Home / Rumah Tangga / Madu dari Mertua dan Ipar / Bab 2. Mereka Sudah di Meja Makan

Share

Bab 2. Mereka Sudah di Meja Makan

last update Last Updated: 2023-09-20 03:10:09

Sore hari menjelang Magrib Mas Bendu sudah pulang. Selepas itu dia langsung mandi dan kami sholat Magrib berjamaah.

"Mas, ayuk makan pasti kamu udah laper banget ya!" usai kami merapikan sajadah. Mas Bendu mengangguk.

Dia menggandengku menuju meja makan, walaupun aku sebenarnya masih malu. Malu dilihat ibu mertua dan adik ipar jika lihat kemesraan ini sekalipun kami sudah halal.

Dan benar saja, di meja makan ibu dan Nini sudah duduk manis. Kulihat mata ibu menatap tak suka melihat tanganku digandeng anak lelaki satu-satunya itu. Aku pun menariknya seketika, refleks begitu saja.

"Sini duduk dekat ibu, Ben," usul ibu seraya menepuk-nepuk kursi yang ada di sebelahnya.

Mas Bendu manut saja sambil melempar senyum semringah pada wanita yang melahirkannya itu. Posisi Mas Bendu berada diantara dua wanita kesayangannya. Aku pun mengisi kursi yang letaknya diantara ibu dan Nini.

Meja makan berbentuk bulat berwarna coklat tua dan tersedia empat kursi, pas sesuai jumlah yang ada di rumah ini. Ayah mertuaku sudah lama meninggal. Kata Mas Bendu, Ayah meninggal ketika dia masih duduk dibangku kelas dua SMA, begitu cerita Mas Bendu.

Mas Bendu menatap hidangan dengan antusias dan senyumnya tak surut sejak tadi. "Wah, ada ayam kecap. Ini siapa yang masak?" Dia melempar pandangan ke kami bertiga. "Tadi bukannya kamu sudah masak ikan kering campur kentang balado Lio?" tanya Mas Bendu.

"Iya, Mas. A-a....." ucapanku terhenti saat mertua memotong pembicaraanku begitu saja.

"Yang masak ayam kecap ibu lah Ben. Siapa lagi?" jawab ibu yang sedang menaruh dua potong ayam kecap ke atas piring makannya.

"Hmm, pasti enak ni Bu. Sudah lama nggak makan ayam kecap ya, Bu," sahut Mas Bendu dengan wajah berseri.

Aku hanya manggut saja ketika ibu membulatkan matanya padaku. Ikan kering campur kentang balado tak disentuh sedikitpun oleh Mas Bendu, dia malahan terlihat lahap memakan ayam kecap yang ku masak tadi siang selepas membeli bubur ayam untuk ibu.

Begitu pun ibu dan Nini hanya makan ayam kecap saja tanpa menyentuh ikan kering yang ku masak Subuh tadi. Tak ingin membiarkan lauk-pauk yang aku masak tadi terbuang sia-sia, aku memilih untuk makan dengan ikan asin dan kentang balado saja.

"Bu, kok beda ya rasa ayam kecapnya dari yang biasa? Lebih enakan yang ini," tanya Mas Bendu.

"A-anu, i-itu ..." Mertuaku terlihat gugup menjawab. "Iya lah Nak, ibu udah nemu resep baru hasil liat-liat di youtobe," jawabnya ngasal. Walaupun ibu sudah berumur 58 tahun dia tidak ketinggalan zaman, alias mengerti dengan persoalan sosial media."

"Kamu nggak bantuin ibu masak tadi Lio?" Mas Bendu menatap agak lain padaku.

Lagi dan lagi, belum sempat aku menjawab, ibu sudah duluan menyahut. "Liodra sedang tidur pas ibu masak tadi Ben. Yaa, ibu kasian aja dia pasti capek makanya ibu suruh istirahat," jawab ibu dengan semua kata bohongnya.

Nini tak merespon apapun, dia terlihat begitu lahap menyantap ayam kecap buatanku.

"Bu, Mas, Kak, aku duluan ke kamar yah." ucap Nini sembari beranjak dari duduknya.

Tak lama kemudian ibu pun menyusul meninggalkan meja makan.

