Share

15. Tawaran

Penulis: Rafli123
last update Terakhir Diperbarui: 2024-03-31 10:14:03

"Kamu gimana sih mas, cuma bawa wanita itu aja kamu nggak bisa!" seru Wulan.

Dua jam Dimas diam tanpa memberikan alasan yang kuat mengenai Ajeng tak bisa di bawa pulang. Terbayang kotor dan baunya rumah mertuanya setelah berapa hari sampah, piring kotor dan kain lap yang basah tanpa ada yang berniat untuk di cuci atau di jemur.

"Mas, kamu diam sih? Jawab dong!" sentak Wulan. Kesal Dimas bungkam sejak kepulangannya dari kantor.

"Kamu bisa diam sebentar, sayang? Aku lelah, pulang kerja aku pikir ada makanan tapi ini, segelas air saja aku tidak menemukan di atas meja. Pekerjaan ringan itu kamu juga tidak bisa?" ucap Dimas, tak kalah kesal melihat sikap Wulan yang semakin menjadi.

"Aku bukan pembantu kamu, mas. Kalau haus kamu bisa ambil sendiri, bisa 'kan? Ada Tyas, mbak Tisna sama ibu. Mereka pengangguran beda sama aku yang pagi ke butik pulang malam! Aku pikir nikah sama kamu hidupku lebih berwarna lebih enak tanpa pusing sama urusan rumah tapi, apa? Bahkan di rumahku, aku lebih menik
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Mahar Sepuluh Ribu    16. Tawaran 2

    Pria itu seketika melepaskan tangannya mendongak mendapat dorongan keras dari wanita di depannya. Wanita yang hancur karena ulahnya yang menyudutkan posisinya agar bisa melindunginya dari amarah sang kakak kala itu."Mbak, izinkan aku menceritakan semuanya. Aku benar-benar menyesal, aku tidak bisa hidup dengan tenang setelah hari itu," ucapnya penuh sesal.Bu Sekar mendudukkan tubuhnya di kursi teras, rumah sederhana penuh dengan kenangan bersama Ajeng kecil kini terusik dengan kehadiran orang di sama lalunya. Adik dari mendiang suaminya tengah bersimpuh di kakinya.Ingatan masa lalu berkelebatan di benaknya tanpa terasa air matanya mengalir begitu saja. Seandainya Bu Sekar tegas kejadian itu tak terulang dan putrinya tidak perlu di perlakukan tak adil oleh suami dan keluarga."Aku tahu kesalahan aku tidak bisa di maafkan sama mbak Sekar tapi, aku mohon dengarkan penjelasan dariku mbak. Setalah ini aku janji tidak akan mengusik kalian lagi," ucapnya sungguh-sungguh.Bu Sekar menghapus

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-02
  • Mahar Sepuluh Ribu    17. Tuntutan Perceraian

    "Ck! Anda begitu pandai membolak-balikkan keadaan. Anak anda yang berselingkuh dan anda pula yang merestui pernikahan mereka, menjadikan sahabat saya pembantu di rumah anda tanpa di bayar. Ibu, ibu! Lihat foto di sana, itu adalah foto kami di sini. Disana pula ada sahabat saya, lihat perubahan dulu dan sekarang!" seru Aini, seketika membuat kegaduhan. Mereka saling berebut ingin melihat wajah Ajeng, tak lama terdengar umpatan pada Bu Ida yang terpaku melihat bagaimana wajah Ajeng yang cantik tanpa polesan di antara mereka hanya Ajeng yang menutup kepalanya dengan kerudung."I– itu bohong! Bisa aja kan itu editan jaman sekarang 'kan canggih mantu saya itu —" ucapan Bu Ida terhenti seseorang datang entah dari mana dengan suara lembut."Tidak ada editan di foto itu. Bahkan saya ada di sana bersama mereka, lihat bagaimana Ajeng yang begitu cantik dan segar, di bandingkan dengan sekarang. Bagaikan langit dan bumi bukan?" ujar Bu Widya pemilik toko tempat Ajeng bekerja."Ibu jangan bohong

