'Tuhan, berikan aku kekuatan untuk menghadapi semua ini,' batin Riani dengan mengusap-usap perutnya yang sudah sedikit menonjol.Di dalam kamar Jonathan, dia sedang duduk di sofa dengan memijat pelan pelipisnya sendiri, dia tidak menyangka jika ibunya terlalu terobsesi untuk menikahi dirinya dengan seorang wanita dari anak temannya.Jonathan juga terlalu bodoh mengiyakan perjodohan itu, dan dia menerima saja perjodohan itu saat mereka membahasnya di Apartemen saat itu, saat di mana gadisnya sedang berada di caffe dengan keponakannya."Aku harus mencari cara lain," gumam Jonathan yang berusaha mencari rencana agar dirinya tidak menikahi wanita pilihan ibunya.Sebenarnya perjodohan antara Jonathan dengan Tania adalah rencananya Dona saja, dan Daniel tentu saja tidak menyukai rencana itu, tapi Daniel tidak bisa melakukan apa pun. Apa lagi saat Dona mengancam pada Jonathan jika Jonathan tidak mau menikahi Tania maka Dona akan membuat Riani terus menderita.Tentu saja Jonathan tidak akan m
"Kapan mau nikahi Riani?" tanya Daniel sambil menatap ke arah anak bungsunya, Jonathan.Sebelum Jonathan menjawab pertanyaan sang ayah, dia mulai menghela napasnya terlebih dahulu, lalu berkata. "Pengennya besok," jawabnya dengan keraguan. "Tapi aku gak yakin kalau ibu bakal tinggal diem aja kalau aku nikahin Riani," sambungnya."Sebaiknya nikahin aja dulu, kan kau belum tau reaksi ibu bakal gimana," celetuk Jefan."Enak sekali omongan kau yang asal ceplos aja," ujar Jonathan dengan gelengan kepala.Sebenarnya Jonathan memang sudah memiliki niat seperti yang di katakan oleh sang kakak, tapi dia tidak yakin jika ibunya tidak akan bertindak apa pun setelah dirinya menikahi gadis pilihannya. Jonathan masih mengingat jelas dengan ancaman sang ibu saat di Apartemen, bahkan di depan gadis pilihan ibunya."Ibu akan menghancurkan kehidupan Riani, bahkan ibu takkan pernah membuat hidupnya bahagia." Seperti itulah kira-kira ancaman ibunya Jonathan terhadap dirinya.Jonathan memijat pelan pelipi
"Selamat malam calon istriku," sapa Jonathan dengan begitu lembut.Riani tidak langsung membalas sapaan dari pria yang ada di depannya, pria yang sudah di pastikan sebagai ayah dari calon anak yang sedang dia kandung."Tuan, sebaiknya Tuan keluar aja dari kamar ini, aku gak mau ada orang yang melihat kita." Riani mengusir pria yang ada di depannya secara terang terangan, dia juga terlihat mulai bersikap biasa saja pada pria itu."Biarin aja orang liat kita, kita mau nikah kok." Jonathan bukannya pergi setelah di usir oleh gadis yang ada di depannya, tapi dia kekeh berada di dalam kamar itu dan membahas pernikahan."Ni ... Nikah? Apa maksudnya?" Riani tidak mengerti kenapa pria yang ada di depannya membahas pernikahan dengannya, padahal Riani tau jika yang akan menikah adalah pria yang ada di depannya dengan gadis lain.Riani juga tidak mau terlalu berharap pada pria yang ada di depannya, dia sudah banyak merasakan sakit hati dan dia tidak mau sakit hati lagi, karena hidupnya Riani suda