"Lio, Mas duluan ke kamar ya!" tanpa memperdulikan aku, Mas Bendu juga ikut berlalu dari pandangan dan dia masuk ke dalam kamar.

Aku? Aku membersihkan piring dan sekawannya seorang diri. Nini sedari aku tinggal di sini tidak pernah sekalipun ku lihat dia membereskan rumah atau sekedar menarok gelas bekas pakai minumnya sendiri ke dapur, dimana dia duduk pasti akan tertinggal barang bukti di situ.

Aku mencoba mengerti sikap ibu mertua ataupun adik iparku. Hal yang wajar, apalagi aku dan Mas Bendu belum lama menikah.

🌟🌟🌟

"Lio, sini duduk dekat Mas." panggilnya ketika aku baru masuk kamar. Kami pun duduk di bibir ranjang.

Ku tutup pintu kamar supaya ibu ataupun Nini tidak melihat dari luar kamar sekalipun tadi ketika aku berjalan dari dapur ke kamar tidak ada mereka di ruang tamu yang sekaligus ruang keluarga untuk menonton televisi atau hal yang lainnya. Mungkin mereka sedang berada di kamar masing-masing.

"Mas, hmm... Aku boleh kerja nggak?" tanyaku pada Mas Bendu ketika baru menghenyakkan pantat di bibir ranjang.

"Kerja, Dik?" ekspresinya agak kaget mendengar aku berkata demikian.

"Iya, Mas. Mumpung aku belum hamil biar aku ada kesibukan juga Mas." bujukku.

"Kamu bosan ya di rumah sama ibu."

"Aaa, tidak kok Mas. Aku hanya ingin mengisi waktu. Apalagi kamu pulangnya sering malam. Lagian mumpung 'ngisi' aku nya. Boleh ya, Mas." rengekku sambil merebah kepala pada bidang dadanya.

"Yasudah, boleh." jawab Mas Bendu dengan mengelus-elus kepalaku.

Aku memang sudah mulai merasa bosan di rumah ini. Apalagi melihat perlakuan mertua dan adik ipar membuat ku tidak nyaman. Hariku semakin terasa panjang hingga malam sebelum Mas Bendu pulang kerja.

Mas Bendu bekerja di sebuah pabrik makanan ringan, gajinya hanya UMR sesuai ketetapan pemerintah palingan jika Mas Bendu lembur ada beberapa tambahan yang masuk ke gajinya.

Sedangkan Nini baru diresingkan dari kerjaanya yang lama, katanya sih karena ada pengurangan karyawan tapi aku tidak tahu pasti akan kebenaran itu.

Ibu mertuaku adalah janda dari seorang PNS. Bapak Mas Bendu mengabdi di salah satu instansi pemerintah, tapi sayangnya beliau meninggal akibat kecelakaan. Jadi mertua ku menerima tunjangan bulanan dari suaminya.

Karena Mas Bendu sudah memberiku izin untuk bekerja lagi, ku ajak dia untuk 'bermain' di dalam peraduan. Selain menambah gelora cinta di hatinya untukku, ini juga salah satu tugasku menjadi istri supaya tabungan pahalaku semakin banyak.

Related chapters

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 3. Mandi Subuh

    Seperti biasa aku bangun sebelum subuh, bergegas mandi karena semalam aku baru saja memberi hadiah pada Mas Bendu, sebagai ucapan terima kasih karena sudah diberi izin untuk bekerja."Mas, bangun." panggilku pelan membangunkan suami dengan menggoyangkan-goyangkan kakinya. Tidak ada respon apapun dari Mas Bendu mungkin terlalu lelah."Mas, Mas bangun udah mau Subuh." panggilku sekali lagi.Dia menggeliatkan badan lalu beberapa detik kemudian duduk. Dia tersenyum indah padaku membuat jantungku berpacu lebih cepat."Udah mandi saja kamu, Dik." sapanya."Udah dong, Mas. Sana mandi, nanti kita sholat berjamaah ya." suruhku. Untung di kamar suami ada kamar mandi, jadi seisi rumah tidak perlu tahu kapan aku 'bermain' dengan suami.Setelah Mas Bendu mandi kami pun melaksanakan sholat secara berjamaah. Runitas seperti biasa jikalau aku sedang tidak halangan.Setelah sholat berjamaah aku pun melanjutkan aktivitas berkutat di dapur menyiapkan sarapan untuk seisi rumah, sedangkan Mas Bendu tampak