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-03
  • Mahar Sepuluh Ribu    18. Menerima

    Bu Sekar yang sejak tadi melamun terkejut dengan guncangan tubuhnya. Keterkejutannya menjadi ketika wajah mereka saling beradu."Bu–" lirih Ajeng.Bu Sekar berusaha untuk tersenyum meski senyum itu jelas terlihat berbeda. Ajeng sendiri tidak tahu harus mengatakan bagaimana pada putrinya untuk memulai kisah yang lama ia sembunyikan bagaimana perasaan putrinya setelah mengetahui kenyataan yang ada lalu bagaimana mereka bisa menjalani kehidupan mereka yang baru nanti."A– Ajeng, kamu sudah pulang? Kenapa kamu tidak mengucapkan salam?" tanya Bu Sekar."Bu, dari tadi aku sudah salam. Nyari ibu kesana kemari tapi ibu tidak ada, taunya ibu ada di sini. Boleh aku tahu apa yang ibu pikirkan? Sampai aku panggil ibu tidak jawab?" Bu Sekar gelagapan perkataan Ajeng membuatnya sulit untuk bernapas. Sesak menghimpit hatinya. "Nak, kita bicara di dalam. Ada hal yang ingin ibu katakan padamu," Bu Sekar menarik tangan Ajeng menjauh dari tanaman yang subur.Di sinilah mereka berdua, gazebo kecil yang

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-04
  • Mahar Sepuluh Ribu    19. Ancaman Bu Ida

    Ajeng mengikuti arah pandang Bu Widya alangkah terkejutnya Ajeng melihat dua pria berjalan ke arah mereka. Siapa lagi kalau bukan pria yang menjadi gosip untuknya hingga terjatuhnya kata talak dan pengusiran dirinya dari rumah suaminya."Kalian sudah datang? Tepat waktu," sambut Bu Widya, saat kedua pemuda itu telah sampai di depannya."Ajeng, kenalkan Ridwan. Dia pengacara yang saya pilih untuk membantu kamu merebutkan hak kamu," ucap Bu Widya. Memperkenalkan seorang pria muda yang berdiri di depannya mengulurkan tangannya."Maaf," lirih Ajeng, tak enak hati meski begitu Ajeng tetap mempertahankan apa yang seharusnya di lakukan seorang muslim. Itu yang di ajarkan agamanya. Ajeng menangkupkan ke-dua tangannya di depan dadanya."Tidak apa-apa, saya yang minta maaf," ujar Ridwan. Rayyan yang tak lain adalah putra dari Bu Widya hanya tersenyum melihat salah tingkah sahabatnya. Satu kata dalam hati untuk Ajeng, kagum. Atas apa yang di lakukan Ajeng, meski kini berstatus tanpa suami sebab

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-05
  • Mahar Sepuluh Ribu    20. Ancaman Bu Ida 2

    [Kamu sudah dengar? Itu hanya peringatan untuk kamu dan ibumu. Ingat, jangan macam-macam. Atau kamu akan mengalaminya.] Ajeng, mengusap dadanya yang tiba-tiba sulit untuk bernapas. Pesan kedua yang di kirim dari nomer ibu mertuanya."Ajeng!" suara ibunya menarik perhatian Ajeng yang terfokus dengan pesan yang diterima. "Bu, ibu tidak apa-apa?" tanya Ajeng, shock melihat bangkai yang di dalam dus. Bukan hanya itu saja batu berukuran sedang tergeletak di lantai dan kaca pecah berserakan tak jauh dari dus."Astaghfirullahaladzim," Ajeng tidak kalah terkejut dengan keadaan di depannya. Dus terletak di teras tidak jauh dari batu terdapat boneka di dalamnya dengan berlumuran darah pemandangan yang sangat mengerikan. Walau ia tahu bahwa darah itu adalah dari tikus. Bau penyengat membuat keduanya berlari keluar sehingga menarik perhatian para tetangga yang kebetulan keluar mendengar teriakan Bu Sekar dan Ajeng."Bu Sekar, Ajeng. Kalian kenapa berteriak?" tanya Bu Emma yang secepat kilat ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-06
  • Mahar Sepuluh Ribu    21. Sidang Yang Penuh Drama

