Share

Bab 140

Penulis: Dania Zahra
Livy tidak pernah menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Orang yang menyebabkan kematian neneknya ternyata adalah ayah kandungnya sendiri.

Kenyataan itu begitu mengejutkan hingga Livy sulit bernapas dan pikirannya benar-benar kosong. Saat dia masih dalam keadaan linglung, Stanley memanfaatkan kesempatan itu untuk bangkit, menarik celananya, dan berlari ke arah pintu. Namun, seseorang sudah berdiri di sana dan menghentikannya.

"Pak Stanley, Anda nggak apa-apa?" Ternyata Yuri telah kabur lebih dulu dan menemui Linda. Linda langsung bergegas ke sana. Melihat keadaan Stanley yang kacau, wajahnya pucat dan celananya belum rapi, Linda hampir saja mengira Livy telah melakukan sesuatu yang ekstrem.

Dia hampir berpikir Livy benar-benar memotong bagian penting Stanley. Linda telah berjanji pada Charlene untuk menjaga Livy. Dia tidak bisa membiarkan Livy kehilangan kendali dan melakukan sesuatu yang melanggar hukum.

Jika Livy sampai masuk penjara, itu akan menjadi mimpi buruk bagi semua or
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 141

    "Nggak apa-apa, aku nggak mau merepotkanmu. Kamu fokus saja sama pekerjaanmu, aku bisa pulang sendiri." Livy memaksakan senyumnya dan menolak dengan lembut. Dia tidak ingin menyusahkan Linda lebih dari ini. Linda hanya membantu karena merasa berutang budi pada Charlene, dan Livy tidak ingin terus memanfaatkan kebaikannya.....Saat Livy turun ke lantai bawah untuk pulang, dia bertemu seseorang yang tidak asing lagi di lorong.Wanita itu tak lain adalah Sylvia.Livy terkejut. Kenapa Sylvia ada di sini? Di sisi lain, Sylvia juga memperhatikannya. Dengan senyum tipis, dia melambaikan tangan sambil menggerakkan kursi rodanya mendekat."Bu Livy," sapa Sylvia. Nada bicaranya lembut, tetapi tatapannya penuh sindiran. "Kamu datang untuk nyari Preston?" Dia menatap Livy dengan ekspresi menghakimi, lalu melanjutkan, "Aku tahu kalian bukan pasangan sungguhan. Jadi, apa yang kamu lakukan ini nggak terlalu berlebihan?"Ucapan Sylvia seperti pisau yang menusuk langsung ke hati Livy. Kata-kata itu me

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 142

    "Aku ke sini mengantarkan obat untuk temanku," jawab Livy.Preston mengernyitkan dahi, "Dia lupa bawa obat lagi?"Livy mengangguk. "Kebetulan aku mau bertemu dengannya, jadi sekalian bawakan obat.""Preston, kamu tahu sendiri, wanita yang kerja di tempat begini pasti butuh obat-obatan dengan cepat. Mereka harus meminumnya sesegera mungkin, itulah kenapa Bu Livy terburu-buru mengantarkannya. Bukan begitu, Bu Livy?" Sylvia tiba-tiba menyela dengan nada sarkastik, sambil tersenyum tipis dan menatap Livy dengan penuh sindiran.Preston ikut memandang Livy, seolah-olah menunggu jawabannya.Livy tahu maksud Sylvia. Namun, dia tidak mau kalah dan menjawab dengan tenang, "Temanku cuma flu biasa. Obatnya juga nggak mendesak. Minum sebelum tidur juga nggak masalah, bukan penyakit serius."Preston masih menatapnya dengan curiga. "Flu? Bukannya sudah lama? Masih belum sembuh?" Nada bicaranya terdengar datar, tapi jelas dia meragukan penjelasan Livy.Hati Livy mencelos. Sepertinya Preston lebih perc

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 143

    "Itu karena ayahku yang memohon padaku," ujar Livy pelan. "Aku butuh waktu lama untuk memutuskan membicarakan ini padamu. Bagaimanapun juga, Zoey pernah melakukan hal yang nggak pantas, jadi sulit bagiku untuk mengajukan permintaan ini ....""Tapi bagaimanapun juga, dia tetap adikku. Dan ini permintaan dari ayahku, jadi aku ingin mencoba memohon kesempatan terakhir untuknya." Wajah Livy terlihat begitu lemah dan menyedihkan, tetapi sebenarnya, semua itu hanyalah akting semata.Begitu Zoey kembali ke Grup Sandiaga, Livy tidak akan membiarkannya hidup dengan tenang. Dengan banyaknya karyawan di sana, Zoey pasti akan tenggelam dalam gunjingan dan hinaan mereka.Jika Rivano sangat mencintai kekuasaan dan kehormatan, maka dia harus memulainya dengan melihat kehancuran putrinya yang paling dia sayangi.Tak satu pun dari mereka akan mendapatkan kehidupan yang damai!"Kamu sudah pertimbangkan matang-matang? Kamu benar-benar mau ngasih dia kesempatan lagi? Kamu tahu, aku muak sekali padanya. Di