    Last Updated : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 4. Fitnah Mematikan

    Tak lama terdengar deru sepeda motor, mungkin Mas Bendu mau berangkat kerja, "Maaf Mas, hari ini aku tidak melepas kamu pergi kerja. Selamatkan suamiku dalam perjalanan Yaa Allah." bisikku dalam hati.Aku tak menyangka dapat mertua dan ipar jahat untuk kedua kalinya. Cukup rasanya aku ditindas ketika pernikahanku yang pertama. Cukup juga sebulan lebih aku menerima sindiran, umpatan, dan sergahan dari mertua. Belum lagi ipar tidak tahu diri, dia harusnya lebih giat mencari kerja, bukan lenyeh-lenyeh seperti anak bayi di rumah."Yaa Rabb kuatkan hatiku untuk menghadapi mereka. Beri aku kesabaran yang lebih banyak dan jauhkan aku dari fitnah mematikan. Lindungilah keluarga kecilku yang baru seumur jagung ini Yaa Allah.""Lio, Liodra, buka pintunya. Kamu jadi menantu tahu diri dikit. Ini rumah ibu saya bukan kamu. Ingat kamu hanya numpang di sini." pintu kamarku digedor tanpa jeda bahkan bunyinya sangat kuat, kalau bukan karena segan enggan sekali aku meresponnya.Liodra? Kamu? Nini beran

    Last Updated : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 5. Berusaha Mencairkan Suasana

    "Mas, kok kamu nggak bangunin aku?" sapaku memulai pembicaraan.Tidak ada sahutan, malah Mas Bendu meraih gadgetnya yang diletakkan di bawah bantal. Karena tidak ada respon dari dia, aku mengambil wudhu untuk melaksanakan Sholat Subuh.Seusai sholat akupun masih berusaha mencairkan suasana."Mas, kamu marah?" ucapku sambil menggoyang-goyangkan kakinya.Jangankan direspon dia malah menyentak kakinya. "Yasudahlah aku sudah berusaha, lebih baik aku biarkan saja." bisikku di dalam hati.Aku bertolak ke dapur menyiapkan sarapan seperti biasa. Ketika ku buka kulkas tidak ada satupun stok yang bisa dimasak untuk makan siang. Hanya bumbu untuk nasi goreng yang tersedia. Setelah selesai membuat nasi goreng akupun menjemput Mas Bendu ke kamar untuk mengajaknya sarapan."Mas, yuk sarapan. Aku sudah bikinin nasi goreng kesukaanmu." ajakku pada suami yang sudah ready untuk berangkat kerja.Ku raih pergelangan tangannya, lagi dan lagi dia menyentak tanpa menghiraukan pintaku, lalu berlalu keluar ka

    Last Updated : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 6. Dia Datang Menyambar Pintu

    Tak lama ibu bertolak pergi dari kamarku, Nini datang menyambar pintu yang ingin ku tutup."Hei tunggu." sergah Nini menyambar pintu kamar yang hendak ku tutup."Apa-apaan sih, Ni!" sungutku dengan tatapan tajam sembari menahan pintu kamar."Kamu yang apa-apaan. Bilang apa tadi sama ibu, itu mulut di sekolahin dulu biar tahu sopan santun.""Lah 'kan emang bener makan apa yang ada aja. Salah aku dimana coba? Yang harus disekolahin itu mulut kamu. Tahu sopan santun nggak?' sindirku."Niniiii, udah Nak nggak usah ngomong sama mantan janda. Nanti kamu ketularan lho, kalau Mas mu sudah pulang biar kita aduin saja." sorak ibu dari dapur."Awas ya, kalau saja ibu nggak ngelarang udah aku jambak rambut mu." ancamnya disertai mata membulat, aku tidak takut sama sekali.Perlakuan sama dengan ibu, Nini kuberi senyum lebar merekah sebelum dia berbalik badan meninggalkan kamarku. Biar saja dia yang sesak nafas melihat sikap ku yang masa bodoh.Sekalipun aku memang numpang di sini tapi bukan berart

