Share

14. Bayangan Hitam

“Siapa di sana?” teriakku.

Suara panci saling bersahutan. Aku melangkah dengan ragu-ragu, tidak lupa mengirim sms pada Genta untuk ikut membuka pintu.

Genta : Tidak ada apa-apa di luar kamar.

Sms balasan itu malah membuatku semakin penasaran. Aku membuka pintu lebar dan benar tidak ada orang atau panci yang tergeletak. 

Genta memberi isyarat untuk masuk kembali karena malam sudah semakin larut. Aku menurut saja. Pintu tertutup rapat. Seseorang tiba-tiba menyeretku kasar.

Dia memakai pakaian serba hitam dengan wajah yang ditutupi topi. Kamar dalam keadaan gelap hanya ada bantuan sinar rembulan melalui cela ventilasi sehingga sulit mengenalinya.

Dia membekap mulutku, kemudian membaringkan tubuh ini di tempat tidur. Kedua tanganku diikat paksa di kepala ranjang, kemudian entahlah.

***

Sinar mentari menembus masuk kamar. Aku menggeliat beberapa saat kemudian membuka mata. Kepala sedikit sakit, tetapi rasanya hilang

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status