Home / Romansa / Malam Panas Dengan Mantan Suami / 74. Aku mohon jangan begini

Share

74. Aku mohon jangan begini

Author: Rossy Dildara
last update Last Updated: 2025-02-05 13:00:08

"Tapi kok Kakak bisa tau, kalau Kenzie ada di rumah Nona Agnes? Apa Nona Agnes menghubungi Kakak?" tanyaku, d*daku terasa panas. Aku sangat berharap mereka sudah tak lagi berkomunikasi, tapi sepertinya harapanku terlalu tinggi, ya?

"Aku tau dari Ayah. Agnes memberitahukan melalui Ayah," jawab Kak Calvin.

"Ayah?" Lega rasanya mendengarnya.

*

*

Tak lama, mobil yang kami tunggangi akhirnya sampai di depan halaman rumah Nona Agnes. Dari kejauhan, kulihat Kenzie berdiri di sana bersama Nona Agnes. Tampaknya dia menunggu kedatangan kami, dan hatiku langsung berbunga melihatnya dalam keadaan baik.

"Bundaaaa!! Ayaaahh!!" Kenzie berteriak, dan langsung berlari menghambur ke pelukan kami saat kami baru saja turun dari mobil. Tapi yang lebih dulu dia peluk adalah Kak Calvin, lalu selanjutnya adalah aku.

"Kamu baik-baik saja 'kan, Nak? Apa kamu terluka?" Aku segera menggendong Kenzie, lalu kuperhatikan seluruh tubuh dan wajahnya sambil k
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   75. Kenapa dia ada di sini?

    Hari berganti. "Tunggu sebentar, ya, aku mau angkat telepon dari rekan bisnisku dulu," kata Kak Calvin, suaranya sedikit terburu-buru, sebelum pamit dari ruang makan. "Iya, Kak." Aku mengangguk. Segera kutuangkan nasi goreng di atas piring Kenzie. Bocah kecilku duduk di sampingku. Dia sudah mandi dan berpakaian rapih dengan seragam sekolahnya, tapi Kak Calvin meminta agar Kenzie tidak masuk sekolah dulu. Aku tahu dia pasti masih takut, mungkin trauma, atas apa yang telah terjadi pada anak kami. Dan aku pun begitu. Rasa takut itu masih mencengkeram erat, tak mau melepaskan. "Kenzie mau makannya disuapi Ayah, Bunda." Kenzie menggelengkan kepala, saat baru saja aku hendak menyuapinya. "Ya udah, kita tunggu Ayah selesai menelepon dulu, ya?" tanyaku lembut, tangannya meraih tanganku. Kenzie mengangguk, matanya menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan. "Kenzie duduk di sini dulu,

    Last Updated : 2025-02-06
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   76. Memfitnah tanpa bukti

    (POV Calvin)"Nona Agnes, kenapa Nona ada di sini?" tanya Viona yang tampak terkejut melihat kehadiran Agnes. Sementara aku, hanya bingung mengapa dia berada di sini. Apa dia ingin menjelaskan padaku secara langsung, tentang peristiwa yang telah terjadi?Mungkin saja."Eh, Viona ... Mas Calvin." Perempuan itu tersenyum menatapku, senyumnya terlihat begitu manis. Dapat kurasakan genggam tangan Viona semakin erat pada lenganku, seolah-olah takut jika aku pergi darinya. "Kalian ternyata ke sini juga? Kebetulan sekali, aku datang karena ingin bertamu.""Ayok duduk, Cal, Vio," titah Bunda. Dia berdiri, melangkah ke arahku dengan lengan terulur hendak menggendong Kenzie. Tapi bocah lucu yang berada dalam gendonganku itu menolak, menggelengkan kepalanya."Ayok kita duduk, Kak." Viona menarikku, mengajak untuk duduk bersama dalam satu sofa. Sementara Kenzie kududukkan di atas pangkuanku. Kulihat wajah Viona cemberut. Aku mengerti, pasti dia tidak

    Last Updated : 2025-02-07
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   77. Sudah mulai move on

    Senyum hangat Bunda merekah saat dia memasuki ruangan, Bibi pembantu setia di sisinya, membawa minuman dan cemilan yang tertata apik di atas meja. Agnes, yang sedari tadi duduk di sofa, berdiri dengan senyum lembut."Kalau begitu, aku pamit pulang dulu ya, Om, Tante," ucapnya, matanya beralih ke Kenzie, senyumnya melebar. Dia meraih paper bag yang tergeletak di atas meja, "Oh ya, Tante juga belikan Kenzie mainan lho. Semoga kamu suka dengan mainan yang Tante beli, ya?"Kenzie menatap benda di dalam paper bag dengan mata berbinar, lalu menoleh padaku, seolah meminta izin."Ambil saja, Sayang," kataku sambil tersenyum lembut. Bocah itu mengangguk, tangan mungilnya meraih paper bag itu dengan penuh semangat."Terima kasih, Tante.""Sama-sama, Sayang," jawab Agnes.Bunda mengulurkan tangan, menahan Agnes yang hendak beranjak, "Kamu jangan pulang dulu lah, Nes, kan baru sampai. Minuman sama cemilan juga baru Tante ambilkan."