    Last Updated : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 7. Mundur Beberapa Langkah

    "Mas, akhirnya kamu sampai rumah juga, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa. Aku khawatir sama kamu." sapaku lalu meraih tangannya hendak mencium ketika kaki Mas Bendu baru melangkah memasuki rumah."Eh Bendu kamu sudah pulang, gimana tadi acaranya? Lancar?" ibu menyerobot datang dari belakang ku, menyenggol tubuh idealku ke tepi dinding hingga tubuhku sedikit terhempas.Aku mundur beberapa menjaga jarak aman, jangan sampai nanti dia sengaja menyenggolku lagi."Lancar, Bu Alhamdulillah." jawabnya sambil menghenyakkan pantat di sofa ruang tamu lalu membuka balutan jaket dari tubuhnya.Mas Bendu tidak merespon ataupun menjulurkan tangannya padaku. Dia malah melengah seakan sosokku tidak terlihat oleh kedua netranya. Sungguh membuat kesabaran ku habis diperlakukan seperti ini.Ku hela nafas kesal lalu bertolak menuju kamar. Ku baringkan tubuh ini di peraduan, kepala ku mulai terasa sakit mungkin efek aku kurang makan dan juga lelah pikiran. Ku pijit ringan meredakan rasa sakit.🌟🌟🌟Subu

    Last Updated : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 8. Ribut Apaan Sih!

    "Ribut apaan sih, Bu. Ganggu orang lagi tidur aja." suara Nini menggema protes, mungkin tidurnya yang masih lelap terusik.Umurnya saja yang sudah dewasa, tapi tingkahnya seperti bocah kalau tidur masih dibangunin sama ibunya. Aku yakin jika tidak ada keributan mana mungkin mata minus itu akan terjaga. Bisa-bisa dia akan molor sampai waktu Sholat Dhuha abis."Itu, kakak ipar kamu yang bikin ribut. Dia maksa Bendu buat ngontrak. Gaji Bendu juga dikuasain."Feeling ku ibu pasti sedang duduk di ruang tamu."Ih, ogah ah punya ipar macam dia. Mana udah pernah jadi janda lagi. 'Kan aku sedari awal emang nggak restuin Mas Bendu nikah sama dia, Bu. Ibu aja tuh yang kasih restu. Apa Bu? Gaji Mas Bendu mau dikuasain sama dia. Dasar matre memang." tuduhnya.Matre? Kalau aku matre pasti aku mencari lelaki yang lebih kaya akan harta. Dasar pemikiran dangkal, gaji segitu dicerecokin. Apa dia nggak nyadar kalau gaji Mas Bendu cuma sebesar UMR, syukur-syukur lembur bisa dapat tambahan.Bukannya ingin

    Last Updated : 2023-10-07
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 9. Siapa Dia?

    "Aku pamit ya, Bu," tambahku biar hatinya semakin marah padam.Biar semakin sesak rasa dalam dadanya, kugandengan tangan Mas Bendu ketika kami berjalan ke arah pintu depan.Tidak ada satupun kata lagi yang keluar dari mulutnya. Jika ada Nini di luar, akupun akan melakukan hal yang sama membuatnya sesak nafas seperti ibu. Rupanya kurang seru, anak bau kencur itu tidak ku temukan batang hidungnya.Sepertinya berlaku pura-pura lembut seperti ini lebih mengesankan untuk bergelut dengan manusia seperti ibu dan Nini. Tetapi aku memang harus banyak menghela nafas untuk mengontrol emosi supaya tidak terpancing.Eeiiitttsss, tapi bukan berarti ini akan permanen. Seperti yang aku pernah katakan tentu batasannya pengontrolan emosiku. Jika mereka lebih melunjak, oh tentu aku akan memberi pergelutan yang sebanding."Mas, nanti kita cari kontrakannya dekat kantor kamu saja ya. Jadi kamu bisa agak nyantai dikit di pagi hari." ucapku ketika aku sedang memakai helm.Mas Bendu hanya mengangguk pelan, di

