"Kumohon..."
Tidak ada reaksi apapun. Buku ini tak memberikan keajaiban apapun...
"SIALAN!!!"
"BUKU YANG TAK BERGUNA!!!!"
Aku mencampakkan buku ini ke depan...
Shriit....
Terdengar suara pekikan dari buku itu dan buku berhenti dari melambung saat ku lempar.
Buku itu berputar cepat dan angin kencang, sangat kencang menerpa ku. Membuat badanku pun menahan diri agar tetap dapat berdiri.
Srrupp...
Buku mistis itu menghilang dari pandangan.
Aku melihat ke arah Jessen.
Apakah terjadi sesuatu?
Jessen tetap seperti tadi dengan tak ada tanda tanda kehidupan.
Aku menunggu beberapa detik... Tidak ada yang terjadi...
"Arh.... JESSEN!!! KEMBALILAH!!!!"
Hushh.... Angin kencang mendorong ku dan cahaya menyilaukan mataku...
Aku terdorong namun aku tak merasa jatuh.
Kemudian mataku menjadi gelap... Gelap sekali...
Aku tak dapat berfikir lagi...
Semuanya h
Ken Prov"Kau sangat menyebalkan kau tau!"Aku kesal melihat Cya.Dia hanya menatap ku datar."Jenis pertunangan macam apa ini?""Tak ada romantis romantis nya. Datar. Kaya ruang angkasa tau ngak... Hampa.""Oke. Aku tak mempersalahkan kau yang selalu datar padaku. Tapi kenapa kau tak menunjukkan sisi lembut mu padaku saat ada di acara reunian temanku tadi sih?""Lihat tadi. Mereka bersama pasangannya sangat romantis. Berpegangan tangan, dan sangat terlihat hangat satu sama lain. Sedangkan kita? kita bahkan hanya berjalan berdampingan, tanpa pegangan tangan.""Dan dan... Bahkan kau mengacangi aku bicara tadi. Kau sangat menyebalkan.""Maunya tadi kau sedikit romantis kek, dikit aja." Aku sedikit menekan kalimat terakhirku.Aku terus berdecak k
Aku menatap buku di hadapanku dengan kesal.Yup, kami lagi ada di perpus. Ya beginilah kalau punya cowok yang kutu buku. Hem, menyebalkan.Baru aja seneng karena ada keajaiban yang membuatnya kembali ke dunia ini. Dan sekarang malah kesel karena di bawa ke tempat sunyi senyap ini. Ck.Ish...Aku membuka lembaran buku selembar tiap selembar tanpa m membacanya. Ntah kapan kamu akan pulang dari tempat ini.Ctak.Sebuah pulpen tepat menepuk di jidat ku dengan dengan sempurna."Aduh." Kataku sambil memegangi jidad."Kau kenapa?" Tanyanya."Bosan. Baca mulu." Cetusku.Dia menatapku datar sambil menumpu kan tangannya di atas meja. "Terus?""Kita pergi ke mana kek, tangan penting jangan di sini lah. Bosan." Rengekku.Jessen berdiri dari bangkunya yang berada di hadapanku kemudian duduk di sebelahku. Dia kembali menatapku datar."Lemesin napa sih mukamu Jes. Ketet amat." Hina ku."Kau mau
Aku memasak di dapur. Ntahlah apa yang ku masak. Yang penting aku mencoba mengendalikan diriku dulu. Tenang Val... Tenang. Jangan grogi, jangan grogi!!! Aku pun terus mengadon nasi di rice cooker. Aduh... Aku grogi banget njritt Beberapa saat kemudian, Jessen mendatangiku. Deg deg Deg deg Dia mau apa? Dia berjalan ke belakang ku. Sedangkan aku pura pura fokus mengadon beras ini. Mataku terbelalak saat tangannya melingkari pinggang ku dari belakang sedangkan kepalanya dilekakkannya di bahuku. "Aku kedinginan." Ucapnya. Deg deg Deg deg "Y ya udah... Matiin aja AC nya sana." Suruh ku. "Udah. Tapi masih dingin." Tambahnya. Aku menelan ludah berat. "Kenapa kaku gini sih Val." Bisiknya. "M maksud nya?" Kataku gagap. Jessen menyingkirkan stainless untuk memasak nasi di rice cooker tadi dari hadapan ku. "Aku ngak mau makan
Tunggu... Apa yang terjadi? Maksudnya?"Nek. Kan Valen KOAS di rumah sakit nek." Kataku dengan nada bingung.Kakek dan nenek saling berhadapan beberapa detik, kemudian tertawa. Nenek mengelus kepalaku. "Masih sekolah kok ngebet banget mau KOAS aja. Kuliah aja belum." Kata nenek sambil mengacak rambutku."Lah. Iya loh nek." Kataku jujur.Mereka kembali tertawa. "Iya iya... Semoga doa kamu terkabul ya Valen. Nenek ngak nyangka ternyata kamu ingin jadi dokter rupanya.""Lah...?" Aku semakin bingung."Udah udah... Nanti aja bercandanya. Kamu harus cepat ke sekolah sekarang." Kata nenek sambil beranjak dari tempat tidur ku."Maksudnya apa sih nek?"Nenek menoleh ke arah ku, kali ini nenek yang bingung. "Valen. Hari ini kamu kan sekolah seperti biasa. Nenek jadi bingung lihat kamu."Aku bahkan lebih bingung.Drr drrrPonselku bergetar. Tertulis nama Tessa di sana.Ku angkat telepon nya. "Iya tes?....