    Last Updated : 2025-02-08
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   78. Minta tolong

    Kalau sudah bawa-bawa anak, aku mengaku kalah. Hatiku langsung melunak dan akan menuruti permintaannya."Ya sudah, aku keluar dulu buat beli jambu dan bahan-bahan untuk membuat sambel rujaknya. Tapi sebelum makan rujak, kamu harus makan nasi dulu. Kalau nggak makan nasi, aku nggak akan membelikannya." Aku sengaja sedikit mengancamnya, itu dilakukan karena aku sayang padanya. Aku tidak ingin Viona sakit perut karena belum terisi nasi malam ini. "Kalau kamu nggak kepengen nasi goreng. Aku belikan bubur saja bagaimana? Bubur ayam, ya?""Boleh deh." Viona mengangguk senang, dia tersenyum dan menggenggam tanganku. "Tapi belinya nggak perlu Kakak keluar rumah. Kakak beli lewat online saja, nanti yang ngirim ojol.""Oke deh."Aku setuju, itu akan menghemat tenaga dan waktu. Segera mengambil ponsel untuk memesan apa saja yang Viona inginkan. Bubur yang kubeli juga bukan hanya satu bungkus, melainkan dua. Sebab takutnya Kenzie ikut kepengen, pasti nanti Vi

    Last Updated : 2025-02-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   79. Suami takut istri

    "Kan kamu tau sendiri, kalau perusahaan Om mengalami kebangkrutan. Otomatis Om jadi pengangguran. Om mau ... kamu berikan Om pekerjaan di perusahaanmu. Tapi Om mau posisinya yang tinggi dan gajinya besar, Cal." Aku sedikit terkejut mendengarnya. Om Erick, yang biasanya selalu bersemangat, kini terlihat lesu. Dia ingin bekerja denganku, tapi menginginkan posisi tinggi? Ini situasi yang sulit. "Maaf, Om. Bukan aku tidak mau, tapi semua posisi di kantorku penuh." Aku berusaha menyampaikannya dengan lembut. "Masa sih, satu posisi saja nggak bisa nambah? Perusahaanmu 'kan besar." Om Erick terlihat tidak percaya, raut wajahnya menunjukkan kekecewaan. "Perusahaanku memang besar, tapi posisi tinggi yang Om maksud sudah penuh. Kalau Om mau jadi security atau office boy, aku bisa memberikannya." Aku menawarkan alternatif, meskipun tahu itu bukan yang Om Erick harapkan. "Masa kamu ngasih posisi rendahan buat Om sih, Cal? Tega amat." Kekecewaan Om Erick semakin terlihat. Suaranya terdengar g

    Last Updated : 2025-02-09
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   80. Jangan langsung marah

    Aku menghela napas berat, lalu memutuskan untuk masuk ke dalam rumah dan mengunci pintu.Aku teringat akan permintaan Viona untuk membuatkannya sambel rujak. Itu harus jadi sebelum Viona terbangun."Pak Erick sudah pulang, Cal?" Suara Papa memecah kesunyian dapur. Beliau menghampiriku, mengambil gelas dari rak, lalu menuangkan air putih."Iya, Pa." Aku mengangguk pelan, jari-jariku sudah membuka aplikasi di ponsel, mencari video tutorial sambal rujak."Papa senang, hubunganmu dan Nona Agnes berakhir dengan damai. Jujur, Papa juga merasa iba pada Nona Agnes, tapi mungkin ini jalan terbaik untuk kalian berdua." Suaranya lembut, penuh pengertian."Iya, Pa. Aku juga berharap begitu. Sekarang, aku hanya ingin fokus pada keluargaku. Mereka adalah prioritasku." Kalimat itu keluar dari lubuk hatiku yang terdalam.Papa tersenyum, matanya mengamati tanganku yang sibuk menyiapkan bahan-bahan di atas meja dapur. "Mau Papa bantu, Cal?