    Last Updated : 2023-10-08
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 10. Gelak Tawa Hilang Seketika

    Gelak tawa yang tadi terdengar begitu semarak, sekejab hilang, hening, sunyi, sepi bagai kuburan ketika ibu, Nini, dan perempuan itu melihat aku memasuki rumah. Mereka terperangah menatapku yang sudah berdiri di depan mereka. Sebegitu kagetkah sampai salam yang ku ucapkan tak terdengar oleh mereka.Apalagi ibu dan Nini seperti kerasukan setan, mata membulat penuh, mulut menganga untung saja tidak ada lalat yang memasuki ruang penuh julid itu. Sedangkan perempuan itu memperhatikanku dari ujung kaki hingga kepala, begitu yang terekam dari pandangan sudut mataku."Kok salamku nggak satupun yang jawab," sindirku sembari melangkah masuk memecahkan lamunan mereka."Eh, kamu udah pulang Lio?" sapa ibu salah tingkah, berpura-pura menggaruk keningnya seakan gatal. Mungkin dia menyangka aku tidak tahu kalau dia sedang berpura-pura."Seperti yang ibu lihat, aku sudah di dalam rumah sekarang." jawabku sembari senyum tipis mata menyipit."Mana Mas Bendu?" serobot Nini, tapi matanya terfokus ke ara

    Last Updated : 2023-10-09

Latest chapter

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 5

    Flashback, Siapa SangkaπŸ’™πŸ’™πŸ’™Tok... Tok... Tok..."Assalamu'alaikum, Pak." sapa Pak Heru sembari mengetuk pintu ruangan GM."Waalaikumsalam, silakan masuk." sahut Pak GM. Pak Heru pun membuka menekan handle pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar."Yuk, mari masuk Bu," ajak Pak Heru. Aku mengikuti langkah pelan dari belakang, ada rasa gugup mungkin sekian bulan off kerja.Ruangan kerja GM lumayan luas, ada meja kerja, ada kursi tamu, dan beberapa lemari berkas. Ku sisir ruangan Pak GM ketika melangkah mendekati meja kerjanya. Berjalan beberapa langkah, kini aku dan Pak Heru tepat berada di depan meja kerja Pak GM, yang berada di dekat kaca jendela, lebih tepatnya kaca jendela berada di sebelah kiri Pak GM."Pak, ini dia karyawan baru yang saya sampaikan di telepon tadi," ujar Pak Heru membuka pembicaraan."Oh, iya, terima kasih. Silakan kembali!" Pak Heru pun meninggalkan ruangan GM tak lupa juga dia menutup pintu."Silakan duduk, saudari Liodra!" suruhnya. Dia tampak membuka berka

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 4

    Flashback, Bertemu dengan AryoπŸ’™πŸ’™πŸ’™"Hallo, Assalamualaikum,""Hallo, Waalaikumsalam, Lio. Apa kabar?" tanya seseorang dibalik sana, hanya nomor saja yang muncul di layar handphoneku ketika panggilan masuk yang berdering."Ini, siapa yah?" tanyaku balik."Aryo, Lio. Ingat nggak?"Tentu saja aku ingat, mood ku yang tadinya netral sekarang berubah seketika setelah tahu siapa lelaki yang meneleponku. Dia juga salah satu lelaki yang tak punya hati. "Ngapain kamu nelfon?!" tanyaku ketus."Lio, kebetulan aku lagi di Padang, bisa kita bertemu?""Buat apa?! Buat nambah beban hidupku lagi? Iya?!" tanpa mengontrol bahasa ku menyelekit menjawab permintaan Aryo."Astagfirullah, tidak Lio. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya yang terjadi.""Apa? Memperbaiki semuanya? Semua sudah jadi bubur Aryo. Nggak penting juga untukku." suaraku semakin meninggi.Untung saja aku bisa sedikit bersuara keras dikarenakan Pak GM, dengan Ningrum dan juga Aruma sedang tidak berada di tempat. Ni