"Aku akan tanggung jawab atas semuanya, Riani!" tegas Jonathan.Riani tidak bisa mengatakan apa pun lagi, dia benar-benar tidak mengerti dengan apa yang ada di dalam pikirannya Jonathan saat ini. Namun, saat mendengar ketegasan Jonathan padanya membuat Riani ingin mengulas senyum, tapi Riani menahan semuanya. Riani sedang tidak mau mengeluarkan senyum apa pun untuk Jonathan, karena saat ini dirinya sedang merajuk padanya.Jadi, Riani sedang merajuk? Hem, seperti itulah."Sayang, aku bersumpah akan bertanggung jawab atas semuanya." Jonathan kembali mengatakan itu dengan begitu serius.Saat ini posisinya Riani dengan Jonathan saling berhadapan satu sama lain, Jonathan membelai mesra rambut panjangnya Riani, dan sesekali Jonathan mengecup keningnya Riani dengan cukup lama."Riani ku sayang, aku benar-benar mencintai kamu dan aku akan menjaga kamu sekaligus anak kita," ucap Jonathan dengan mengusap perutnya sang gadis."Tapi, aku takut..." Riani menjeda perkataannya dan kembali melanjutka
Dona menyodorkan ponselnya pada Daniel dan Daniel mengambil ponsel itu, lalu Daniel mulai menatap serius pada video yang ada di dalam ponselnya Dona."Ini bukannya Jeri?" Daniel melirik ke arah istrinya saat dirinya melihat video di dalam ponselnya sang istri.Dona mengangguk dan berkata. "Iya, itu Jeri yang artis itu," ucapnya. "Dia adalah anak yang di kandung oleh Riani," sambungnya dengan suara yang begitu yakin."Hah, gak mungkin sekali, Riani itu mengandung anaknya Jonathan." Daniel menyimpan ponsel istrinya begitu saja di atas meja, dia sama sekali tidak terhasut dengan apa yang di katakan oleh istrinya.Dona mengepalkan satu tangannya, dia mulai kesal dengan suaminya. Namun, Dona terlihat mengatur napasnya agar emosinya tidak meluap-luap."Aku akan buktikan semuanya padamu, kalau Riani tidak mengandung cucu kita, karena Riani bukan cewek baik-baik." Dona merendahkan Riani di depan suaminya.Daniel hanya menatap datar ke arah istrinya, lalu dia menggelengkan kepalanya dengan pel
Jonathan kembali mengusap-usap perutnya sang gadis, dia terlihat begitu tidak sabar menantikan kelahiran buah hatinya, buah hati yang tidak sengaja dia tanam di dalam rahimnya sang gadis."Tu ... Tuan," panggil Riani dengan suara pelan seperti berbisik."Apa? Tuan?" Jonathan menatap tajam ke arah gadisnya."Eh, maaf. Maksudnya aku, Jonathan." Riani meralat perkataannya."Jonathan?" Jonathan mengulang perkataan gadisnya dengan memicingkan matanya. "Nak, lihat ibumu tidak sopan memanggil ayah seperti itu," ucapnya dengan mengadu pada calon bayinya yang masih berada di dalam perut sang gadis.Jonathan mengalihkan pandangannya dari menatap gadisnya langsung menatap ke arah perutnya sang gadis, lalu tangannya kembali mengusap-usap perut itu, perut yang mungkin beberapa bulan lagi akan membesar.Riani tersenyum lebar saat mendengar interaksi antara Jonathan dengan calon bayi mereka, lalu tangannya mulai mengusap lembut kepalanya Jonathan. Riani pastinya sedang dalam suasana hati yang bahagi
Di saat Jonathan sibuk mencari ayam, tiba-tiba saja langkah kaki seseorang terdengar di dalam dapur membuat Jonathan menghentikan aktivitasnya."Lagi apa kamu di sini, Jonathan?" tanya seseorang itu yang sudah masuk ke dalam dapur.Jonathan menatap seseorang itu dan berkata. "Lagi cari ayam goreng, Bu," jawabnya dengan langsung mengalihkan pandangannya untuk mencari keberadaan ayam.Jonathan sepertinya sudah tidak terlalu menghiraukan keberadaan sosok itu, sosok yang ternyata ibu kandungnya.Dona menghela napas saat melihat tingkah anak bungsunya yang seperti acuh tak acuh padanya, lalu dia mengatakan. "Apa kau yakin Riani mengandung anakmu?" Suaranya Dona seperti menuduh pilihan anak bungsunya itu.Jonathan kembali menghentikan tangannya yang sibuk mencari ayam, lalu dia berkata. "Bu, gak perlu meracuni pikiran aku dengan hal-hal buruk yang sudah ibu rencanakan, karena sampai kapanpun aku akan selalu percaya dengan Riani," ujarnya dengan suara penuh ketegasan.Terlihat jelas dari tat
