dari atas ke bawah dengan mata hitam pekat yang dipenuhi dengan kejengkelan. Dengan suara marah, dia bertanya, "Apa lagi yang kamu lakukan?""Hah?"Livy tidak mengerti maksudnya, tetapi sebelum dia bisa bertanya lebih lanjut, tangan besar pria itu sudah mencengkeram bahunya dengan kuat dan menyeretnya ke atas.Cengkeramannya begitu kasar, membuat Livy terpaksa terseret menaiki tangga dengan terburu-buru. Bahkan, karena langkahnya yang terlalu cepat, lututnya terbentur sudut tangga dengan keras.Namun, Preston tidak menunjukkan tanda-tanda ingin berhenti. Dia terus menyeret Livy hingga ke kamar, lalu mendorongnya ke sofa dengan kasar."Kamu begitu ingin

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 380

    Siapa yang peduli? Preston mengernyit. Apakah dia peduli pada Livy?Tangan yang menggenggam gelas tiba-tiba berhenti, lalu dia menuangkan lagi segelas minuman untuk dirinya sendiri dan berkata dengan nada dingin, "Dia cuma istri kontrakku, nggak lebih.""Iya, nih. David, kamu terlalu berlebihan. Bu Livy memang perempuan yang baik, tapi bagaimanapun juga, dia dan Preston berasal dari dunia yang berbeda."Sylvia menyela pembicaraan, lalu mendekati Preston dengan berpura-pura baik dan mengingatkan dengan lembut, "Preston, aku tahu kamu ingin memperlakukan Bu Livy dengan baik. Tapi bagaimanapun juga, dia berasal dari latar belakang yang berbeda dari kita. Kalau kamu terus memberinya barang-barang mewah, itu malah bisa membuatnya merasa terbebani."Perkataan itu membuat Preston sedikit penasaran. "Kenapa?""Karena bagi Livy, barang-barang itu sangat mahal, bahkan satu saja bisa setara dengan gajinya selama bertahun-tahun. Orang seperti dia akan merasa bahwa kesenjangan di antara kalian terl

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 379

    Kalau begitu, Livy juga jangan berharap hidupnya akan baik-baik saja!"Zoey, kalau mau gila, jangan cari aku!" Livy tidak ingin meladeni Zoey lagi dan segera pergi. Namun, setelah kembali ke kantornya, kelopak mata kanannya terus berkedut. Dia merasa seolah-olah sesuatu akan terjadi.Sebelum pulang, dia naik ke lantai atas untuk mencari Preston dan melaporkan perkembangan proyek. Namun, setelah mengetuk pintu beberapa kali, tidak ada jawaban dari dalam. Akhirnya, dia menghubungi Preston lewat telepon."Ada apa?"Di seberang sana, suara Preston terdengar seakan dia sedang berada di tempat hiburan. Ada suara musik samar-samar dan yang lebih menyakitkan, Livy mendengar suara Sylvia yang begitu akrab di telinganya."Preston, bukannya sudah bilang hari ini jangan bahas pekerjaan?" Suara manja Sylvia terdengar cukup jelas, seolah-olah dia menempel di sisi Preston."Aku cuma bicara sebentar," jawab Preston dengan suara rendah, sebelum akhirnya beralih ke Livy, "Bu Livy, kalau soal pekerjaan,

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 378

    Karena kejadian semalam, Livy hampir terlambat masuk kerja pagi ini. Baru saja dia selesai absen, suara yang sudah lama tidak terdengar kembali menyapanya. "Livy!"Setelah sekian lama tidak bertemu, Zoey tampaknya menjalani hidup yang cukup baik.Pakaian bermerek yang dikenakannya semakin banyak dan di lehernya terlihat bekas merah yang sangat mencolok. Tanda bahwa hubungannya dengan Ansel semakin erat."Ada urusan apa?" Livy meliriknya dengan dingin, tidak ingin membuang waktu untuknya.Namun, Zoey sama sekali tidak merasa tersinggung dan justru berkata dengan percaya diri, "Aku butuh bantuanmu."Livy mengernyit, merasa Zoey benar-benar terlalu tidak tahu malu, lalu menolak mentah-mentah, "Aku nggak ada waktu.""Livy, kamu sok jual mahal apa sih? Apa kamu benar-benar mengira dirimu sudah jadi nyonya besar? Kaki Sylvia sebentar lagi sembuh, 'kan? Aku peringatkan kamu, begitu dia berhasil, kamu pasti akan dibuang sama Pak Preston!"Zoey menghalangi Livy di pintu masuk, kata-kata tajamny

