Home / Rumah Tangga / Madu dari Mertua dan Ipar / Bab 5. Berusaha Mencairkan Suasana

Share

Bab 5. Berusaha Mencairkan Suasana

last update Huling Na-update: 2023-09-20 03:13:06

"Mas, kok kamu nggak bangunin aku?" sapaku memulai pembicaraan.

Tidak ada sahutan, malah Mas Bendu meraih gadgetnya yang diletakkan di bawah bantal. Karena tidak ada respon dari dia, aku mengambil wudhu untuk melaksanakan Sholat Subuh.

Seusai sholat akupun masih berusaha mencairkan suasana.

"Mas, kamu marah?" ucapku sambil menggoyang-goyangkan kakinya.

Jangankan direspon dia malah menyentak kakinya. "Yasudahlah aku sudah berusaha, lebih baik aku biarkan saja." bisikku di dalam hati.

Aku bertolak ke dapur menyiapkan sarapan seperti biasa. Ketika ku buka kulkas tidak ada satupun stok yang bisa dimasak untuk makan siang. Hanya bumbu untuk nasi goreng yang tersedia. Setelah selesai membuat nasi goreng akupun menjemput Mas Bendu ke kamar untuk mengajaknya sarapan.

"Mas, yuk sarapan. Aku sudah bikinin nasi goreng kesukaanmu." ajakku pada suami yang sudah ready untuk berangkat kerja.

Ku raih pergelangan tangannya, lagi dan lagi dia menyentak tanpa menghiraukan pintaku, lalu berlalu keluar kamar bukan untuk menikmati hidangan sarapan yang kusiapkan di meja makan.

"Bu, Bendu pergi dulu ya. Oh iya Bu, soal gaji bulan ini nanti siang semuanya Bendu transfer ke ibu." ucapnya pada ibu. Begitu jelas apa yang dikatakan Mas Bendu pada ibunya.

Mas Bendu mau ngasih semua gajinya ke ibu?  Tanpa memberitahu aku terlebih dahulu. Oke lah Mas, jika kamu mau menjadi team ibu dan Nini, aku tak apa. 

Aku pikir dia lelaki yang beda, ternyata dia tidak lebih dari lelaki yang masih bersembunyi di bawah ketiak ibunya.

"Iya, Nak. Kamu hati-hati ya. Kabari saja ibu nanti kalau gajimu udah ditransfer semuanya ke ibu." 

"Iya, Bu. Bendu pamit ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Bunyi deru sepeda motor Mas Bendu perlahan hilang dari halaman rumah.

"Gimana Lio? Kamu terkejut kalau gaji Bendu mulai sekarang ditransfer ke ibu?" ucapnya yang tiba-tiba muncul di depan kamarku, tidak ada wajah bersahabat yang dia perlihatkan padaku, malah wajah sinis yang dia suguhkan.

"Nggak bu. Ibu pegang saja, aku juga tidak mempermasalahkannya." jawabku tenang, tentu saja aku berusaha mengontrol emosi.

"Nah iya harus begitu kamu. Ingat ya, bagaimana pun anak laki-laki itu harus utamain ibunya ketimbang kamu. Apalagi kamu kan mantan janda yang kebetulan aja dinikahi anak ibu." gelagatnya mencibirku membuat darahku naik pitam.

Dia tak ubahnya memperlakukan aku tanpa ada rasa menghargai di benaknya. "Iya, Bu. Ada yang mau ibu sampaikan lagi?" tanyaku sembari menebar senyum tipis walaupun di dalam dadaku bergejolak membara.

Bukan jawaban yang dia berikan, dia malah menyuguhiku dengan raut wajahnya yang masam ditambah dengan ujung bibir yang menyungging.

"Semoga suatu hari nanti bibirnya benar-benar menyungging permanen Yaa Allah" doaku dalam hati.

🌟🌟🌟

Di dalam kamar aku sibuk menyiapkan semua berkas lamaran lalu mengirimnya lewat email. Ada sekitar dua puluh lamaran kerja yang ku kirim lewat email. Mereka pikir aku tidak punya banyak cara untuk tetap menjalankan keinginanku. Mereka salah, salah orang lebih tepatnya.

Jangan mentang-mentang status ku yang pernah menjadi janda diusia muda mereka seenaknya memijakku dengan cara seperti ini. Oh tidak, itu takkan pernah terjadi. Dan kamu keliru Mas, sudah membela ibu dan adikmu sendiri.