    Last Updated : 2025-02-10
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   81. Hubungan kita masih baik

    Papa menggeleng kepala, lalu menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. "Coba dibuka, Cal. Kita lihat apa isinya.""Iya, Pa." Aku meletakkan kotak itu di atas meja. Bersama Kenzie, kami membuka bungkusan itu. Ternyata isinya dua buah dress model ibu hamil. Warna dan motifnya sangat cantik, kainnya terasa lembut dan mewah—jelas seperti baju mahal."Baju, ya? Bagus sekali," puji Papa, jari-jarinya menyentuh kain lembut itu dengan penuh perhatian. Namun, di bawah baju itu ada selembar kertas terlipat rapi, seperti sebuah surat."Ada suratnya juga, Pa.""Coba baca, Cal."Aku mengangguk, lalu membacakan surat itu dengan suara pelan. "‘Viona, aku harap kamu bisa menerima dan memakai baju yang aku berikan. Aku juga berharap... setelah semua yang terjadi, hubungan kita masih baik. Semoga kehamilanmu selalu sehat, ya.’" Aku membacanya dengan hati-hati, berusaha menangkap setiap emosi yang tersirat di balik kata-kata Agnes. Ada ketulus

    Last Updated : 2025-02-11
  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   82. Viona diculik

    Sebuah tangan kasar tiba-tiba mencengkram mulutku dari belakang, sapu tangan kasar menekan bibirku dengan kuat. Bau menyengat langsung menerjang hidungku, membuat kepala terasa berat, pandangan kabur, dan tubuhku lemas tak berdaya. Seolah-olah dunia berputar, aku merasakan tubuhku ambruk ke tanah. Jeritan minta tolong menggema di telingaku. "Kakak... tolonggg!!" Viona? Suara itu... Kenapa dia memanggilku? Apa yang terjadi? Ketakutan menusuk jantungku, sebuah rasa cemas yang dingin mencengkeram perutku. Namun, tubuhku tak berdaya. *** Entah sudah berapa lama mataku terpejam, rasanya seperti berabad-abad. Ketika akhirnya aku membuka mata, yang kulihat adalah langit-langit putih, khas kamar rumah sakit. Aku terbaring di ranjang, tubuhku terasa berat dan lemas. Pandanganku menjelajahi ruangan, mencari-cari sosok Viona. Jantungku berdebar kencang, kenangan jeritannya masih bergema dalam benakku. Apakah aku pingsan? Semoga saja Viona baik-baik saja. "Calvin... kamu sudah bangun? Syu

    Last Updated : 2025-02-11

Latest chapter

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 43. Ingat umur

    "Zea belum makan apa pun sejak siang tadi, Pak," lapor Akmal lirih, mendekat ke arah Kenzie. Sejak kedatangan Kenzie, dia duduk di depan kamar rawat. Kenzie tersentak lalu menoleh, tubuhnya tampak menegang. "Kok belum makan? Kenapa? Apa suster tidak mengantar makanan?" Suaranya bergetar, kecemasan terpancar jelas dari sorot matanya yang sayu. "Sudah, Pak. Tapi Zea menolaknya." "Harusnya kamu tawarkan makanan lain, Mal," desahnya, nada suaranya terdengar menyalahkan Akmal. Dia telah menitipkan Zea, dan seharusnya Akmal bisa bertanggung jawab sepenuhnya. "Makanan rumah sakit memang tidak seenak makanan rumahan, wajar kalau Zea tidak berselera." "Saya sudah menawarkan makanan dari restoran depan, Pak. Berbagai macam sudah saya belikan, dari makanan berat hingga yang manis. Tapi Zea tetap menolaknya. Lihat saja .…" Akmal menunjuk ke arah jendela. Beberapa bungkus makanan tergeletak tak tersentuh di atas meja. "Itu semua belum d

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 42. Sudah sepakat

    "Awalnya aku berencana seperti itu, Yah. Aku hanya ingin bertanggung jawab sampai bayi itu lahir, setelah itu aku akan meninggalkannya." Kenzie membeberkan rencana awalnya, baginya itu tak perlu ditutupi. Apalagi Ayah Calvin sudah memberikannya wejangan. "Tapi... sepertinya rencana itu harus aku urungkan." "Kenapa begitu? Apa karena kamu mau mendengarkan kata-kata Ayah?" Ayah Calvin bertanya, sebuah harapan tersirat dalam suaranya. "Banyak faktornya, salah satunya dari kata-kata Ayah juga. Aku akan menuruti." Kenzie mengangguk patuh, menunjukkan kepatuhannya pada ayahnya. "Tapi yang utama, karena Kakek, Yah." "Kakek?" Ayah Calvin mengerutkan dahi, bingung dengan penjelasan Kenzie. "Iya. Kakek Tatang. Dia menyukai Zea, dia kepengen Zea menjadi istriku." Penjelasan Kenzie semakin membuat Ayah Calvin penasaran. "Lho... bukannya kamu nggak bisa melihat hantu Kakekmu, ya?" Ayah Calvin menatap Kenzie dengan heran, bulu kuduknya merinding mengingat penampakan hantu mertuanya yang