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 144

    Livy kehabisan napas akibat ciuman yang begitu intens. Namun, akal sehatnya akhirnya kembali mendominasi dan dia mendorong pria di depannya dengan sekuat tenaga.Preston mengernyitkan dahi, menunjukkan kebingungan atas penolakannya yang tiba-tiba. Dia bahkan bertanya, "Apa aku membuatmu sakit?"Preston mengira masalahnya ada pada dirinya. Lagi pula, Livy pernah menunjukkan sikap yang cukup aktif sebelumnya, sehingga dia sama sekali tidak menduga kalau Livy menolak hal ini terjadi."Aku ... aku ...." Livy tidak tahu harus memberi alasan apa. Preston sudah memergokinya, jadi satu-satunya pilihan adalah berpura-pura lemah. Dengan wajah memelas, dia berkata, "Aku cuma capek ... tubuhku rasanya kurang sehat."Ekspresi Preston berubah serius. Dia tampak khawatir dan berkata, "Kalau begitu, aku suruh David untuk memeriksamu.""Nggak perlu." Melihat Preston sudah mengeluarkan ponselnya, Livy buru-buru menolak. "Aku baik-baik saja. Bukan sakit, hanya terlalu capek ... sangat mengantuk. Aku hany

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 145

    Livy menoleh dan melihat Preston, merasa agak terkejut dengan kemunculannya yang tiba-tiba. Mata Livy tampak berkaca-kaca, membuatnya terlihat rapuh dan sedih. Tatapan itu membuat dada Preston terasa sesak."Kamu ini kenapa?! Kenapa nggak pakai baju tidur?" tanya Preston dengan suara serak penuh kemarahan.Dia berusaha keras menekan emosinya ... bukan karena marah pada Livy, melainkan pada dirinya sendiri karena kehilangan kendali.Namun, Livy yang tidak tahu hal itu justru semakin panik. Suara Preston yang keras membuatnya lebih gugup. Dengan wajah memerah karena malu, Livy buru-buru berlari ke arah lemari untuk mengambil baju tidur.Namun karena terlalu terburu-buru, handuk yang menutupi tubuhnya terlepas dan jatuh ke lantai, bahkan membuat kakinya tersandung.Brak!Tubuh Livy jatuh ke lantai dengan lutut terlebih dahulu. Rasa sakit menjalar seketika. Livy meringis dan memejamkan mata sambil menahan nyeri di lutut serta rasa malu. Ingin rasanya dia menghilang sekarang juga.Sebelum L

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 146

    Livy merasa tegang, seolah-olah ada sebuah tangan besar yang mencengkeram hatinya. Seketika, dia merasa dilema.Livy tidak tahu harus menjawab apa. Masalahnya adalah dia tidak tahu apa yang ada di pikiran Preston. Preston tidak seperti ingin membatalkan kontrak dengannya. Kenapa Preston begitu peduli padanya? Apa karena merasa bersalah?"Nggak lagi ...," jawab Livy dengan lirih.Preston meletakkan salepnya, lalu mendongak menatap Livy. Di depannya adalah kulit yang putih dan mulus, tulang selangka yang indah. Meskipun Livy meringkuk, dia tetap terlihat menawan.Livy bisa merasakan tatapan panas itu. Kulitnya seolah-olah terbakar. Bukan hanya wajahnya, tetapi kulitnya juga memerah.Pemandangan indah ini membuat setiap saraf dalam tubuh Preston menegang. Preston merasa dirinya seperti kecanduan narkoba.Preston sontak bangkit, lalu langsung menuju ke kamar mandi. Setelah pintu ditutup, Livy mendengar suara air mengalir. Kotak obat masih diletakkan di sampingnya. Livy duduk dengan tubuh t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 147