Lebih dari sepuluh berkas lamaran aku kirim lewat email. Semoga saja ada beberapa yang nyantol, begitu harapku. Lihat saja nanti sikap mereka jika aku mempunyai uang.

"Bu, kok lauknya cuma ini doang?" terdengar Nini bersorak dari dapur.

"Apaan sih, Ni heboh mulu ah." gerutu ibu.

"Makannya ibu ke sini liat nih." pintanya dengan nada kesal.

"Ya ampppuuuuuuuuuun. Liodra sini kamu." teriak ibu.

Aku hanya senyum-senyum sendiri dari dalam kamar. Biar mereka tahu rasa, makan aja tuh ikan kering, ini enggak sok-sok an makan ayam, sedangkan ngeluarin duit aja susah. Semua keperluan rumah tangga Mas Bendu yang nanggung semuanya, perintilan apapun itu.

Awalnya memang aku tidak mempermasalahkan, tapi kalau dipikir-pikir nggak etis juga rasanya ibu dan Nini terlalu memberatkan Mas Bendu.

"Liodra, buka pintunya. Kamu tuh ya, udah numpang malah enakan molor di dalam. Keluar kamu." hardik ibu dari balik pintu kamarku gedorannya begitu keras hingga membuat gendang telingaku sakit.

Aku sengaja tidak menyahut, biar saja dia sampai puas berteriak dan menggedor pintunya.

"Lio, buka pintunya. Awas saja kamu, nanti ibu lapor ke Bendu sikap kamu yang kurang ajar ini." ancamnya.

Tak lama kemudian aku membuka pintu, dengan menyandang handuk di tangan pura-pura mandi sore, tentu saja tadi dengan sigap ku ganti baju piyama seolah-olah memang aku selesai mandi.

"Ada apa Bu? Aku lagi mandi tadi." jawabku polos, aku melunak bukan berarti takut, tapi aku sedang menyiapkan jebakan batman untuknya

"Kamu nggak masak? Tahu diri dikit napa, kalau numpang itu siapin juga makanan buat ibu dan Nini jangan tidur gratis saja kamu di sini." erangnya, mata membulat, hidung kembang kempes seperti harimau mau menerkam kucing.

"Astagfirullah, Buuuu. Gimana aku mau masak, 'kan duit sisa kemarin juga ibu minta. Aku nggak pegang uang lagi. Eh tapi Bu, bukannya Mas Bendu udah transfer duit ke ibu tadi siang, yaa beli aja dulu lauknya lewat gofooott Bu." jelas ku memberi ide.

"Belum ditransfer sama Bendu duitnya, pasti kamu 'kan yang larang. Nggak usah sok polos kamu." tuduhnya menunjukku ke arahku dengan telunjuk gempornya.

"Ya, makan aja dulu apa yang ada Bu." jawabku tak lupa ku suguhkan senyum tipis mata menyipit supaya dia lebih jantungan melihat reaksiku.

Dia menghela nafas kesal lalu bertolak menuju dapur. Piring dan sendok terdengar beradu kencang, semoga saja piringnya pecah, sumpahku.

Kaugnay na kabanata

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 6. Dia Datang Menyambar Pintu

    Tak lama ibu bertolak pergi dari kamarku, Nini datang menyambar pintu yang ingin ku tutup."Hei tunggu." sergah Nini menyambar pintu kamar yang hendak ku tutup."Apa-apaan sih, Ni!" sungutku dengan tatapan tajam sembari menahan pintu kamar."Kamu yang apa-apaan. Bilang apa tadi sama ibu, itu mulut di sekolahin dulu biar tahu sopan santun.""Lah 'kan emang bener makan apa yang ada aja. Salah aku dimana coba? Yang harus disekolahin itu mulut kamu. Tahu sopan santun nggak?' sindirku."Niniiii, udah Nak nggak usah ngomong sama mantan janda. Nanti kamu ketularan lho, kalau Mas mu sudah pulang biar kita aduin saja." sorak ibu dari dapur."Awas ya, kalau saja ibu nggak ngelarang udah aku jambak rambut mu." ancamnya disertai mata membulat, aku tidak takut sama sekali.Perlakuan sama dengan ibu, Nini kuberi senyum lebar merekah sebelum dia berbalik badan meninggalkan kamarku. Biar saja dia yang sesak nafas melihat sikap ku yang masa bodoh.Sekalipun aku memang numpang di sini tapi bukan berart