    Ajeng mengelilingi rumah yang pernah ia tinggali sebelumnya, ada sesuatu yang hangat menjalar seluruh tubuhnya seakan membawanya ke masa di mana hidupnya bahagia bersama mendiang ayahnya. Seperti apa wajah ayah? Tentu, Ajeng tidak mengenalinya."Selamat pagi non, Ajeng, silahkan di minum teh hangatnya," ucap seorang wanita paruh baya, wanita seusia ibunya berdiri dengan nampan di tangannya."Terima kasih Bu—" ucap Ajeng, tidak tahu harus memanggil apa pada wanita di depannya."Mbok Nah, non. Ini teh kesukaan non waktu kecil. Di sini, kita selalu bersembunyi dari nyonya dan tuan karena non selalu meminumnya meski sudah di larang," ucap mbok Nah, menyela ucapan Ajeng.Ajeng tersenyum tertarik mendengar kisah hidupnya di masa lalu."Jadi mbok tahu siapa aku? Bagaimana aku kecil dulu?" tanya Ajeng, antusias."Tentu saja, mbok tahu siapa non Ajeng, bahkan kita sering menghabiskan waktu di sana," tunjuk Mbok Nah, Ajeng mengikutinya. Taman kecil di samping kolam ikan dan tak jauh dari sana a

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-09
  • Mahar Sepuluh Ribu    22. Menyakitkan

    "Maaf non, Bu Sekar, mobil tadi terhalang jadi saya harus menunggu pemilik mobil yang menutupi mobil Bu Sekar, datang," ucap pria di depannya penuh sesal."Tidak apa-apa pak Ardi," sahut Bu Sekar.Berdua naik mobil yang mewah setelah dibukakan pintu oleh pak Ardi. Perlahan mobil itu pun melaju meninggalkan pengadilan agama membutuhkan waktu untuk sidang berikutnya selama itu pula Ajeng pun dilarang untuk keluar rumah terlebih kondisinya dan teror yang terus-menerus di terima dari Bu Ida."Bu maafkan aku, seandainya waktu itu aku mendengarkan kata-kata ibu, kejadian ini tidak akan terjadi pada kita dan aku–" ucapan Ajeng, terhenti Bu Sekar menggeleng."Untuk apa kamu terus-menerus meminta maaf pada ibu? Kamu tidak bersalah. Ini semua karena takdir ini ujian untuk kamu dan Allah tahu jika kamu mampu untuk melewatinya," Ajeng merebahkan kepalanya di pangkuan sang ibu, entah bagaimana rasanya saat ini untuk ia gambarkan, rasa terima kasih dan bahagianya memiliki Ibu yang begitu perhatian

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-11
  • Mahar Sepuluh Ribu    23. Menyakitkan 2

    Disampingnya, Tyas berbisik manja pada ibunya. "Aku tidak betah di tempat ini. Kita cepetan pulang ya, Bu!" ujar Tyas, mengibaskan dress nya yang tidak sengaja bersentuhan dengan orang lain."Benar, tempat ini terlalu kumuh." Bisik Tisna mencebik. "Ck, kumuh tetapi wanita-wanita di tempat ini lumayan." Tisna adik kandung Dimas menatap wajah adik iparnya. "Cantik, pintar juga Dimas cari istri ya, walau pun orang kere," ujar Tisna, masih di dengar oleh ibu dan adiknya."Kau ini, wanita di sini memang cantik. Tapi sayang, mereka tidak pantas bersanding dengan orang seperti kita. Tempat mereka di sini, bukan di istana kita atau istana yang lainnnya." Sengit Bu Ida.Berdua mengangguk mengiyakan ucapan Ibunya mengenai wanita di sana. Tatapan tidak suka terlihat jelas di sana terlebih melihat kedua mempelai duduk di pelaminan dan antrian orang-orang untuk memberi selamat memanjang. Ida, Tisna dan Tyas asik memakan apa saja yang tersaji di meja prasmanan. Sesekali Sekar menatap mereka hera

