"Aku baru kali ini mendengar dia bernyanyi. Suaranya sangat buruk. Cih. Tapi kenapa aku terus mendengarkan suara buruknya.."
Sepertinya dia berkata sambil tersenyum. Terdengar dari nadanya.
"Aku dan dia pun pergi bersama. Rasanya sedikit lucu karena dia terus menyangkal bahwa dia tidak menyukaiku, padahal dari tadi dia naik motor bersamaku dia kepergok tersenyum senyum."
Aih... Malu maluin banget aku.
*** (Rekaman berikutnya)
"Aku akan memberikan buku diary nya hari ini. Ngak mungkin aku terus menyimpan ini. Barang ini juga tak berguna bagiku.
Wajahnya sangat memerah saat dia mengetahui diarynya padaku. Heh.
Aku menyukai ekspresinya.
Dia terlihat lucu saat dia panik karena kebodohannya. Dasar bego.
Tapi aku sangat benci ketika dia mendekat dengan si Anak baru itu. Sok akrab.
Aku mengatakan bahwa aku pacar Valen. Agar si pengganggu itu pergi dari hadapan Valen."
"Dia begitu kesal padaku karena
"Aku sekarang ada di rumah Valen. Cih, ini semua karena alasannya mengatakan bahwa dia asma makanya aku mau ke sini.Dia membuatkan ku mie. Padahal ini mi instan, tapi kenapa rasanya sangat buruk. Antara marah dengan lucu, aku terus memakan mie ini. Padahal aku tidak suka, tapi aku terus memakannya.Dia bertanya mengenai 'pernahkah aku berpacaran'. Dan aku baru menyadari satu hal, dia adalah orang pertama yang menjadi pacarku, walau itu sebenarnya terpaksa, tapi dia yang pertama.Aku jadi aneh sendiri melihat diriku yang sekarang ini. Kenapa begitu banyak perilakuku yang semakin aneh saat bersama ni cewek. Dan kenapa juga aku sangat menikmatinya? Apakah ada yang rusak dari otakku ini? Apa sarafku masih normal?Ah... Sudahlah.Dan beberapa saat kemudian aku mengajar Velen dengan cara yang menurut ku sangat mudah di serap bahkan oleh orang yang ber IQ rendah seperti nya... Dan aku mengunakan beberapa penekanan padanya agar dia leb
***(Rekaman berikutnya)"Pertama kalinya dia mengatakan aku manis. Cih. Kenapa aku sangat senang?Cih... Dasar gila."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku lebih gila dari biasanya. Aku lepas kendali dan hampir menciumya! Dia sangat marah dan menamparku. Dia mengatakan membenciku.Rasa sesak di dadaku. Dan aku terus memikirkan kalimat itu terus menerus. Aku tak ingin dia membenciku. Aku tak ingin...."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku mendatanginya ke kelasnya di jam istirahat, itu karena aku tak menemukannya di setiap sudut kantin.Aku melihatnya tengah bernyanyi di dalam kelas. Aku jadi gerogi mau ngomong apa. Cih... Sejak kapan aku alay begini? Ck. Apaan sih!""Setelah aku minta maaf aku jadi tambah gerogi. Jadi aku langsung pergi saja. Setelah di luar kelas. Aku mengusap wajahku. Arh... Aku ini kenapa?!""Beberapa jam setelah pulang. Dia datang ke kamarku secara tiba tiba. Aku senang dia datang. Ak
***(Rekaman berikutnya)"Sudah lama aku tak memainkan rekaman ini. Dan ya, sekarang aku ada di rumah sakit. Melihat sudah sampai mana perkembangan penyakit ini. Melihat apakah aku masih dapat bertahan hidup atau tidak.Mengerikan bukan?Saat kau tau bahwa umur hidup mu tak lama, sedangkan kau harus selalu mengontrol dirimu agar tau hari kematianmu. Cih... Mengenaskan."***(Rekaman berikutnya)"Aku sangat merindukanmu Valen... Sangat..."***(Rekaman berikutnya)"Aku ingin melihat mu lagi Valen...Aku sangat hampa tanpa mu... Mengertikah dirimu?... Aku sangat merindukanmu."***(Rekaman berikutnya)"Selama ini aku baru menyadari, kertas emas ini masih ada bersama ku.Aku berharap aku dapat berjumpa dengan Valen.Ketika harapan itu aku katakan. Angin berhembus kencang dan menerpaku.Cahaya kecil menusuk mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku.Dan setelah semua terasa seperti norma
"Kumohon..."Tidak ada reaksi apapun. Buku ini tak memberikan keajaiban apapun..."SIALAN!!!""BUKU YANG TAK BERGUNA!!!!"Aku mencampakkan buku ini ke depan...Shriit....Terdengar suara pekikan dari buku itu dan buku berhenti dari melambung saat ku lempar.Buku itu berputar cepat dan angin kencang, sangat kencang menerpa ku. Membuat badanku pun menahan diri agar tetap dapat berdiri.Srrupp...Buku mistis itu menghilang dari pandangan.Aku melihat ke arah Jessen.Apakah terjadi sesuatu?Jessen tetap seperti tadi dengan tak ada tanda tanda kehidupan.Aku menunggu beberapa detik... Tidak ada yang terjadi..."Arh.... JESSEN!!! KEMBALILAH!!!!"Hushh.... Angin kencang mendorong ku dan cahaya menyilaukan mataku...Aku terdorong namun aku tak merasa jatuh.Kemudian mataku menjadi gelap... Gelap sekali...Aku tak dapat berfikir lagi...Semuanya h