Jam istirahat pun berbunyi. Aku dan Tessa pun pergi ke kantin sekolah. Aku kali ini tak selera sedikit pun mengenai makanan. Sangat tak berselera."Val, kau ngak pesan apa gitu?" Tanya Tessa yang berada di sebelahku."Teh manis aja deh." Kataku dengan raut wajah murung."Mbak..." Kata Tessa pada mbak kantin yang ada di hadapan kami sekarang."Iya dek.""Nasi goreng satu, segelas jus jeruk sama segelas teh manis. Itu aja mbak ." Kata Tessa.Mbak itu pun mengangguk dan mulai menyediakan makanan kami.Kami pun berjalan ke arah meja makan kantin, menunggu pesanan kami.Aku menghembuskan nafas berat sambil menyenderkan kepalaku pada tangan yang kuletakkan di atas meja."Lemes amat kau." Ucap Tessa."Hem.. Aku hilang arah." Kataku."Kenapa?" Tanyanya.Tessa... Kalau aku jelas kan juga kau ngak bakalan percaya..."Ngak apa." Kataku malas."Em. Sakit ya?""Mungkin." Ucap ku bohong.
Jam pelajaran pun usai. Aku tengah berjalan dengan Tessa untuk pulang ke rumah kami masing-masing. Rasanya seperti hampa aja ya kan.. ngak ada ke tempat Jessen lagi.Hem.. mau gimana lagi? Memang inilah yang seharusnya terjadi padaku."Val." Tessa menoel bahuku."Ha?""Aku mau nanya...""Hem. Oke, tanya aja.""Kau ada hubungan apa sama Jessen? Kenapa.. Kau marah ke Jessen waktu di kantin karena melupakan mu?... Emang kalian udah pernah deket ya? Kok aku ngak tau." Tanya Tessa pemasaran.Jawab apa ya?... Aku kasih tau juga kau ngak bakalan ngerti Tes... "Em. Itu, ngak ada apa apa Tess, aku hanya kesal aja sama dia."Aku merenggangkan badanku. "Aku ngak akan mau lagi menyukai."Tessa tersenyum lebar. "Benarkah?""Yup." Kataku bangga.Tessa kemudian kembali murung. "Val. Aku mau jujur samamu.""Apa beb?" Kataku sambil mengambil botol minuman ku yang berada di sebelah tasku. Kemudian aku mu
Aku berjalan memasuki gerbang sekolah. Jam pelajaran akan segera di mulai.Hari baru, semangat baru. Yup... Semangat baru...Aku harus bisa jadi murid berprestasi mulai dari hari ini. Ya, hari ini. Hehe.Yakin? Ya yakin lah... Kan aku udah pernah tamat dari sini... Awokawok...Aku harus menata hidup ku menjadi lebih baik lagi."Semangat!!!"Semua orang yang ada di halaman sekolah ini menatapku aneh.Ups.. sangkin bersemangat nya aku sampai menjerit.Aduh... Malu anjrit.Aku pura pura stay cool dan berjalan santai menuju ke dalam sekolah.Saat aku berjalan menuju kelas, banyak siswa yang mengumpul pada dinding pengumuman sekolah yang ada di aula sekolah.Kenapa ya?Sesaat kemudian Tessa dari belakang merangkul ku. "Valen..
Aku berjalan meninggalkan nya yang ada di dalam perpus dengan sebelumnya melapor dulu ke petugas perpus bahwa aku meminjam buku matematika yang ku ambil tadi.Rasa kesal dan cemas aku rasakan sekarang. Bagaimana tidak, kalau aku jumpa lagi dengannya bagaimana?Jadi babu gratis dong..Rasanya seperti ingin menangis. Hu hu hu...Udahlah, aku ngak mau pikiran itu sekarang. Mendingan aku pikirkan mengenai lomba yang akan aku ikuti Minggu depan nanti.Huf. Semoga aku bisa sukses... Aminnn...Aku berjalan di koridor sekolah. Kembali melihat pengumuman perlombaan, aku ingin memastikan kapan, di mana, dan apa persyaratan lainnya yang perlu aku persiapkan.Aku menatap Mading sekolah ini."Rabu depan rupanya. Tunggu dulu... Huh? Di adakan seleksi lusa baru ikut lomba... Gila lebay amat.""Hem.. oh pantesan, rupanya ini lomba nasional antar sekolah rupanya."Aku masih terus membaca dan menunjuk Mading tersebut. "Hanya di amb