"Besok kamu harus ke rumah sakit, aku gak mau kandungan kamu kenapa-napa," ujar Jonathan dengan suara yang begitu serius."Apa aku ke rumah sakit sendirian?" Riani menatap serius juga pada pria yang ada di depannya."Aku antar sebelum aku kerja," ucap Jonathan.Riani langsung menyentuh lengan kekar pria yang ada di depannya, dia terlihat tidak mau di tinggalkan kerja oleh sang pria."Bisakah ajak aku pergi dari sini?" Tiba-tiba saja Riani mengatakan itu dengan mata yang mulai berbinar.Jonathan menghela napasnya dengan panjang dan menghembuskan dengan perlahan, lalu dia berkata. "Kemarin di Apartemen gak mau," ucapnya."Gak mau di Apartemen, pengen di kampung aja," ujar Riani yang terdengar begitu ambigu."Kampung?" Jonathan mengerutkan keningnya, dia tidak mengerti kenapa gadisnya ingin tinggal di kampung.Riani mulai menjelaskan kenapa dirinya ingin tinggal di kampung saja, dia ingin hidupnya lebih tenang dari pada di kota apa lagi saat Dona masih belum bisa menerima dirinya, dia in
Riani mulai mengatur napasnya dalam-dalam, dan mengikuti semua perintah dari sang Dokter agar lahirannya lancar dan normal. Jonathan selaku suaminya Riani masih setia berada di sampingnya Riani, bahkan tangannya Jonathan sudah sangat merah dan penuh luka akibat remasan dari Riani. Namun, Jonathan tidak mempermasalahkan itu, karena yang terpenting saat ini adalah proses lahiran Riani yang harus normal dan lancar.'Tuhan, lancarkan persalinan istriku,' batin Jonathan yang terus berdoa pada Tuhan agar persalinan istrinya berjalan dengan lancar.Hampir 1 jam lamanya, tangisan seorang bayi terdengar nyaring di dalam ruang persalinan membuat Riani dan Jonathan tersenyum bahagia, saat ini Riani dan Jonathan saling menatap satu sama lain, lalu air matanya Riani kembali menetes saat mendengar buah hati mereka sudah lahir, dan Jonathan juga ikut meneteskan air mata, air mata bahagia karena anak pertama mereka telah lahir ke dunia."Selamat Nyonya dan Tuan, anaknya seorang laki-laki dan tampan s
Waktu berputar begitu cepat, dan tidak di sadari saat ini kandungannya Riani sudah berusia sembilan bulan, Riani dan Jonathan tidak sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, buah hati yang sudah di tunggu-tunggu sejak lama oleh mereka."Sayang, apa kamu belum merasakan sesuatu?" Entah sudah berapa kali Jonathan mengatakan itu pada istrinya, Riani."Belum, sayangku," jawab Riani dengan gelengan kepalanya, lalu memberikan senyuman manis untuk suaminya yang begitu tidak sabar menantikan dirinya melahirkan.Suami mana yang bisa sabar menunggu istrinya melahirkan anak pertama mereka, pastinya semua suami tidak akan sabar menantikan kehadiran buah hati mereka, apa lagi buah hati untuk anak pertama mereka."Kalau nanti gak kuat lahiran normal, sebaiknya lahirannya Caesar aja, ya?" Tidak tahu sudah berapa kali Jonathan mengatakan ini pada istrinya, tapi Jonathan sangat khawatir jika istrinya tidak kuat untuk melahirkan normal."Siap suamiku sayang." Riani manggut-manggut dan paham sekali d
