"Ehem... Apakah ini sudah terekam. Sepertinya sudah.. Aku mulai saja.
Hi.. aku Jessen. Hari ini aku baru tau apa sekarang fungsi alat rekam ini, akan ku jadikan ini diaryku." Terdengar suara Jessen yang sangat datar.
"Hari ini aku berjumpa dengan wanita aneh yang menolong kucing dengan gaya polosnya yang terlihat seperti idiot. Dugaan awalku pasti satu sekolah denganku karena seragam yang dikenakannya sama denganku.
Sampai di sekolah aku berjumpa dengannya lagi di kantin, dia menyapaku dengan gaya idiot nya lagi.
Aku yakin dia merupakan salah satu dari banyak wanita menjijikan yang tebar pesona padaku. Aku sangat membenci mereka.
Tapi, dia tampak berbeda dengan wanita lain yang mendekat padaku." Suara datar Jessen berubah menjadi sedikit tertawa.
"Dia sangat marah ketika aku merendahkannya di kantin tadi. Anehkan? Padahal dia deluan yang keganjenan. Cih.
Aku jadi ingin mengerjainya. Aku akan teror dia dengan caraku seper
"Aku baru kali ini mendengar dia bernyanyi. Suaranya sangat buruk. Cih. Tapi kenapa aku terus mendengarkan suara buruknya.."Sepertinya dia berkata sambil tersenyum. Terdengar dari nadanya."Aku dan dia pun pergi bersama. Rasanya sedikit lucu karena dia terus menyangkal bahwa dia tidak menyukaiku, padahal dari tadi dia naik motor bersamaku dia kepergok tersenyum senyum."Aih... Malu maluin banget aku.*** (Rekaman berikutnya)"Aku akan memberikan buku diary nya hari ini. Ngak mungkin aku terus menyimpan ini. Barang ini juga tak berguna bagiku.Wajahnya sangat memerah saat dia mengetahui diarynya padaku. Heh.Aku menyukai ekspresinya.Dia terlihat lucu saat dia panik karena kebodohannya. Dasar bego.Tapi aku sangat benci ketika dia mendekat dengan si Anak baru itu. Sok akrab.Aku mengatakan bahwa aku pacar Valen. Agar si pengganggu itu pergi dari hadapan Valen.""Dia begitu kesal padaku karena
"Aku sekarang ada di rumah Valen. Cih, ini semua karena alasannya mengatakan bahwa dia asma makanya aku mau ke sini.Dia membuatkan ku mie. Padahal ini mi instan, tapi kenapa rasanya sangat buruk. Antara marah dengan lucu, aku terus memakan mie ini. Padahal aku tidak suka, tapi aku terus memakannya.Dia bertanya mengenai 'pernahkah aku berpacaran'. Dan aku baru menyadari satu hal, dia adalah orang pertama yang menjadi pacarku, walau itu sebenarnya terpaksa, tapi dia yang pertama.Aku jadi aneh sendiri melihat diriku yang sekarang ini. Kenapa begitu banyak perilakuku yang semakin aneh saat bersama ni cewek. Dan kenapa juga aku sangat menikmatinya? Apakah ada yang rusak dari otakku ini? Apa sarafku masih normal?Ah... Sudahlah.Dan beberapa saat kemudian aku mengajar Velen dengan cara yang menurut ku sangat mudah di serap bahkan oleh orang yang ber IQ rendah seperti nya... Dan aku mengunakan beberapa penekanan padanya agar dia leb
***(Rekaman berikutnya)"Pertama kalinya dia mengatakan aku manis. Cih. Kenapa aku sangat senang?Cih... Dasar gila."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku lebih gila dari biasanya. Aku lepas kendali dan hampir menciumya! Dia sangat marah dan menamparku. Dia mengatakan membenciku.Rasa sesak di dadaku. Dan aku terus memikirkan kalimat itu terus menerus. Aku tak ingin dia membenciku. Aku tak ingin...."***(Rekaman berikutnya)"Hari ini aku mendatanginya ke kelasnya di jam istirahat, itu karena aku tak menemukannya di setiap sudut kantin.Aku melihatnya tengah bernyanyi di dalam kelas. Aku jadi gerogi mau ngomong apa. Cih... Sejak kapan aku alay begini? Ck. Apaan sih!""Setelah aku minta maaf aku jadi tambah gerogi. Jadi aku langsung pergi saja. Setelah di luar kelas. Aku mengusap wajahku. Arh... Aku ini kenapa?!""Beberapa jam setelah pulang. Dia datang ke kamarku secara tiba tiba. Aku senang dia datang. Ak
***(Rekaman berikutnya)"Sudah lama aku tak memainkan rekaman ini. Dan ya, sekarang aku ada di rumah sakit. Melihat sudah sampai mana perkembangan penyakit ini. Melihat apakah aku masih dapat bertahan hidup atau tidak.Mengerikan bukan?Saat kau tau bahwa umur hidup mu tak lama, sedangkan kau harus selalu mengontrol dirimu agar tau hari kematianmu. Cih... Mengenaskan."