    Huling Na-update : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 7. Mundur Beberapa Langkah

    "Mas, akhirnya kamu sampai rumah juga, syukurlah kalau kamu tidak apa-apa. Aku khawatir sama kamu." sapaku lalu meraih tangannya hendak mencium ketika kaki Mas Bendu baru melangkah memasuki rumah."Eh Bendu kamu sudah pulang, gimana tadi acaranya? Lancar?" ibu menyerobot datang dari belakang ku, menyenggol tubuh idealku ke tepi dinding hingga tubuhku sedikit terhempas.Aku mundur beberapa menjaga jarak aman, jangan sampai nanti dia sengaja menyenggolku lagi."Lancar, Bu Alhamdulillah." jawabnya sambil menghenyakkan pantat di sofa ruang tamu lalu membuka balutan jaket dari tubuhnya.Mas Bendu tidak merespon ataupun menjulurkan tangannya padaku. Dia malah melengah seakan sosokku tidak terlihat oleh kedua netranya. Sungguh membuat kesabaran ku habis diperlakukan seperti ini.Ku hela nafas kesal lalu bertolak menuju kamar. Ku baringkan tubuh ini di peraduan, kepala ku mulai terasa sakit mungkin efek aku kurang makan dan juga lelah pikiran. Ku pijit ringan meredakan rasa sakit.🌟🌟🌟Subu

    Huling Na-update : 2023-09-20
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 8. Ribut Apaan Sih!

    "Ribut apaan sih, Bu. Ganggu orang lagi tidur aja." suara Nini menggema protes, mungkin tidurnya yang masih lelap terusik.Umurnya saja yang sudah dewasa, tapi tingkahnya seperti bocah kalau tidur masih dibangunin sama ibunya. Aku yakin jika tidak ada keributan mana mungkin mata minus itu akan terjaga. Bisa-bisa dia akan molor sampai waktu Sholat Dhuha abis."Itu, kakak ipar kamu yang bikin ribut. Dia maksa Bendu buat ngontrak. Gaji Bendu juga dikuasain."Feeling ku ibu pasti sedang duduk di ruang tamu."Ih, ogah ah punya ipar macam dia. Mana udah pernah jadi janda lagi. 'Kan aku sedari awal emang nggak restuin Mas Bendu nikah sama dia, Bu. Ibu aja tuh yang kasih restu. Apa Bu? Gaji Mas Bendu mau dikuasain sama dia. Dasar matre memang." tuduhnya.Matre? Kalau aku matre pasti aku mencari lelaki yang lebih kaya akan harta. Dasar pemikiran dangkal, gaji segitu dicerecokin. Apa dia nggak nyadar kalau gaji Mas Bendu cuma sebesar UMR, syukur-syukur lembur bisa dapat tambahan.Bukannya ingin

    Huling Na-update : 2023-10-07
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 9. Siapa Dia?

    "Aku pamit ya, Bu," tambahku biar hatinya semakin marah padam.Biar semakin sesak rasa dalam dadanya, kugandengan tangan Mas Bendu ketika kami berjalan ke arah pintu depan.Tidak ada satupun kata lagi yang keluar dari mulutnya. Jika ada Nini di luar, akupun akan melakukan hal yang sama membuatnya sesak nafas seperti ibu. Rupanya kurang seru, anak bau kencur itu tidak ku temukan batang hidungnya.Sepertinya berlaku pura-pura lembut seperti ini lebih mengesankan untuk bergelut dengan manusia seperti ibu dan Nini. Tetapi aku memang harus banyak menghela nafas untuk mengontrol emosi supaya tidak terpancing.Eeiiitttsss, tapi bukan berarti ini akan permanen. Seperti yang aku pernah katakan tentu batasannya pengontrolan emosiku. Jika mereka lebih melunjak, oh tentu aku akan memberi pergelutan yang sebanding."Mas, nanti kita cari kontrakannya dekat kantor kamu saja ya. Jadi kamu bisa agak nyantai dikit di pagi hari." ucapku ketika aku sedang memakai helm.Mas Bendu hanya mengangguk pelan, di