Mendengar bisikan seperti itu dari Jonathan membuat Riani kembali mengulas senyum yang lebar, dan detak jantungnya Riani semakin berdetak tidak karuan, Riani mulai merasa bangga dan begitu bahagia saat Jonathan mengatakan seperti itu padanya seolah-olah Riani begitu berarti di dalam kehidupannya Jonathan."Aku akan selalu izin pada mu jika akan pergi ke mana-mana," balas Riani yang tidak akan tega membantah perkataan pria yang sebentar lagi akan menikahinya."Bagus." Jonathan langsung mengecup leher belakangnya sang gadis."Ih geli." Riani sedikit menjauhi tubuhnya agar sang pria tidak mengecupnya terus."Hei, sebentar lagi aku akan selalu mengecup ini," kekeh Jonathan yang terlihat sangat mesum sekali, dan sang gadis hanya tertawa saja saat mendengar kekehan seperti itu.Riani selalu melamun dengan mengingat semua nasib yang di alami olehnya saat ini, nasib yang entah baik atau buruk. Namun, Riani bersyukur bisa bertemu dengan sosok pria seperti Jonathan yang sebentar lagi akan menja
"Bawa Riani pergi dari sini," titah sosok gagah itu pada beberapa bodyguard yang ada di belakangnya."Siap Bos." Beberapa bodyguard itu langsung membawa Riani dengan menyentuh tangannya. Namun, Jihan menahan tangan para bodyguard itu agar tidak membawa Riani begitu saja."Biarkan Riani hidup dengan tenang di sini tanpa perdebatan kalian," ucap Jihan pada sosok gagah itu, dan terlihat sekali jika Jihan begitu berani dengan mengucapkan seperti itu.Riani sudah menggeleng-gelengkan kepalanya pada Jihan agar tidak bertingkah seperti itu pada sosok pria gagah itu, pria yang tidak lain adalah Ayahnya Jonathan, Daniel Prawira."Cepat bawa Riani!" Daniel kembali memerintahkan para bodyguard nya."Siap Bos." Para bodyguard itu langsung membawa Riani pergi begitu saja dari dalam kamar.Jihan terlihat ingin mengejar Riani, tapi Jihan di tahan oleh dua bodyguard yang berada di dekat Daniel."Riani ingin hidup bebas dari tekanan istri anda, Tuan Daniel!" Jihan begitu berani sekali saat mengatakan
Hari berganti begitu cepat, tapi Jonathan belum juga menemukan Riani semenjak dirinya sudah kembali ke Yogyakarta. Jonathan juga meminta orang suruhannya agar memantau Jeri, karena Jonathan yakin jika Jeri adalah dalang, dalang dari menyembunyikan Riani."Sayang, kamu di mana?" Jonathan terus saja bermonolog sendiri saat tatapannya memandangi foto gadisnya yang ada dalam wallpaper ponselnya.Jonathan pasti mengkhawatirkan Riani dan calon anak mereka, tapi Jonathan sulit sekali menemukan keberadaan Riani yang entah berada di mana. Jonathan juga sudah menghubungi nomor Jihan selaku sahabatnya Riani, tapi Jonathan tidak mendapatkan respon apapun dari Jihan."Oh Tuhan, aku harus ke mana." Jonathan memukul pelan kepalanya saat dirinya merasa bodoh tidak bisa menemukan gadis nya, gadis yang sedang mengandung anaknya.Setelah Jonathan di tipu oleh Tania yang katanya Daniel sakit dan di rawat di rumah sakit, Jonathan langsung kembali ke Yogyakarta menggunakan pesawat umum, dan Jonathan sudah
Mendengar pertanyaan Daniel membuat Dona membulatkan matanya dengan sempurna, Dona juga langsung menatap sinis ke arah Daniel karena bisa-bisanya memberikan pertanyaan seperti itu, pikir Dona."Tidak perlu menatapku seperti itu," celetuk Daniel saat melihat pandangan yang tidak mengenakan dari istrinya sendiri.Dona berdecih kesal dan berkata. "Apa-apaan kau memberikan pertanyaan seperti itu? Jelas-jelas Jonathan akan menikahi Tania," kekeh Dona yang akan menikahkan Jonathan dengan gadis pilihannya, Tania."Apa Jonathan mau menikah dengan Tania?" Daniel memberikan pertanyaan itu untuk istrinya dengan ekspresi seperti menertawakannya."Sampai kapanpun aku tidak akan pernah mau menikah dengan gadis itu," ucap Jonathan yang masih bersungut-sungut.Jefan hanya bisa geleng-geleng kepalanya saat melihat keluarganya yang selalu saja bertengkar seperti itu, dan Jefan juga tidak bisa mencampuri urusan Jonathan walaupun Jonathan adalah adik kandungnya."Aku akan kembali ke Jogja, tolong jangan