***(Rekaman berikutnya)"Aku sangat merindukanmu Valen... Sangat..."***(Rekaman berikutnya)"Aku ingin melihat mu lagi Valen...Aku sangat hampa tanpa mu... Mengertikah dirimu?... Aku sangat merindukanmu."***(Rekaman berikutnya)"Selama ini aku baru menyadari, kertas emas ini masih ada bersama ku.Aku berharap aku dapat berjumpa dengan Valen.Ketika harapan itu aku katakan. Angin berhembus kencang dan menerpaku.Cahaya kecil menusuk mataku. Aku menutup mataku dengan tanganku.Dan setelah semua terasa seperti norma
"Kumohon..."Tidak ada reaksi apapun. Buku ini tak memberikan keajaiban apapun..."SIALAN!!!""BUKU YANG TAK BERGUNA!!!!"Aku mencampakkan buku ini ke depan...Shriit....Terdengar suara pekikan dari buku itu dan buku berhenti dari melambung saat ku lempar.Buku itu berputar cepat dan angin kencang, sangat kencang menerpa ku. Membuat badanku pun menahan diri agar tetap dapat berdiri.Srrupp...Buku mistis itu menghilang dari pandangan.Aku melihat ke arah Jessen.Apakah terjadi sesuatu?Jessen tetap seperti tadi dengan tak ada tanda tanda kehidupan.Aku menunggu beberapa detik... Tidak ada yang terjadi..."Arh.... JESSEN!!! KEMBALILAH!!!!"Hushh.... Angin kencang mendorong ku dan cahaya menyilaukan mataku...Aku terdorong namun aku tak merasa jatuh.Kemudian mataku menjadi gelap... Gelap sekali...Aku tak dapat berfikir lagi...Semuanya h
Ken Prov"Kau sangat menyebalkan kau tau!"Aku kesal melihat Cya.Dia hanya menatap ku datar."Jenis pertunangan macam apa ini?""Tak ada romantis romantis nya. Datar. Kaya ruang angkasa tau ngak... Hampa.""Oke. Aku tak mempersalahkan kau yang selalu datar padaku. Tapi kenapa kau tak menunjukkan sisi lembut mu padaku saat ada di acara reunian temanku tadi sih?""Lihat tadi. Mereka bersama pasangannya sangat romantis. Berpegangan tangan, dan sangat terlihat hangat satu sama lain. Sedangkan kita? kita bahkan hanya berjalan berdampingan, tanpa pegangan tangan.""Dan dan... Bahkan kau mengacangi aku bicara tadi. Kau sangat menyebalkan.""Maunya tadi kau sedikit romantis kek, dikit aja." Aku sedikit menekan kalimat terakhirku.Aku terus berdecak k
Aku menatap buku di hadapanku dengan kesal.Yup, kami lagi ada di perpus. Ya beginilah kalau punya cowok yang kutu buku. Hem, menyebalkan.Baru aja seneng karena ada keajaiban yang membuatnya kembali ke dunia ini. Dan sekarang malah kesel karena di bawa ke tempat sunyi senyap ini. Ck.Ish...Aku membuka lembaran buku selembar tiap selembar tanpa m membacanya. Ntah kapan kamu akan pulang dari tempat ini.Ctak.Sebuah pulpen tepat menepuk di jidat ku dengan dengan sempurna."Aduh." Kataku sambil memegangi jidad."Kau kenapa?" Tanyanya."Bosan. Baca mulu." Cetusku.Dia menatapku datar sambil menumpu kan tangannya di atas meja. "Terus?""Kita pergi ke mana kek, tangan penting jangan di sini lah. Bosan." Rengekku.Jessen berdiri dari bangkunya yang berada di hadapanku kemudian duduk di sebelahku. Dia kembali menatapku datar."Lemesin napa sih mukamu Jes. Ketet amat." Hina ku."Kau mau
Aku memasak di dapur. Ntahlah apa yang ku masak. Yang penting aku mencoba mengendalikan diriku dulu. Tenang Val... Tenang. Jangan grogi, jangan grogi!!! Aku pun terus mengadon nasi di rice cooker. Aduh... Aku grogi banget njritt Beberapa saat kemudian, Jessen mendatangiku. Deg deg Deg deg Dia mau apa? Dia berjalan ke belakang ku. Sedangkan aku pura pura fokus mengadon beras ini. Mataku terbelalak saat tangannya melingkari pinggang ku dari belakang sedangkan kepalanya dilekakkannya di bahuku. "Aku kedinginan." Ucapnya. Deg deg Deg deg "Y ya udah... Matiin aja AC nya sana." Suruh ku. "Udah. Tapi masih dingin." Tambahnya. Aku menelan ludah berat. "Kenapa kaku gini sih Val." Bisiknya. "M maksud nya?" Kataku gagap. Jessen menyingkirkan stainless untuk memasak nasi di rice cooker tadi dari hadapan ku. "Aku ngak mau makan