    Huling Na-update : 2023-10-08
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 10. Gelak Tawa Hilang Seketika

    Gelak tawa yang tadi terdengar begitu semarak, sekejab hilang, hening, sunyi, sepi bagai kuburan ketika ibu, Nini, dan perempuan itu melihat aku memasuki rumah. Mereka terperangah menatapku yang sudah berdiri di depan mereka. Sebegitu kagetkah sampai salam yang ku ucapkan tak terdengar oleh mereka.Apalagi ibu dan Nini seperti kerasukan setan, mata membulat penuh, mulut menganga untung saja tidak ada lalat yang memasuki ruang penuh julid itu. Sedangkan perempuan itu memperhatikanku dari ujung kaki hingga kepala, begitu yang terekam dari pandangan sudut mataku."Kok salamku nggak satupun yang jawab," sindirku sembari melangkah masuk memecahkan lamunan mereka."Eh, kamu udah pulang Lio?" sapa ibu salah tingkah, berpura-pura menggaruk keningnya seakan gatal. Mungkin dia menyangka aku tidak tahu kalau dia sedang berpura-pura."Seperti yang ibu lihat, aku sudah di dalam rumah sekarang." jawabku sembari senyum tipis mata menyipit."Mana Mas Bendu?" serobot Nini, tapi matanya terfokus ke ara

    Huling Na-update : 2023-10-09
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 11. Apa Itu?

    Tujuan utama ku adalah membuka aplikasi chatting. Ku buka whatsapp Mas Bendu, terbaru ada pesan dari Umar begitu nama yang tertera, karena itu yang terbaru dan ada beberapa pesannya yang belum dibuka Mas Bendu, tentu aku pengen tahu apa isi chatnya.[P][P][Mas, keluar dong. Masa kamu anggurin aku sih.] disertai emot nangisDasar gelay, gerutu dalam hati.Ternyata cuma tiga itu pesan yang ada. Aku yakin ada pesan sebelumnya.Oke, Mas. Kamu berani bermain api, akan ku tambahkan minyak tanah supaya apimu semakin berkobar.Aku lanjut membuka pesan dari Nini, 'Adikku Nini' begitu nama kontak perempuan bau kencur itu. Ada dua pesan yang belum dibaca.[P][Mas][Ish][Mas, kamu hargai Leria dong. Masa di kamar terus sih. Sini temenin dia, dasar susis] disertai emot marah.Tak ada pesan lain, pasti sudah dihapusnya. "Oh, jadi nama perempuan yang sedang dirumah ibu namanya Leria, sengaja diganti nama Umar dikontak Mas Bendu. Jika memang tidak ada sesuatu 'hal' buat apa namanya disamarkan, b

    Huling Na-update : 2023-10-10
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 12. Kepo Nggak Ketulungan

    "Nggak ada beli apa-apa, Bu." jawab Mas Bendu menghadap ke arah ibu."Nggak beli apa-apa gimana? Itu kantong asoy yang ditenteng sama Liodra apaan?" tanyanya kepo maksimal, ibu tua masuk perangkap lagi. Aku yakin ketika pas masuk tadi netranya pasti terfokus pada kantong asoy yang kupegang."Oh itu, nasi bungkus punya Lio, Bu." sahut Mas Bendu yang masih berdiri di ambang pintu."Punya Lio? Buat ibu mana?" tagihnya."Bu, tadi aku 'kan udah nanya sama ibu mau dibawain apa! Ibu jawab nggak usah. Makanya buat ibu dan Nini nggak dibeliin." jelasku menyerobot sekalian menyindir terang-terangan."Diam kamu, Lio. Ibu lagi nggak bicara sama kamu. Nimbrung aja." bisanya gitu doang, dibilang nimbrung lah, lagi nggak ngomong sama aku lah, kebanyakan drama memang."Udahlah, Bu! Lio! Aku capek dengerin kalian berlawanan terus." pintupun dibanting Mas Bendu memasuki kamar.Sebodo amat, mau banting pintu kek, mau dicopotin pintu lama gigi kek, terserah. Sebodo aja. Mas Bendu yang ku kenal agak kalem

    Huling Na-update : 2023-10-11
  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 13. POV Mertua Liodra