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 3

    Flashback, Perceraian yang RumitRongga dadaku terasa sedikit lapang ketika sudah mengutarakan semuanya pada Mama, Papa, dan adik-adikku. Walau tak mudah bagi mereka menerima perlakuan mantan keluarga suamiku. Dan, untuk keluarga besar biarlah seiring berjalan waktu mereka tahu.Tepat dua minggu bercerai secara agama, setelah melengkapi semua berkas yang diperlukan, aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama tempat mantan suamiku. Siang ini aku akan melakukan pendaftaran gugatan cerai secara online, untung juga ada wabah begini, jadi aku tak perlu banyak meminta izin tidak masuk kantor. 'Kan nggak etis juga anak baru udah izin terus kerjaannya. Ketika sedang meng-upload beberapa berkas persyaratan, selalu saja banyak notif yang muncul di gawaiku, siapa lagi kalau bukan dari lelaki yang tak punya hati. Dia menerorrorku semenjak keributan di akad nikahnya bersama Leria.Tak sedikit chat yang berisi ancaman, terlebih dia tidak senang atas sikapku yang tak mau tahu ketika ibunya te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 2

    Flashback, Pulang Kampung"Assalamu'alaikum, Mama!" panggilku sembari mengetuk pintu rumah. Sabtu kali ini aku memutuskan untuk pulang kampung, sampai saat ini hampir seminggu lamanya Mama dan keluarga ku yang lain belum tahu akan nasib akhir rumah tangga keduaku.Aku sengaja menutupinya, tak etis ku jelaskan lewat sambungan telfon. Pasti juga akan berbeda tanggapan Mama dan keluarga ku yang lainnya. Untung saja hari kerja efektifku hanya dari hari Senin hingga Jumat.Setelah menempuh perjalanan dari kota tempatku bekerja bisa atau kota yang menaruh penuh luka di pernikahan keduaku. Aku menaiki sebuah mobil minibus dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk sampai di kampung halaman."Waalaikumsalam," terdengar sahutan suara Mama dari dalam rumah. Jantungku berirama dengan tempo nggak karuan, ada rasa gundah, rasa takut, takut penyakit Mama kambuh, dan banyak hal lainnya semua bagai benang kusut dibenakku.Krek..."Masya Allah, kamu pulang, Nak." Spontan Mama memeluk tubuhku, pi

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 1

    Turun dari angkot lalu melenggang dengan mengatur nafas memasuki gedung Perusahaan Suka Jaya. Hari ini adalah hari pertama ku bekerja tentunya menjadi hari yang bersejarahh setelah beberapa bulan fakum dengan dunia pekerjaan.Rasaku masih campur aduk. Sedih dan rapuh masih terasa tetapi ada kelegaan setelah mengungkap semua kebusukan Bendu, Nini, dan mantan mertuaku. Nini dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang obat Narkotika jenis sabu yang dia konsumsi dibuktikan dengan beberapa barang bukti yang ditemukan di kamarnya.Doaku buruk, semoga saja dia tidak mendapatkan hak untuk direhabilitasi dan diberikan kurungan jeruji besi seberat-beratnya. Mulutnya yang tidak berbudi membuat pintu maaf ku untuknya tertutup. Sedangkan Bendu secara resmi telah batal menikah dengan Leria, Papanya sangat murka setelah mendengar semua kebusukan calon menantunya itu. Betapa tidak, dengan gamblang aku membongkar hutang piutang Bendu dan juga Papa Leria sudah mendengar dengan je

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 30. Ending

    Aku mendehem, tampak mereka dengan seksama menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku yang selama ini diam membungkam. Untung saja aku masih waras, waras menghadapi orang gila seperti mereka."Sudahlah, tak perlu bermukadimah di sini. Aku hanya butuh talak dari lelaki tak tahu diri seperti kamu yang menjadikan pernikahan sebuah ajang pertaruhan hanya demi uang.""Lio, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu, Dik. Mas minta maaf, tapi semuanya bisa Mas jelasin kok. Kamu jangan ngomong gitu. Kasihan calon anak kita, dia tidak salah apa-apa Lio.""Pak Bendu, mending diselesaikan dulu permasalahannya saya masih ada urusan untuk menikahkan pasangan pengantin yang lain, jadi mohon maaf." Pak Penghulu beserta dua orang temannya pun beranjak lalu meninggalkan rumah neraka ini."Pak, pak pak penghulu tunggu sebentar Pak." Leria berlari kecil untuk menahan kepergian Pak Penghulu, tetapi hasilnya nihil."Lio, maafkan Mas, Dik. Mas janji akan menjadi imam yang baik untuk kamu. Semua yang te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 29. Kok Bertekuk Lutut?