20 Tahun Kemudian"Mama. Cepetan. Fian ngak bisa terlambat ma."Valen cepat cepat memasang sepatu vansusnya dan segera berjalan ke arah anak lelaki nya yang cerewet. "Sabar dong sayang. Ini masih juga jam 7." Valen mengacak rambut anaknya.Sedangkan Jessen terkekeh kecil melihat anak dan istrinya. Bukan tanpa sebab, kenapa anak anak lebih taat waktu di bandingkan ibunya? Ckck, ada saja.Kemudian Fian masuk ke dalam mobil susuk di kursi belakang begitu pun Valen masuk ke dalam mobil tapi duduk di kursi d pan bersebelahan dengan Jessen yang mengemudikan mobilnya.Fian mengomel ngomel tanpa suara karena kesal dengan keterlambatan mamanya yang tak taat aturan. Di lain sisi Valen terkekeh melihat anaknya yang kopas banget dengan papanya.Brum...Mobil pun melajudengan kecepatan sedang.Fian: A
1 Tahun kemudianDrretRio terbangun dari tidurnya saat mendengar suara ponselnya yang bergetar."Em..." Rio merenggangkan badan. Dan langsung mengangkat ponselnya. "Ha apa. Aku udah punya pacar, ngak usah kecentilan." Rio langsung mematikan ponselnya malas dan kembali tidur.Selama Rio berkuliah memang banyak sekali gadis yang mendekatinya. Dia sangat muak, ntah dari mana mereka dapat nomor Rio. "Dasar Psikopat." Ucap Rio.DrettKen mengusap wajah nya jengah.Dia mengangkat ponselnya dengan kesal. "Apa sih! Kau budeg ya!""Rio." Kata orang yang ada di seberang sana.Mata Rio melotot mengenali suara ini. "Sayang?" Rio langsung melihat nama kontak yang menelpon nya.'Sayang ✨❤️'Buru buru Rio langsung duduk dan kembali menempelkan ponselny
"Jessenn.... Aku cape banget..." Kata Valen manja sambil memeluki Jessen yang tengah sibuk mengerjakan tugas kuliahnya.Jessen tersenyum kecil dan menoleh ke belakang melihat Valen yang mengenakan pyama tidur nya. "Tidur luan gih... Besok kan masih MOS."Valen mendengus kesal mengingat doa besok harus kuliah juga. "Hm.."Valen menegakkan badannya dan melepas rangkulannya kemudian berbalik berjalan ke ranjang. Namun langkah Valen terhenti mengingat sesuatu. "Oh ya." Valen kembalikan badan. "Temen kamu yang namanya Ken itu.."Mendengar nama Ken Jessen langsung kesal. Jessen tak suka kalau istrinya menyebutkan nama lelaki lain selain daripada nya. "Ken apa." Tanya Jessen datar."Kok marah.." Valen bingung.Jessen bangkit dari bangkunya dan langsung memeluk Valen. "Ngapain sih bahas dia. Dengar nya sayang. Aku ngak suka kamu nyebutin nama lelaki lain."Valen terkekeh. "Apa sih sayang. Aku cuma mau nanya, kamu itu ada ngasih tau kalau kamu
Beberapa hari kemudian.Jessen berjalan keluar dari parkiran mobil kampus bersama Valen menuju halaman kampus. Hari ini adalah hari pertama Valen berada di kampus. Menginjakkan kakinya sebagai Mahasiswa Baru atau dapat di sebut Maba.Ini adalah hari MOS pertama Valen!Jessen tak hentinya menatap sang istri yang sama sekali takkan bosan bagi matanya untuk di tatap. Di tambah lagi karena kejadian beberapa hari lalu yang benar-benar memuaskannya di kamar membuat Jessen ingin lebih sering melakukan nya lagi.Setelah berada di lapangan. Terdapat banyak mahasiswa yang mengenakan baju serba putih dan celana serta rok hitam. Menandakan mereka juga merupakan Maba di sini.Valen menghentikan langkahnya dan menatap Jessen dengan senyuman. "Sampai sini aja antarnya. Kamu ke kelas aja gih.." Suruh Valen.Jessen tersenyum. "Oh... Jadi ceritanya ngusir aku nih..." Jessen pura pura ngambek.Valen mencubit pipi Jessen sesaat kemudian melepaskannya. "S
Author POV(1 setengah tahun kemudian)"JESSEN!!!...." Valen menjerit kegirangan.Jessen menjauhkan ponselnya dari telinganya yang berdengung sakit mendengar teriakan Valen kemudian kembali mendekat kan ponselnya lagi. "Kenapa sayang?""AKU LULUS DI JURUSAN KEDOKTERAN!!!!!" Pekik Valen sekali lagi. Sedang orang yang di telpon di seberang sana malah terkekeh mendengar istrinya yang seperti bocil dapat lolipop."Selamat sayangggg....""AAAA.... AKU SENENG BANGET TAU NGAK..."Jessen tersenyum sumringah."Pokoknya, kalau kamu nanti kamu pulang, aku bakalan ngasih apapun... Hehe... Lagi baik soalnya..." Valen cengengesan.Jessen yang mendengar itu menaikkan satu alisnya. "Semuanya?""Iya.. semuanya."