    "Apa?! Kamu mau menikahi janda itu? Jangan gila Bendu. Ibu tidak setuju." jantungku berpacu kencang hingga ubun-ubun menggelegak, mendengar Bendu meminta restu untuk menikahi Liodra-seorang janda."Buuu...""Kamu tahu 'kan kenapa Liodra menjadi janda, dia dicerai mantan suaminya karena bermain serong dengan mantan kekasihnya dulu. Perempuan seperti itu yang akan kamu jadikan istri. Bodoh betul kamu Bendu." bentakku."Bu, tapi Bendu harus ngelakuin itu, Bendu harus menikahi Liodra, Bu." dia bertekuk lutut seraya memegang kakiku."Harus apa Bendu. Jawab! Jangan bertingkah, kamu akan ibu malu. Mau ditarok dimana muka ibu, Benduuuu!" "Bu, tapi Bendu mohon tolong restui pernikahan kami." dia tidak menyerah sedikit pun."Kamu benar-benar sudah sarap yah Ben. Masa nikahi perempuan yang sudah janda, belum lagi umurnya lebih tua, nanti kalau kamu nggak punya keturunan gimana. Kayak nggak ada perempuan lain saja yang kamu nikahi.""Iya, Bu. Bendu tahu itu, ta-tapi....""Tapi apa, Hah? Sudahlah

    Huling Na-update : 2023-10-12

Pinakabagong kabanata

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 5

    Flashback, Siapa SangkaπŸ’™πŸ’™πŸ’™Tok... Tok... Tok..."Assalamu'alaikum, Pak." sapa Pak Heru sembari mengetuk pintu ruangan GM."Waalaikumsalam, silakan masuk." sahut Pak GM. Pak Heru pun membuka menekan handle pintu dan membiarkan pintu terbuka lebar."Yuk, mari masuk Bu," ajak Pak Heru. Aku mengikuti langkah pelan dari belakang, ada rasa gugup mungkin sekian bulan off kerja.Ruangan kerja GM lumayan luas, ada meja kerja, ada kursi tamu, dan beberapa lemari berkas. Ku sisir ruangan Pak GM ketika melangkah mendekati meja kerjanya. Berjalan beberapa langkah, kini aku dan Pak Heru tepat berada di depan meja kerja Pak GM, yang berada di dekat kaca jendela, lebih tepatnya kaca jendela berada di sebelah kiri Pak GM."Pak, ini dia karyawan baru yang saya sampaikan di telepon tadi," ujar Pak Heru membuka pembicaraan."Oh, iya, terima kasih. Silakan kembali!" Pak Heru pun meninggalkan ruangan GM tak lupa juga dia menutup pintu."Silakan duduk, saudari Liodra!" suruhnya. Dia tampak membuka berka

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 4

    Flashback, Bertemu dengan AryoπŸ’™πŸ’™πŸ’™"Hallo, Assalamualaikum,""Hallo, Waalaikumsalam, Lio. Apa kabar?" tanya seseorang dibalik sana, hanya nomor saja yang muncul di layar handphoneku ketika panggilan masuk yang berdering."Ini, siapa yah?" tanyaku balik."Aryo, Lio. Ingat nggak?"Tentu saja aku ingat, mood ku yang tadinya netral sekarang berubah seketika setelah tahu siapa lelaki yang meneleponku. Dia juga salah satu lelaki yang tak punya hati. "Ngapain kamu nelfon?!" tanyaku ketus."Lio, kebetulan aku lagi di Padang, bisa kita bertemu?""Buat apa?! Buat nambah beban hidupku lagi? Iya?!" tanpa mengontrol bahasa ku menyelekit menjawab permintaan Aryo."Astagfirullah, tidak Lio. Bukan itu maksudku. Aku hanya ingin memperbaiki semuanya yang terjadi.""Apa? Memperbaiki semuanya? Semua sudah jadi bubur Aryo. Nggak penting juga untukku." suaraku semakin meninggi.Untung saja aku bisa sedikit bersuara keras dikarenakan Pak GM, dengan Ningrum dan juga Aruma sedang tidak berada di tempat. Ni