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 41. Tetaplah bersamanya

    "Kamu jangan percaya pada Heru, Yang. Dia berdusta. Anak ini anakmu, bukan anaknya!" Air mata Helen membanjiri wajahnya, tangisnya semakin pecah, suara pilu menggema di ruangan yang tiba-tiba terasa sempit dan pengap. Dia mencoba menjelaskan, membela diri, menyelamatkan pernikahannya yang sudah berada di ujung tanduk.Namun, Kenzie tetap diam, tatapannya kosong, tak bergeming.Ayah Calvin, dengan wajah yang menggambarkan beban berat yang dipikulnya, akhirnya angkat bicara. Suaranya berat, menahan beban emosi yang tak kalah besarnya. "Pak Janur... Bu Hanum... sepertinya, ikatan keluarga kita harus berakhir sampai di sini. Kita harus menerima keputusan Kenzie." Kata-kata itu, yang keluar pelan namun menusuk, seperti palu yang menghantam dada Papi Janur dan Mami Hanum.Mami Hanum, dengan suara bergetar menahan tangis, menatap besannya dengan tatapan penuh harap. "Kok Bapak malah mendukung perceraian?" suaranya meninggi, mengungka

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 40. Mulai goyah

    "Biar aku, Yah," kata Kenzie, suaranya terdengar berat. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri sebelum mulai bercerita. "Sebelum menikah, aku berpacaran dengan Helen selama lima tahun. Tiga tahun di antaranya kami bertunangan, bahkan sebelum kami menjalani hubungan jarak jauh. Aku sengaja ingin bertunangan dulu, sebagai bukti keseriusan hubungan kami meskipun jarak memisahkan."Kenzie berhenti sejenak, mencoba mengendalikan emosinya. "Selama lima tahun pacaran… aku selalu menjaga kehormatan Helen, kami belum pernah berhubungan badan. Tapi ... di malam pengantin kami, aku merasa terkejut saat mengetahui Helem sudah tidak suci lagi.""Tidak suci?!" seruan Ayah Calvin, Bunda Viona, Opa Andre, dan Oma Dinda menggema di ruangan, suara mereka bercampur antara keterkejutan dan kemarahan. Mata mereka melebar tak percaya.Ekspresi terkejut dan tak percaya juga terpancar dari wajah Papi Janur dan Mami Hanum. Suasana tegang mencapai puncakn

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 39. Mediasi

    "Izinkan aku hidup mandiri. Aku tidak mau tinggal satu atap dengan Bapak. Tapi Bapak tidak perlu khawatir… setelah aku melahirkan, aku akan menyerahkan bayi ini kepada Bapak." Kata-kata itu keluar pelan, mengandung beban berat yang hanya dia sendiri yang mengerti. "Dan sebelum aku melahirkan… Bapak dilarang menemuiku. Biarkan aku hidup dengan bebas, sesuka hatiku." Dia meminta kebebasan, sebuah ruang untuk bernapas dan menenangkan jiwanya yang terluka."Tidak!" Kenzie menggeleng cepat, penolakannya keras dan tegas. Bagi dia, permintaan Zea itu sama saja dengan ditinggalkan. "Kita kan suami istri, Zea. Hal seperti itu tidak boleh dilakukan. Kita harus satu atap, kamu tidak boleh pergi meninggalkanku." Egoisnya terpancar jelas, dia hanya memikirkan keinginannya sendiri."Kalau kita satu atap terus… bisa-bisa semua orang tau kalau kita ada hubungan, Pak," Zea mencoba menjelaskan dengan tenang. "Bapak jangan menyepelekan hal seserius ini, ini sangat beri