Jihan masih diam dan tidak berniat mengatakan apapun saat mendengar pertanyaan-pertanyaan yang di keluarkan oleh Riani, dan Jihan yakin jika saat ini Riani sedang bermonolog dengan diri sendiri, Jihan tidak mau ikut campur dalam hal ini, karena menurutnya ini hal yang wajar jika nomer Jonathan tidak aktif, mungkin saja ponselnya kehabisan baterai atau ponselnya sedang di charger dengan keadaan mati, semua bisa saja terjadi, pikir Jihan."Sudahlah, sepertinya dia belum bangun," ucap Riani yang terlihat menyerah saat dirinya terus menerus mencoba menelepon sang pria, tapi nomer sang pria tetap saja tidak aktif membuat dirinya hanya bisa pasrah saja.Cukup lama Riani menghubungi Jonathan melalui ponselnya Jihan, tapi nomernya Jonathan masih saja tidak aktif membuat Riani mengembalikan ponselnya pada Jihan."Masih gak aktif?" tanya Jihan yang berbasa-basi pada sahabatnya."Iya," jawab Riani dengan suara pelan dan seperti seseorang yang tidak bersemangat."Coba telepon nomer kamu, bukannya
"Gak perlu mengemasi barang-barang, aku hanya akan menengok Ayah saja, setelah itu akan kembali ke sini," jelas Jonathan pada sang Ibu.Dona yang tadinya ingin membalas penjelasan Jonathan, tapi tiba-tiba saja Tania memberikan kode dengan gelengan kepalanya dan tangannya menahan tahan Dona."Sudah, biarkan seperti itu," ucap Tania pada calon Ibu mertuanya dengan nada berbisik agar calon suaminya tidak mendengar ucapannya.Jonathan melangkah pergi untuk masuk ke dalam kamarnya, dan Jonathan akan mengambil tas dan beberapa barang yang akan di butuhkan olehnya saat pergi ke Jakarta. Jonathan juga berusaha percaya dengan sang Ibu, apa lagi semua ini menyangkut Ayahnya yang tiba-tiba sakit.'Tumben banget Abang Jefan gak hubungi aku dan memberitahu kalau Ayah masuk rumah sakit?' tanya Jonathan di dalam hatinya.Jonathan pastinya paham betul dengan Kakak kandungnya, Jefan. Jefan akan selalu memberitahu Jonathan jika salah satu keluarga mereka sakit, tapi kali ini Jefan adem ayem tanpa membe
Ke esokan harinya, pukul 8 pagi di unit Apartemen mewah yang sedang di tempati oleh Jonathan, Jonathan kedatangan tamu tidak di undang, tamu yang pastinya membuat emosinya memuncak saat melihat wajahnya, wajah yang sudah membuat gadisnya pergi dari Apartemen sejak kemarin."Ngapain kau ke sini?" tanya Jonathan dengan tatapan mengkilat pada sosok gadis di depannya."Mau menemui calon suamiku," jawab gadis itu dengan ekspresi wajah yang terlihat bahagia."Pergi, Tania!" Jonathan langsung mengusir gadis itu, gadis yang ada di depannya tanpa rasa bersalah sama sekali.Gadis yang ada di Apartemen Jonathan adalah Tania, gadis yang sudah membuat Riani pergi dari Apartemen nya sejak kemarin karena pesan yang di kirim Tania untuk Riani. Jonathan pastinya akan mengusir Tania secara terang-terangan, dan Jonathan tidak mau melihat Tania lagi setelah dirinya sudah membaca pesan itu, pesan yang menurutnya tidak pantas.Tania tidak memperdulikan perkataan pria yang ada di depannya, lalu matanya Tani