Author POVRio duduk di meja makan sambil membaca buku sejarah. Mulai hari ini dia tak membiarkan waktu yang dia punya untuk bermalas malasan. Dia harus bisa meraih prestasi di sekolah.Pertama yang harus dia lakukan adalah mendapatkan nilai ujian yang tinggi, kemudian Ranking kelas dan bahkan Juara umum sekolah.Well. Agak berlebihan sih. Tapi itu harus dia lakukan demi Tessa.'Tessa. Kau harus jadi milikku! Titik!'Mama dan papa Rio cengo melihat anak nya yang bertingkah aneh.Mereka saling tatap dan kembali melihat ke arah Rio."Nak. Kalau makan, makan aja dulu. Belajar nya kan bisa nanti." Mama Rio menegur.Rio tak menggubris dan tetap makan sambil kembali membaca buku."Iya Rio. Lagipula. Tumben kamu belajar." Papa Rio bingung melihat anaknya.
Author POVRio duduk di kelasnya bersama Jessen di sebelah nya. Rio bingung harus mulai dari mana agar bisa jadi anak emas seperti Jessen."Apa." Ucap Jessen tiba tiba tanpa melihatnya membuat Rio terkejut ternyata si Jessen peka di lihati.Rio menggeleng cepat dan memalingkan wajahnya kembali menatap papan tulis dan memperhatikan guru mengajar.Rio kembali curi pandang melihat ke arah Jessen.'Apa coba yang buat dia pintar, hm.''Kayaknya di mulai dari fokus belajar deh.''Oke kalau gitu.'Rio terus bermonolog dalam hati.Rio memperhatikan kembali papan tulis dan kemudian fokus untuk belajar.***Jam istirahat berlangsung.Rio terus memperhatikan gerak gerik Jessen. Sungguh dia ingin menjadi idaman Tessa, jad
Author POVRio berjalan menyusuri koridor sekolah. Berharap menemukan seseorang, siapa lagi kalau bukan Tessa. Dia sangat merindukan wanita itu, padahal semalam baru saja berjumpa."Ck. Mana sih." Decak Rio kesal tak kunjung menemukan Tessa.Mata Rio sibuk mencari keberadaan Tessa. Dan akhirnya matanya puas karena menangkap sosok yang di nanti.Tessa duduk di dalam kelas. Valen tak datang dan Tessa tak tau kenapa.Tessa memukul meja pelan. Rasanya menyebalkan. Di saat dia ingin cerita betapa menyebalkannya orang tuanya kemarin, di saat itu Valen malahan ngak hadir, di telfon ngak di balas dan bahkan sudah di spam chat juga ngak di tanggepi."Pokoknya hari ini aku harus ke rumah Valen." Ucapnya dengan nada pelan tapi dengan penekanan.Kelas Tessa tiba tiba riuh karena kedatangan ses
Aku terbangun dari tidurku. "Whoam." Aku menguap.Ku rengangkan tanganku, kemudian aku tersadar dari tadi tangan Jessen masih ada di perutku bersentuhan langsung dengan kulit ku... Aku masih telanjang hanya berbalut selimut bersama Jessen!Ingatanku kembali terulang saat pergumulan panas kami kemarin. Jessen agresif sekali, membuat aku benar-benar kewalahan. Aduh... Malu banget aku sekarang. Bahkan aku sekarang ngak mau lihat Jessen.Tiba tiba tangan Jessen menarikku dan membuat aku berada di atasnya yang juga masih telanjang. Dia memelukku, membenamkan wajahnya di bahu depanku. Mencium lembut kemudian menatap ku, "Mandi bareng aku."Deg!Wajah ku memanas. Aku langsung menutup wajahnya dengan kedua tanganku.Dia terkekeh. "Aku udah lihat seluruh badanmu. Kenapa harus malu lagi, hem?"Kalimat Jessen semakin membuat ku tambah malu. Jessen membalikkan posisi kami, membuat dia berada di atas ku. Membuat tangan ku terlepas dari wajahnya.