    Terakhir Diperbarui : 2024-04-12

Bab terbaru

  • Mahar Sepuluh Ribu    116. SAH

    "Itu tidak sebanding dengan kamu yang menerima cintaku, Aisha. Aku berjanji akan membuatmu bahagia selamanya. Tidak ada lagi mahar Sepuluh Ribu atau pun nafkah sepuluh ribu padamu. Ingatkan aku jika lalai dalam memberimu nafkah," ucap Khandra lembut."Kamu adalah segalanya untukku. Dan padamu aku berlabuh, menyerahkan segalanya, cintai aku jika aku layak untuk kamu cintai. Sebaliknya jika aku tak layak maka –" Khandra terdiam. Tatapan Aisha tak biasa."Kamu bicara apa, sih, Dra? Ngelantur aja. Aku suka cincin ini, akan aku pakai.""Alhamdulillah, ayok. Kita pulang, jadi mau ke rumah Wina? Apa bunda tadi, ya?""Mas anterin aku ke pabrik aja ya. Tadi ada telpon katanya ada masalah di sana.""Oke. Jangan lupa sebentar lagi kita akan tunangan. Aku tidak mau kamu lelah.""Ya. Kamu jangan khawatir."Wina yang menikmati hari-harinya sebagai istri dari Arga putra bungsu dari keluarga Rayyan. Tidak ada hari terlewat untuk saling berbagi cerita. Seperti siang ini setelah menyelesaikan pekerjaa

  • Mahar Sepuluh Ribu    115. Cincin Berlian

    Jawaban Aisha membuat semua yang ada di ruang keluarga pun bersorak bahagia sebab penantian panjang Khandra berakhir dengan manis. Aisha wanita yang ia cintai sejak lama menerima cintanya tanpa syarat. Tidak ingin menunggu lagi Khandra pun meminta pada kedua orang tua Aisha untuk mempercepat pernikahan mereka tentu saja hal itu disambut bahagia oleh kedua orang tua Aisha dan keluarga besarnya. Mengingat mereka sangat mengenal siapa Khandra yang sebenarnya namun sayang dibalik kabar bahagia itu ada rasa rindu dan sedih Khandra tidak bisa memberitahukan kabar bahagia itu pada sang Ibu sebab wanita yang sangat mendukung hubungannya dengan Aisha telah pergi untuk selamanya tepat Aisha pergi ke luar negeri. Mereka sudah sepakat jika seminggu lagi mereka akan bertunangan keluarga ingin mereka segera menikah namun Aisha menginginkan mereka tunangan untuk sementara waktu sampai tiga bulan. Bukan tidak mungkin Aisha hanya menyiapkan semua bukan hanya hatinya tapi juga kesiapan lahirnya.

  • Mahar Sepuluh Ribu    114. Lamaran

    Suara Aisha kembali terdengar setelah menyelesaikan lantunan ayat suci. Kini wanita bergamis jingga berdiri menghampiri keluarganya yang terdiam di sana menatap tak percaya jika di hadapan mereka adalah Aisha. Keterkejutan dan kesedihan di wajah mereka berubah menjadi air mata bahagia mendapati sosok yang kini tengah berjalan ke arah mereka.Satu tahun mereka menahan rindu, meski mereka mampu untuk datang menemui Aisha namun mereka mengurungkannya mengingat sang putri menolak untuk di temui. Tidak bermaksud untuk membuat kedua orang tuanya tersinggung akan penolakannya tetapi Aisha memiliki alasan sendiri mengapa ia tidak ingin ditemui sebab jika sudah bertemu dengan keluarganya tentu membuat Aisha ingin segera kembali ke rumah. "Sayang kenapa kamu tidak memberi kabar jika pulang?""Kalau aku memberitahu Bunda namanya bukan kejutan. Apa kabar bunda, ayah dan kamu Arga, ah, lupa adik Iparku yang cantik. Bagaimana dengan kalian semua aku merindukan kalian semua.""Kabar kami baik, kak.