    Livy tak kuasa menelan ludahnya. Dia bisa merasakan suasana aneh ini. Seketika, dia merasa gugup. Pikirannya hampa. Dia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang."Hm." Livy mengiakan dengan lirih, mencoba untuk menggeser kakinya. Namun, tangan besar itu tidak ingin melepaskan kakinya.Seketika, wajah Livy memerah. Preston masih menatapnya lekat-lekat, tidak memberinya kesempatan untuk menenangkan diri.Saat berikutnya, sebelum Livy tersadar dari lamunannya, Preston tiba-tiba membalikkan tubuh Livy dan menindihnya. Ciuman yang liar sontak mendarat, membuat Livy tidak sempat berpikir ataupun melawan. Dia seperti es yang dilelehkan oleh api ........Livy terlambat ke kantor. Namun, dia tidak perlu cemas karena Preston sudah berjanji tidak akan memotong gajinya.Setelah Livy duduk di kursinya, Ivana tiba-tiba mendekat. "Livy, kamu nggak enak badan ya? Erick sudah balik. Aku kira kamu kira ketakutan sampai nggak berani datang kerja lagi.""Nggak kok, sudah mendingan. Aku cuma agak pusi

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 148

    Wajah Livy memerah. Dia tidak berani lanjut membayangkan. Dia khawatir dirinya makin terjerat.Makanya, Livy memberi tahu Preston bahwa dia tidak akan makan siang di atas hari ini. Preston tidak setuju, mengira Livy akan melewatkan waktu makan di kantin. Livy pun menegaskan berulang kali bahwa dia akan makan tepat waktu. Setelah itu, Preston baru menyetujui permintaannya.Alhasil, hal ini justru membuat Ivana salah paham. Ivana mengira Livy bertengkar dengan Bendy. Livy terpaksa menjelaskan, "Pak Preston nggak menyuruhku melaporkan pekerjaan beberapa hari ini. Makanya, aku makan di kantin.""Kalau begitu, aku harus berterima kasih kepada Pak Preston karena membebaskanmu. Kalau nggak, kita nggak bakal bisa makan bersama lagi." Ivana tertawa. "Terus, gimana dengan Bendy? Dia pesan makanan sendirian dan makan di ruangannya?""Seharusnya begitu ...," jawab Livy dengan kaku. Ekspresinya terlihat sangat canggung. Dia hanya bisa mengucapkan maaf di dalam hatinya kepada Bendy."Gimana kalau ki

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 262

    Livy sama sekali tidak menyangka Stanley bisa sehina itu.Livy bahkan masih berpikir untuk mencari cara menjelaskan hubungannya dengan Stanley, tetapi apa yang didengarnya membuat darahnya mendidih. Dengan panik, Livy berteriak, "Stanley, jangan mengada-ada!""Aku nggak mengada-ada!" Stanley kini sudah kehilangan akal sehat. Satu-satunya cara untuk melindungi dirinya adalah dengan menjatuhkan Livy.Meski dia muak dengan Chloe yang sibuk mencari pria model dan selalu bersikap seperti putri, Stanley mengingat bagaimana Livy dulu begitu lembut, perhatian, dan selalu ada untuknya. Jelas, Livy jauh lebih baik dibanding Chloe dalam banyak hal.Namun, Livy tidak memiliki status sosial seperti Chloe. Selain itu, Chloe punya hubungan dengan Keluarga Sandiaga. Jika dia sampai merusak hubungan ini, bisnis keluarganya yang kecil itu pasti akan hancur total.Setelah mempertimbangkan semuanya, Stanley memutuskan untuk terus menyalahkan Livy."Paman Preston, aku dan Livy memang pernah berpacaran. Kam

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 261

    Setelah berkata demikian, Stanley tiba-tiba meraih tangan Livy.Seolah tersentuh sesuatu yang menjijikkan, Livy buru-buru melepaskan tangannya. Dia berdiri dengan tegas dan menatap Stanley dengan penuh amarah."Stanley, aku sudah bilang dengan sangat jelas. Hubungan kita sudah benar-benar selesai. Mulai sekarang, hiduplah dengan Chloe dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi!""Livy, apa kamu masih marah?" tanya Stanley sambil memaksakan senyuman. Dia tiba-tiba mengeluarkan sebuah cincin dari sakunya.Sebelum Livy sempat bereaksi, Stanley sudah berlutut dengan satu kaki di hadapannya."Livy, dulu kamu pernah marah karena selama bertahun-tahun kita bersama, aku nggak pernah melamarmu. Sekarang aku sadar betapa salahnya aku. Hubunganku dengan Chloe adalah sebuah kesalahan besar. Aku benar-benar menyesal. Bisa nggak kita memulai semuanya dari awal?""Stanley, kamu gila, ya?!" Livy benar-benar panik. Dia mencoba menarik Stanley untuk berdiri.Namun, tepat pada saat itu, sebuah suara ding