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 377

    Charlene masih terus bergosip, "Ngomong-ngomong, Preston sudah nggak muda lagi, ya? Terus katanya dulu juga nggak pernah dekat sama cewek, nggak ada gosip macam-macam. Jangan-jangan dia nggak ada tenaga di ranjang? Kalau kamu ngerasa kurang, aku tahu nih ada obat yang ....""Nggak perlu, Charlene!"Livy buru-buru memotong, mencengkeram ponsel erat-erat, lalu menurunkan suaranya, "Dia di bagian itu sangat kuat.""Apa?"Suaranya terlalu kecil, Charlene di seberang sana tidak mendengarnya dengan jelas. "Maksudmu kamu masih mau? Atau jangan-jangan dia nggak bisa?""Bukan!" Livy hampir melonjak, suaranya langsung meninggi, "Preston sangat kuat, dia nggak butuh obat sama sekali!""Ohh ...." Charlene menarik nadanya dengan panjang, jelas sekali dia sedang menggoda.Livy benar-benar malu. Dia buru-buru mengganti topik. Setelah mengobrol tentang beberapa gosip ringan, akhirnya dia menutup telepon.Setelah merasa cukup berendam, Livy mengeringkan tubuhnya dengan handuk. Dia melirik pakaian tidur

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 376

    Tatapan Preston sedikit melunak, alisnya pun tampak lebih rileks. Lalu, dengan nada tenang, dia berkata, "Livy, aku kaya, tampan, dan selain temperamenku, aku bisa memberimu semua yang kamu inginkan.""Dalam pernikahan, pasangan seharusnya saling memahami. Lagi pula, aku nggak merasa sering marah. Kebanyakan waktu, itu karena kamu yang melakukan kesalahan."Hah?Livy semakin bingung.Bukankah tadi Preston ingin menceraikannya? Menghubungkan sikapnya tadi malam dan hari ini, sebuah pemikiran yang sulit dipercaya muncul di benaknya.Livy menatap Preston dengan ragu, lalu bertanya dengan hati-hati, "Jadi ... kamu bersikap baik padaku hari ini karena aku bilang kamu mudah marah?"Tidak mungkin! Jadi, semua yang Preston lakukan adalah ... cara halus untuk menenangkannya?"Jadi, menurutmu aku benar-benar pemarah?" Preston menjepit sepotong daging panggang ke dalam mangkuknya, matanya menatapnya dengan tajam.Ini pertanyaan yang menentukan antara hidup atau mati.Livy buru-buru menggeleng. "S

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 375

    Livy menggelengkan kepala, sedikit ragu-ragu saat menjawab, "Pak Preston sangat sibuk setiap hari, kurasa dia nggak punya waktu untuk mengurusi hal seperti ini.""Jadi ... kita cuma bisa diam saja menerima ini?"Ivana tampak tidak terima, matanya penuh dengan kekesalan saat berkata, "Kamu sudah bekerja keras selama ini dan cuma dihargai sejuta? Bu Sherly benar-benar keterlaluan! Awalnya aku pikir dia cukup baik, tapi ternyata dia pencemburu sekali!"Livy terdiam sejenak. Dia merasa ini bukan sekadar masalah iri hati.Perasaan aneh yang dia rasakan semakin kuat. Seolah-olah Sherly menargetkannya bukan hanya karena iri, tetapi juga karena alasan lain yang tidak bisa dia jelaskan. Jika dia benar-benar ingin menyingkirkan Sherly, hanya mengandalkan masalah bonus proyek ini tidak cukup.Bagaimanapun juga, meskipun tindakan Sherly tidak etis, dia tetap mengikuti prosedur formal. Jadi, Livy tidak punya alasan yang cukup kuat untuk menindaknya. Merasa frustrasi, Livy hanya bisa memfokuskan dir

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status