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 38. Ada syaratnya

    Mata Zea perlahan terbuka, berat dan terasa berpasir. Cahaya redup menyilaukan sejenak, sebelum akhirnya dia mampu membiasakan penglihatannya. Ruangan putih bersih mengelilinginya, bau disinfektan khas rumah sakit menusuk hidungnya.Dia memutar kepala perlahan, melihat dinding-dinding yang polos, perlengkapan medis yang terpasang rapi di samping tempat tidur, dan jendela yang tertutup tirai putih tipis. Kejutan menusuk kesadarannya."Eh, ini seperti ruangan rumah sakit, kan??" gumamnya lirih, suaranya serak dan lemah. Dia mencoba duduk, merasakan nyeri menusuk di perut bagian bawah.Ingatannya kembali pada kejadian sebelumnya; sakit perut yang luar biasa, desakan-desakan kambing yang mengerikan di dalam kandang, kehilangan kesadaran... "Ooohh... pasti ini gara-gara aku sakit perut dan kena desak-desakan kambing. Tapi, siapa kira-kira yang bawa aku ke rumah sakit? Jangan bilang kalau ...." Pikirannya melayang, mencoba menebak siap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 37. Kondisinya memprihatinkan

    Air mata Kenzie membanjiri pipinya, deras dan tak terbendung tanpa permisi. Meskipun awalnya dia tak begitu mendambakan kehadiran anaknya, namun kabar tentang kemungkinan kehilangannya telah menusuk kalbu jauh lebih dalam daripada yang pernah dia bayangkan. Sekelebat Kenzie membayangkan wajah mungil anaknya. bayangan kehidupan kecil yang mungkin tak akan pernah ada, menghantamnya dengan kekuatan yang luar biasa. "Tidak, Pak. Anak Anda baik-baik saja." Suara dokter itu seperti bisikan samar dari dunia lain, tak mampu menembus kabut kesedihan yang menyelimuti Kenzie. Matanya membulat, tak percaya, dipenuhi kebingungan yang membingungkan. "Se-serius itu, Dokter? Anak saya… baik-baik saja?" "Ya, Pak." Dokter itu mengangguk pelan, mencoba menyampaikan kabar baik dengan hati-hati, memahami guncangan emosi yang tengah dialami Kenzie. Kata-kata dokter itu perlahan mengurai simpul kesedihan yang mencekik dada Kenzie, seakan melepaskan ikatan yang menghimpit napasnya. Dia segera mengusap

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 36. Anakku sudah meninggal?

    Papi Janur terdiam, matanya menerawang, mencoba mengingat-ingat apakah dia mengenal seseorang bernama Heru. Nama itu terasa asing, namun sebuah rasa gelisah mulai menggelitik."Berhubung Bapak dan Ibu sudah ada tamu... izinkan kami pamit. Urusan saya dan istri juga sudah selesai, tinggal kita rundingan Kenzie dan Helen saja," ujar Ayah Calvin, tangannya sudah meraih gagang kursi. Namun, Papi Janur menahannya dengan tatapan hangat."Silakan minum kopi dan tehnya dulu, Pak, Bu. Baru pulang," pinta Papi Janur, suaranya lembut namun tegas.Ayah Calvin dan Bunda Viona mengangguk, segera menyesap minuman yang telah terasa dingin namun masih nikmat di tenggorokan."Kalau ada informasi tentang Kenzie... mohon segera hubungi saya atau Helen," pinta Papi Janur, seraya menjabat tangan Ayah Calvin. "Saya juga akan ikut mencarinya besok.""Tentu, Pak. Semoga segera ada kabar baik. Assalamualaikum.""Waalaikum salam."Mereka mengant

  • Malam Panas Dengan Mantan Suami   (S2) 35. Dia istriku

    "Lho... kenapa itu, Pak?" tanya Kenzie, menunjuk kandang kambing dengan jari telunjuknya. Kawanan kambing itu makin menggila, berlarian tak karuan, menggerakkan tubuh mereka dengan panik, menimbulkan suara gaduh yang semakin menambah kekacauan. Fokus Kenzie buyar, teralihkan oleh kekacauan di hadapannya. Pria paruh baya itu, yang sebenarnya adalah ketua RT setempat, langsung berlari menuju kandang, langkah kakinya tergesa-gesa. Dia memeriksa setiap sudut kandang, mencari sumber kegaduhan. Bau kambing yang menyengat menusuk hidungnya, bercampur dengan aroma tanah dan sesuatu yang... aneh. Pandangan matanya terhenti pada sesosok tubuh yang tergeletak di pojok kandang, tersembunyi di balik tumpukan jerami yang berserakan. "Pak! Pak! Ada orang pingsan di dalam!" teriaknya, suara panik tersiar di antara suara kambing yang masih berisik. Dengan tangan gemetar, dia buru-buru membuka pintu kandang yang terbuat dari kayu lapuk. "Ora

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status