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 260

    Sylvia memesan restoran mewah di dalam pusat perbelanjaan.Livy tahu restoran ini sangat terkenal. Tempat seperti ini memerlukan reservasi jauh-jauh hari dan harganya juga sangat mahal. Restoran ini sering dianggap sebagai tempat yang eksklusif.Hanya beberapa hidangan saja di restoran ini sudah setara dengan gajinya selama sebulan."Livy, kamu jarang sekali punya kesempatan makan di tempat sebagus ini. Jadi, pesan saja apa yang kamu mau. Anggap ini pengalaman langka buatmu," ujar Sylvia sambil perlahan menyesap air hangat. Nada bicaranya penuh sindiran dan merendahkan.Bagi Sylvia, Livy hanyalah gadis tanpa latar belakang yang tidak pantas berada di tempat seperti ini.Livy tahu Sylvia sengaja meremehkannya. Namun, wajah Livy tetap tenang. Dia sudah terbiasa dengan perilaku Sylvia yang selalu tampak manis di luar tetapi penuh racun di dalam.Livy melirik jam di pergelangan tangannya. Jika makan siang ini selesai, waktunya akan bertepatan dengan jam pulang kerja. Dia hanya perlu bertah

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 259

    "Nggak perlu. Selain itu, Bu Livy adalah orang yang sangat penting bagimu. Aku ingin menjalin hubungan baik dengannya," kata Sylvia dengan tenang. "Jangan khawatir, aku akan berusaha untuk bergaul dengan Bu Livy.""Pak Preston, sebenarnya aku punya jadwal lain sore ini. Bu Sylvia jelas bisa ...." Livy mencoba menyisipkan penjelasan, berharap bisa menyampaikan keinginannya untuk kembali bekerja.Namun, Preston tampaknya tidak memberinya kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya. Wajahnya berubah dingin dan suaranya menjadi ketus, "Livy, pekerjaanmu hari ini adalah menemani Sylvia. Kalau kamu nggak mau bekerja di Grup Sandiaga, kamu bisa langsung mengundurkan diri.""Pak Preston, bukan begitu, aku hanya ingin tetap di kantor sore ini ...." Livy berusaha menjelaskan dengan penuh perjuangan.Namun, Sylvia sudah mulai bertindak manja. Dia meraih ujung jas Preston dan memohon dengan nada lembut, "Preston, peluk aku ke mobil, ya.""Baik."Begitu ucapan itu dilontarkan, Preston langsung membun

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 258

    Ekspresi Livy langsung berubah.Sylvia jelas bukan meminta untuk "dibantu", tetapi ingin Livy menggendong Sylvia yang beratnya hampir sama dengan dirinya ke dalam mobil! Selain itu, Livy sama sekali tidak berniat meremehkan Sylvia hanya karena kondisinya."Bukan begitu, Preston. Aku nggak pernah meremehkan Sylvia ...," jelas Livy dengan tergagap.Namun, entah apa yang dikatakan Preston di telepon, mata Sylvia yang sebelumnya memerah karena berpura-pura menangis, kini perlahan-lahan kembali cerah. Meski begitu, nadanya tetap terdengar tersedu-sedu."Preston, aku tahu. Kamu nggak perlu menghiburku. Demi kamu, aku nggak pernah menyesal. Tapi aku nggak ingin jadi beban siapa pun. Kalau kamu juga merasa aku merepotkan, aku nggak akan muncul lagi di hadapanmu."Tubuh Livy terasa dingin seketika. Dia mendengar percakapan Sylvia yang sengaja dibuat agar terdengar olehnya. Suara Preston terdengar jelas dan tegas dari telepon."Sylvia, kamu nggak akan pernah jadi beban bagiku. Jangan menangis la