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 3

    Flashback, Perceraian yang RumitRongga dadaku terasa sedikit lapang ketika sudah mengutarakan semuanya pada Mama, Papa, dan adik-adikku. Walau tak mudah bagi mereka menerima perlakuan mantan keluarga suamiku. Dan, untuk keluarga besar biarlah seiring berjalan waktu mereka tahu.Tepat dua minggu bercerai secara agama, setelah melengkapi semua berkas yang diperlukan, aku mengajukan gugatan cerai ke pengadilan agama tempat mantan suamiku. Siang ini aku akan melakukan pendaftaran gugatan cerai secara online, untung juga ada wabah begini, jadi aku tak perlu banyak meminta izin tidak masuk kantor. 'Kan nggak etis juga anak baru udah izin terus kerjaannya. Ketika sedang meng-upload beberapa berkas persyaratan, selalu saja banyak notif yang muncul di gawaiku, siapa lagi kalau bukan dari lelaki yang tak punya hati. Dia menerorrorku semenjak keributan di akad nikahnya bersama Leria.Tak sedikit chat yang berisi ancaman, terlebih dia tidak senang atas sikapku yang tak mau tahu ketika ibunya te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 2

    Flashback, Pulang Kampung"Assalamu'alaikum, Mama!" panggilku sembari mengetuk pintu rumah. Sabtu kali ini aku memutuskan untuk pulang kampung, sampai saat ini hampir seminggu lamanya Mama dan keluarga ku yang lain belum tahu akan nasib akhir rumah tangga keduaku.Aku sengaja menutupinya, tak etis ku jelaskan lewat sambungan telfon. Pasti juga akan berbeda tanggapan Mama dan keluarga ku yang lainnya. Untung saja hari kerja efektifku hanya dari hari Senin hingga Jumat.Setelah menempuh perjalanan dari kota tempatku bekerja bisa atau kota yang menaruh penuh luka di pernikahan keduaku. Aku menaiki sebuah mobil minibus dan menempuh perjalanan lebih kurang 4 jam untuk sampai di kampung halaman."Waalaikumsalam," terdengar sahutan suara Mama dari dalam rumah. Jantungku berirama dengan tempo nggak karuan, ada rasa gundah, rasa takut, takut penyakit Mama kambuh, dan banyak hal lainnya semua bagai benang kusut dibenakku.Krek..."Masya Allah, kamu pulang, Nak." Spontan Mama memeluk tubuhku, pi

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β E.P 1

    Turun dari angkot lalu melenggang dengan mengatur nafas memasuki gedung Perusahaan Suka Jaya. Hari ini adalah hari pertama ku bekerja tentunya menjadi hari yang bersejarahh setelah beberapa bulan fakum dengan dunia pekerjaan.Rasaku masih campur aduk. Sedih dan rapuh masih terasa tetapi ada kelegaan setelah mengungkap semua kebusukan Bendu, Nini, dan mantan mertuaku. Nini dibawa oleh polisi untuk dimintai keterangan lebih lanjut tentang obat Narkotika jenis sabu yang dia konsumsi dibuktikan dengan beberapa barang bukti yang ditemukan di kamarnya.Doaku buruk, semoga saja dia tidak mendapatkan hak untuk direhabilitasi dan diberikan kurungan jeruji besi seberat-beratnya. Mulutnya yang tidak berbudi membuat pintu maaf ku untuknya tertutup. Sedangkan Bendu secara resmi telah batal menikah dengan Leria, Papanya sangat murka setelah mendengar semua kebusukan calon menantunya itu. Betapa tidak, dengan gamblang aku membongkar hutang piutang Bendu dan juga Papa Leria sudah mendengar dengan je

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 30. Ending

    Aku mendehem, tampak mereka dengan seksama menunggu kata-kata apa yang akan keluar dari mulutku yang selama ini diam membungkam. Untung saja aku masih waras, waras menghadapi orang gila seperti mereka."Sudahlah, tak perlu bermukadimah di sini. Aku hanya butuh talak dari lelaki tak tahu diri seperti kamu yang menjadikan pernikahan sebuah ajang pertaruhan hanya demi uang.""Lio, Mas bisa jelasin semuanya sama kamu, Dik. Mas minta maaf, tapi semuanya bisa Mas jelasin kok. Kamu jangan ngomong gitu. Kasihan calon anak kita, dia tidak salah apa-apa Lio.""Pak Bendu, mending diselesaikan dulu permasalahannya saya masih ada urusan untuk menikahkan pasangan pengantin yang lain, jadi mohon maaf." Pak Penghulu beserta dua orang temannya pun beranjak lalu meninggalkan rumah neraka ini."Pak, pak pak penghulu tunggu sebentar Pak." Leria berlari kecil untuk menahan kepergian Pak Penghulu, tetapi hasilnya nihil."Lio, maafkan Mas, Dik. Mas janji akan menjadi imam yang baik untuk kamu. Semua yang te

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 29. Kok Bertekuk Lutut?