  • Mahar Sepuluh Ribu    113. Kejutan

    Perjalanan hidup seseorang tidak ada yang tahu bagaimana kedepannya. Seperti yang dialami oleh Aisha setelah pernikahan adiknya dengan sang sahabat dia pun memutuskan untuk pergi ke luar negeri untuk menyembuhkan luka hatinya akibat pengkhianatan dilakukan oleh suaminya. Walau hal itu terjadi sudah cukup lama namun luka itu sangat membekas di hatinya sehingga ia memilih untuk menenangkan diri. Lamaran dari sahabat kecilnya pun dia abaikan bukan berarti tidak ada perasaan apapun ia hanya ingin menyelami perasaannya apakah ia benar-benar sudah melupakan Ferdi mantan suaminya, apakah hanya rasa iba yang kelak akan menjadi permasalahan baru jika dia menerima cinta Khandra. Satu tahun berlalu setelah dia pergi ke negeri orang bukan untuk menghindari akan tetapi ia ingin mengobati lukanya sendiri. Senyumnya mengembang melihat seseorang yang sudah menunggunya. "Apa aku terlambat datang?" "Tidak. Justru sebaliknya sepertinya kamu terlalu cepat sehingga kamu harus menunggu aku datan

  • Mahar Sepuluh Ribu    112. Pesta

    Kesibukan terlihat di salah satu hotel ternama di ibukota bukan hanya pengantinnya saja tetapi pihak keluarga dari pembelai pria pun sangat sibuk bukan karena tidak percaya dengan orang lain, tetapi mereka ingin memberikan kesan tersendiri untuk salah satu keluarga mereka yang tidak lain adalah Arga yang akan menikah dengan Wina. Pernikahan berlangsung dengan hikmah pagi tadi dan malam nanti dimulainya pesta yang tentu dengan meriah dan mewah. Mengingat Wina hidup sebatang kara sebab sang Bibi yang dulu mengurusnya telah meninggal beberapa tahun yang lalu sehingga semua disiapkan oleh keluarga Ajeng. Aisha orang yang menyatukan hubungan mereka justru kini ia disibukkan dengan segala kerempongan yang dilakukan adik iparnya yang begitu cemas mengingat mereka akan menghabiskan malam untuk pertama kalinya dengan seorang pria. Berulang kali Aisha menjelaskan bahwa hal itu lumrah terjadi karena ia pun pernah merasakan hal yang sama yang kini dirasakan oleh Wina sebab saat itu Aisha begit

  • Mahar Sepuluh Ribu    111. Menikahlah Denganku

    Hari berlalu begitu cepat minggu berganti bulan dan kini setahun sudah setelah kejadian di mana keluarga mantan suaminya datang ke rumah bersama ibu dan istrinya. Aisha sudah memutuskan untuk menjalani kehidupan tanpa ada rasa dendam dalam hati.Kabar hukuman tiga puluh tahun sampai di telinganya, namun Aisha yang diam-diam meminta pihak berwajib untuk mengurangi hukuman jika terbukti Wulan telah sadar dan bertaubat. Semua ia lakukan mengingat wanita yang berusaha untuk menyingkirkan dirinya seusia Ibunya, mana mungkin Aisha tega melakukan hal itu. Menghabiskan waktu lama di dalam penjara hal yang sangat ia takutkan."Kamu yakin nak?""Ya, bund, kasihan. Bund tahu kan Tante Wulan itu sudah cukup umur. Melihat Tante Wulan, aku ingat Bunda,"Ajeng tersenyum begitu beruntung memiliki anak seperti Aisha dan Arga yang selalu memikirkan perasaan orang lain meski hatinya terluka. "Apa Bunda tidak setuju, dengan keputusan yang aku ambil ini?""Tentu tidak sayang. Justru sebaliknya Bunda sang