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 257

    "Kelilingi semua bagian saja, ya. Maaf merepotkan Bu Livy untuk mendorongku. Oh, ya, setelah selesai mengunjungi Grup Sandiaga, sore ini akum au jalan-jalan juga. Jadi, aku perlu Bu Livy menemaniku."Apa? Mau jalan-jalan pula?Livy tetap berusaha sabar dan mengingatkan dengan nada sopan, "Bu Sylvia, tugasku dari Pak Preston cuma menemanimu berkeliling Grup Sandiaga. Untuk jalan-jalan, kamu mungkin bisa mengajak teman atau sahabatmu."Sylvia tertawa kecil dengan nada menyindir, "Sepertinya aku tahu kenapa Bu Livy nggak bisa naik ke posisi yang lebih tinggi. Bahkan maksud tersirat dari atasan pun nggak bisa dipahami.""Maksud Preston adalah hari ini pekerjaanmu adalah menemaniku. Atau ... apakah aku perlu menelepon Preston sekarang untuk memastikannya?""Nggak perlu," jawab Livy cepat. Dia tahu, jika Sylvia benar-benar menelepon Preston, hasilnya hanya akan membuat Preston berpihak pada Sylvia. Jika itu terjadi, Livy hanya akan mempermalukan dirinya sendiri.Dengan senyum terpaksa, Livy

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 256

    Untuk sesaat, seisi ruangan itu sunyi senyap. Livy berdiri perlahan, pandangannya tanpa sadar tertuju pada kedua orang yang baru saja masuk. Tebersit rasa getir yang samar di dadanya."Preston, jadi ini departemen sekretaris, ya? Kelihatannya memang bagus." Suara Sylvia terdengar begitu lembut dan memikat hingga semua orang yang mendengarnya merasa tersentuh.Kalau saja Livy tidak tahu Sylvia pernah sengaja mencoreng namanya sebelumnya, mungkin dia juga akan menganggap Sylvia sebagai wanita yang anggun dan penuh kelembutan."Hmm, ada delapan orang di sini, mereka bertugas menangani berbagai urusan," jelas Preston dengan nada datar. "Apa ada tempat lain yang ingin kamu lihat?""Tentu saja ada," jawab Sylvia dengan senyuman manis. Dia berkedip lembut dengan tatapan yang tampak begitu pengertian."Aku sudah lama nggak kembali ke negara ini, jadi belum sempat benar-benar melihat-lihat Grup Sandiaga. Tapi aku tahu kamu sibuk, Preston. Aku nggak bisa terus merepotkanmu. Gimana kalau aku menc

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 255

    Nicky, Stanley ….Preston tidak percaya bahwa Livy tidak memiliki hubungan apa pun dengan mereka!"Livy."Mendengar namanya tiba-tiba dipanggil Preston, Livy menoleh. "Ada apa?" tanyanya."Ada sesuatu yang sebaiknya kamu akui sendiri terlebih dulu." Tatapan Preston sangat tajam seolah-olah bisa menebak isi pikiran orang.Livy tiba-tiba merasa bersalah. Setelah memikirkannya dengan saksama sejenak, dia berkata dengan tulus, "Sayang, aku nggak mengerti apa maksudmu."Mau terus terang apaan? Dia tidak pernah melakukan apa pun sama sekali. Sebaliknya, justru Preston yang terus menerus berlari ke arah Sylvia. Meski mereka hanya dalam hubungan kontrak, bukankah Preston seharusnya memberitahunya?Setidaknya katakan bahwa hubungan mereka dengan Sylvia akan segera berakhir. Dengan begitu, Livy bisa segera menarik kembali perasaan yang seharusnya tidak dia miliki. Bukan seperti sekarang, terus terombang-ambing antara rasa sakit dan momen-momen kehangatan yang diberikan Preston.....Hari Senin t

  • Malam Penuh Gelora Bersama Bosku   Bab 254

    Ekspresi Preston tetap dingin tanpa emosi. Namun, setiap kata yang keluar dari mulutnya seperti menghujam tepat ke titik lemah Bahran.Pernikahan bisnis yang dulu dijalani Bahran dengan istrinya tidak dilandasi cinta. Selama bertahun-tahun, hubungan mereka hanya menghasilkan seorang putri.Meski demikian, latar belakang istrinya cukup kuat, sehingga dia memiliki watak yang keras dan sulit dihadapi. Setiap ulah Bahran di luar rumah selalu sampai ke telinganya, dan setiap kali hal itu terjadi, pasti diikuti oleh pertengkaran besar."Preston, kamu ini terlalu ikut campur!" Bahran yang merasa harga dirinya diinjak, mulai kehilangan kendali.Dengan nada penuh amarah, dia berkata, "Kenapa berpura-pura di depanku? Kamu dan Livy sama sekali nggak punya cinta yang sebenarnya! Aku cuma ngasih tahu Livy cara terbaik untuk mengamankan posisinya, yaitu dengan punya anak. Sama seperti ibumu dulu. Setidaknya, dia mendapatkan sesuatu, bukan?"Kata-kata itu langsung menyulut kemarahan Preston. Aura din

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status