    "Nggak apa-apa Bu," ujarku berbohong, kuambil satu tarikan nafas, "Bu, sampaikan salamku pada Yumna ya. Aku sungguh merasa terbantu.""Sama-sama, Nak Lio. Ibu juga seadanya membantu kamu. Semoga masalah yang sedang kamu hadapi cepat selesai yah. Nanti ibu sampaikan pada Yumna." Ujar Bu Yeye sembari mengelus-elus pelan pundakku.Tak lama kemudian terdengar suara mobil, aku pun menoleh ke belakang dan sebuah mobil Toyota Avanza berwarna hitam berhenti di depan rumahku, dan membunyikan klaksonnya. "Aku pamit ya Bu." Ucapku sekali lagi."Iya." Jawabnya singkat dengan memberikan senyuman padaku.Aku pun berjalan ke mobil tersebut, belum sempat aku menanyakan untuk memastikan taksi online yang kupesan, lelaki paruh baya itu sudah lebih duluan menyapaku."Dengan Bu Liodra?" tanyanya dari dalam mobil dengan pintu kaca terbuka abis.'Iya, Pak. Saya Liodra. Minta tolong dibantu ambilkan barang-barang di sana Pak."Dengan sigap lelaki berbadan agak kekar itu turun dari mobil dan mengambil semua

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 28. Mengontrol Emosi agar Terlihat Biasa-biasa Saja

    Siapa lagi yang menguatkan diriku kalau tidak aku sendiri. Ini hanya soal waktu, aku yakin aku pasti kuat. Bukankah perceraian hampir enam tahun lalu sudah memberi penguatan untukku. Aku tidak akan menyerah bahkan kalah dengan perpegangan yang menurutku sangat murahan ini.🌟🌟🌟Flashback Awal Perkenalan"Ma, kemarin kok nggak bilang kalau Bendu datang ke sini waktu itu sama Aryo." ujarku kesal sama Mama ketika Bendu dan Aryo sudah pulang."Mama lupa Nak. Ya maklum lah kemarin Mama fokusnya pada maksud kedatangan Bendu saja." Jawab Mama mengelak.Ku rapikan gelas bekas pakai Bendu dan Aryo lalu meletakkannya ke dapur."Lio, gimana soal keseriusan Bendu? Apa kamu sudah mempertimbangkannya?" Tanya Mama lekat-lekat menatapku yang mengisyaratkan penuh harap.Aku pun menatap Mama balik, kami yang ketika itu sedang duduk di meja makan, "Ma, bukan aku menutup diri. Tapi sekarang pikiranku belum terfokus untuk menikah." "Iya Lio, tapi sampai kapan Nak.""Sampai aku benar-benar siap, Ma."M

  • Madu dari Mertua dan IparΒ Β Β Bab 27. Laki-laki Pecundang!

    Ku tutup notebook karena tidak ada info terbaru yang kudapatkan dan memutuskan untuk tidur. Tetapi, sudah satu jam aku membaringkan badan. Mengubah posisi tidur, mungkin dalam waktu 5 menit ada 4-6 kali aku merubah posisi tidur. Tetapi sama sekali menemukan posisi yang pas.Mata ini masih enggan terpejam. Pikiranku mengarahkan pada tutur Leria dua hari yang lalu. Soal pertaruhan yang dilakukan oleh lelaki itu. Aku merasakan apa yang diutarakan Leria seperti nyata.Menatap langit-langit kamar, seakan semua ini terasa mimpi bagiku. Pernikahan yang ku arungi seumur jagung ternyata penuh dengan noda dusta. Dan aku mesti sebatang kara menghadapi mereka yang saling bergandengan tangan satu sama lain.Ku tarik kembali semua kejadian yang terekam di memori, mencerna setiap kejadian mulai dari awal bertemu. Rasanya memang ada yang ganjal dari pertemuanku dengan Bendu. Alasan yang pernah dia utarakan sewaktu itu memang aneh, tapi kala itu aku mencoba menepisnya mengingat tak mau terlalu su'udzo

DMCA.com Protection Status