    "Nggak apa-apa Bu," ujarku berbohong, kuambil satu tarikan nafas, "Bu, sampaikan salamku pada Yumna ya. Aku sungguh merasa terbantu.""Sama-sama, Nak Lio. Ibu juga seadanya membantu kamu. Semoga masalah yang sedang kamu hadapi cepat selesai yah. Nanti ibu sampaikan pada Yumna." Ujar Bu Yeye sembari mengelus-elus pelan pundakku.Tak lama kemudian terdengar suara mobil, aku pun menoleh ke belakang dan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna hitam berhenti di depan rumahku, dan membunyikan klaksonnya. "Aku pamit ya Bu." Ucapku sekali lagi."Iya." Jawabnya singkat dengan memberikan senyuman padaku.Aku pun berjalan ke mobil tersebut, belum sempat aku menanyakan untuk memastikan taksi online yang kupesan, lelaki paruh baya itu sudah lebih duluan menyapaku."Dengan Bu Liodra?" tanyanya dari dalam mobil dengan pintu kaca terbuka abis.'Iya, Pak. Saya Liodra. Minta tolong dibantu ambilkan barang-barang di sana Pak."Dengan sigap lelaki berbadan agak kekar itu turun dari mobil dan mengambil semua

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 28. Mengontrol Emosi agar Terlihat Biasa-biasa Saja

    Siapa lagi yang menguatkan diriku kalau tidak aku sendiri. Ini hanya soal waktu, aku yakin aku pasti kuat. Bukankah perceraian hampir enam tahun lalu sudah memberi penguatan untukku. Aku tidak akan menyerah bahkan kalah dengan perpegangan yang menurutku sangat murahan ini.🌟🌟🌟Flashback Awal Perkenalan"Ma, kemarin kok nggak bilang kalau Bendu datang ke sini waktu itu sama Aryo." ujarku kesal sama Mama ketika Bendu dan Aryo sudah pulang."Mama lupa Nak. Ya maklum lah kemarin Mama fokusnya pada maksud kedatangan Bendu saja." Jawab Mama mengelak.Ku rapikan gelas bekas pakai Bendu dan Aryo lalu meletakkannya ke dapur."Lio, gimana soal keseriusan Bendu? Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" Tanya Mama lekat-lekat menatapku yang mengisyaratkan penuh harap.Aku pun menatap Mama balik, kami yang ketika itu sedang duduk di meja makan, "Ma, bukan aku menutup diri. Tapi sekarang pikiranku belum terfokus untuk menikah." "Iya Lio, tapi sampai kapan Nak.""Sampai aku benar-benar siap, Ma."M

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 27. Laki-laki Pecundang!

    Ku tutup notebook karena tidak ada info terbaru yang kudapatkan dan memutuskan untuk tidur. Tetapi, sudah satu jam aku membaringkan badan. Mengubah posisi tidur, mungkin dalam waktu 5 menit ada 4-6 kali aku merubah posisi tidur. Tetapi sama sekali menemukan posisi yang pas.Mata ini masih enggan terpejam. Pikiranku mengarahkan pada tutur Leria dua hari yang lalu. Soal pertaruhan yang dilakukan oleh lelaki itu. Aku merasakan apa yang diutarakan Leria seperti nyata.Menatap langit-langit kamar, seakan semua ini terasa mimpi bagiku. Pernikahan yang ku arungi seumur jagung ternyata penuh dengan noda dusta. Dan aku mesti sebatang kara menghadapi mereka yang saling bergandengan tangan satu sama lain.Ku tarik kembali semua kejadian yang terekam di memori, mencerna setiap kejadian mulai dari awal bertemu. Rasanya memang ada yang ganjal dari pertemuanku dengan Bendu. Alasan yang pernah dia utarakan sewaktu itu memang aneh, tapi kala itu aku mencoba menepisnya mengingat tak mau terlalu su'udzo

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status