Ken Prov"Kau sangat menyebalkan kau tau!"Aku kesal melihat Cya.Dia hanya menatap ku datar."Jenis pertunangan macam apa ini?""Tak ada romantis romantis nya. Datar. Kaya ruang angkasa tau ngak... Hampa.""Oke. Aku tak mempersalahkan kau yang selalu datar padaku. Tapi kenapa kau tak menunjukkan sisi lembut mu padaku saat ada di acara reunian temanku tadi sih?""Lihat tadi. Mereka bersama pasangannya sangat romantis. Berpegangan tangan, dan sangat terlihat hangat satu sama lain. Sedangkan kita? kita bahkan hanya berjalan berdampingan, tanpa pegangan tangan.""Dan dan... Bahkan kau mengacangi aku bicara tadi. Kau sangat menyebalkan.""Maunya tadi kau sedikit romantis kek, dikit aja." Aku sedikit menekan kalimat terakhirku.Aku terus berdecak k
Aku menatap buku di hadapanku dengan kesal.Yup, kami lagi ada di perpus. Ya beginilah kalau punya cowok yang kutu buku. Hem, menyebalkan.Baru aja seneng karena ada keajaiban yang membuatnya kembali ke dunia ini. Dan sekarang malah kesel karena di bawa ke tempat sunyi senyap ini. Ck.Ish...Aku membuka lembaran buku selembar tiap selembar tanpa m membacanya. Ntah kapan kamu akan pulang dari tempat ini.Ctak.Sebuah pulpen tepat menepuk di jidat ku dengan dengan sempurna."Aduh." Kataku sambil memegangi jidad."Kau kenapa?" Tanyanya."Bosan. Baca mulu." Cetusku.Dia menatapku datar sambil menumpu kan tangannya di atas meja. "Terus?""Kita pergi ke mana kek, tangan penting jangan di sini lah. Bosan." Rengekku.Jessen berdiri dari bangkunya yang berada di hadapanku kemudian duduk di sebelahku. Dia kembali menatapku datar."Lemesin napa sih mukamu Jes. Ketet amat." Hina ku."Kau mau
Aku memasak di dapur. Ntahlah apa yang ku masak. Yang penting aku mencoba mengendalikan diriku dulu. Tenang Val... Tenang. Jangan grogi, jangan grogi!!! Aku pun terus mengadon nasi di rice cooker. Aduh... Aku grogi banget njritt Beberapa saat kemudian, Jessen mendatangiku. Deg deg Deg deg Dia mau apa? Dia berjalan ke belakang ku. Sedangkan aku pura pura fokus mengadon beras ini. Mataku terbelalak saat tangannya melingkari pinggang ku dari belakang sedangkan kepalanya dilekakkannya di bahuku. "Aku kedinginan." Ucapnya. Deg deg Deg deg "Y ya udah... Matiin aja AC nya sana." Suruh ku. "Udah. Tapi masih dingin." Tambahnya. Aku menelan ludah berat. "Kenapa kaku gini sih Val." Bisiknya. "M maksud nya?" Kataku gagap. Jessen menyingkirkan stainless untuk memasak nasi di rice cooker tadi dari hadapan ku. "Aku ngak mau makan
Tunggu... Apa yang terjadi? Maksudnya?"Nek. Kan Valen KOAS di rumah sakit nek." Kataku dengan nada bingung.Kakek dan nenek saling berhadapan beberapa detik, kemudian tertawa. Nenek mengelus kepalaku. "Masih sekolah kok ngebet banget mau KOAS aja. Kuliah aja belum." Kata nenek sambil mengacak rambutku."Lah. Iya loh nek." Kataku jujur.Mereka kembali tertawa. "Iya iya... Semoga doa kamu terkabul ya Valen. Nenek ngak nyangka ternyata kamu ingin jadi dokter rupanya.""Lah...?" Aku semakin bingung."Udah udah... Nanti aja bercandanya. Kamu harus cepat ke sekolah sekarang." Kata nenek sambil beranjak dari tempat tidur ku."Maksudnya apa sih nek?"Nenek menoleh ke arah ku, kali ini nenek yang bingung. "Valen. Hari ini kamu kan sekolah seperti biasa. Nenek jadi bingung lihat kamu."Aku bahkan lebih bingung.Drr drrrPonselku bergetar. Tertulis nama Tessa di sana.Ku angkat telepon nya. "Iya tes?....