  • Mahar Sepuluh Ribu    110. Permintaan Maaf Esti

    Seperti yang diucapkan semalam pagi ini mereka pergi ke rumah Aisha. Bersama dengan Bu Wiranti dan tentu Ahmad anak mereka. Taksi yang di pesan Ferdi telah sampai mereka gegas naik. Dalam perjalanan tak ada yang membuka suara mereka memilih diam tanpa ingin mengatakan sesuatu, mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.Bukan hanya Esti tapi juga Bu Winarti yang juga merasa bersalah pada keluarga Rayyan. Sejak Ferdi berpisah dengan Aisha hidupnya benar-benar berada di titik terendah, bahkan dulu saat Ferdi masih kerja serabutan hidupnya tidak sesulit sekarang.Menyadari hidupnya hancur karena ulahnya yang berambisi untuk memiliki cucu dan harta ternyata menantunya yang di anggap miskin dan tidak berguna itu adalah seorang wanita kaya raya. Sungguh ironis harta yang dia inginkan ternyata ada di depannya, setelah semua terungkap kehadiran cucu menjadi masalah yang terjadi dalam rumah tangga Ferdi dan lagi semua karena keegoisannya kini semua yang ia inginkan menjadi boomerang untuknya."

  • Mahar Sepuluh Ribu    109. Tes DNA

    Esti tercengang mendengar penuturan dari pria di depan yang tak lain tak bukan adalah Ayah tirinya yang pernah menjadi suami dari ibunya. Benarkah yang dikatakan olehnya? Siapa ibu dan siapa dirinya yang sebenarnya? Jika yang dikatakannya benar lalu apa yang ia dapatkan cerita dari ibunya adalah salah semua. Esti terdiam mencerna setiap kata yang tak coba ia dapatkan jawabannya. "Tidak perlu memikirkan apa yang aku katakan ini. Pergilah jaga keluargamu baik-baik apa yang pernah kamu dapatkan dengan cara merebut sesuatu dari orang lain. Maka kamu akan merasakannya juga entah kapan kamu mengalaminya lebih baik bertobat dan tidak perlu mengusik orang yang sudah kamu sakiti dulu agar hidupmu jauh lebih tenang lagi."Tanpa menjawab Esti pergi dari rumah mewah Aisha. Ya, semua begitu suram tak ada yang bisa menjelaskan padanya termasuk tujuan ibunya waktu itu."Kamu dari mana saja Esti? Ibu kewalahan ngurusin Ahmad."Bu Winarti kesal tiga jam yang lalu menantunya pergi tanpa memberikan ka

  • Mahar Sepuluh Ribu    108. Tuntutan Esti 2

    "Esti, jaga mulut kamu. Lancang kamu sebut anakku, sundal. Ternyata kamu tidak bercermin dari kesalahan ibumu. Kamu hadir dalam rumah tangga putriku dan kamu menyalahkan anakku begitu? Sangat menyedihkan. Kamu perempuan yang baik cantik dan masih muda seharusnya kamu menata hidupmu lebih baik lagi tidak perlu mendengarkan apa yang dikatakan ibumu yang tentu mengarahkan kamu ke dalam curang kehancuran, kamu tidak tahu kisah yang sebenarnya terjadi di masa dulu dan kamu hanya mendengarkan apa yang dikatakan Ibumu tanpa bertanya pada kami permasalahan yang sebenarnya. Lihatlah di sini ada orang-orang yang berhubungan langsung dengan masa lalu ibu kamu bisa dengarkan mereka,""Aku tidak peduli dengan mereka yang aku butuhkan sekarang adalah anakmu dan kamu yang harus bertanggung jawab atas kehancuran rumah tanggaku dan ibuku. Terutama putrimu yang sok cantik itu dia harus membebaskan ibuku. Ibuku tidak bersalah semua ini rekayasa putrimu tidak mungkin Ibuku menyakiti orang,"Dari dalam su

DMCA.com Protection Status