“APA?!” Dimas yang mendengar itu sangat shock.David hanya diam dan tersenyum, “Bagaimana? Apakah kamu terkejut, anak yang kamu pilih untuk menceraikan istri pertama mu demi menikahi wanita yang telah menipumu pada akhirnya semua palsu dan fakta tak bisa diubah, kamu mandul Dimas.” Ucap David dengan tenang.“T-tidak.” Dimas menggeleng tidak percaya, lalu ,menatap ke arah Anggun dengan tatapan benci dan jijik secara bersamaan.Anggun yang menangis tersedu-sedu, merasa putus asa. "Mas, aku bisa jelaskan, tolong dengar aku," pintanya dengan suara bergetar.Namun, Dimas tidak mendengarkannya. "Kamu... Kamu menghancurkan hidupku," katanya dengan suara penuh kemarahan. "Selama ini, kamu menipuku. Apa yang kamu lakukan, Anggun? Siapa ayah dari anak yang kamu kandung?"Anggun merasa terpojok, tidak mampu memberikan jawaban yang memuaskan. Air matanya terus mengalir deras. "Mas, aku... aku minta maaf. Aku tidak tahu harus berkata apa," ucapnya dengan putus asa.Hingga Anya yang sejak tadi di d
Kali ini Regina dan Andi bertemu dengan tuan Hadi di sebuah apartemen mewah milik pria tua itu.“Regina, apapun yang terjadi disana semua ada ditanganmu.” Ucap Andi dengan serius sebelum mereka memencet bel pintu apartemen tersebut.Regina mengangguk, menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri sebelum memencet bel. Mereka menunggu beberapa saat sebelum pintu dibuka oleh seorang pria tua dengan penampilan elegan. Tuan Hadi tersenyum lebar melihat kedatangan mereka. "Regina, Andi, silakan masuk," katanya dengan ramah.Mereka berdua masuk ke dalam apartemen mewah itu, merasa sedikit gugup tetapi berusaha untuk tetap tenang. Tuan Hadi mempersilahkan mereka duduk di ruang tamu yang nyaman, lengkap dengan pemandangan indah kota dari jendela besar di belakangnya."Jadi, apa yang bisa saya bantu kali ini?" tanya Tuan Hadi sambil duduk di kursi berhadapan dengan Regina dan Andi.Regina mengambil alih pembicaraan. "Tuan Hadi, saya ingin mempercepat rencana kita.” Ucapnya dengan serius.T
Mobil yang dipakai Andi dan Regina melesat cepat membelah jalan raya jakarta yang cukup santai siang itu.Perasaan Regina yang tak pasti dengan Andi yang juga tampak tegang membuat suasana semakin tak nyaman.Masalah yang di hadapi Regina begitu serius, hingga dia tak tahu harus melakukan apa saat ini.“Aku tak menyangka dia telah tahu sejak awal pernikahan.” Gumam Regina dengan pikiran kalut.“Pantas saja dia tak sudi menyentuhmu, kau juga ternyata pemain handal Regina.” Ucap Andi yang membalas ucapan Regina tersebut.Regina menoleh ke arah Andi, tatapannya penuh dengan kemarahan yang terpendam. "Aku melakukan apa yang harus aku lakukan untuk bertahan hidup. Jika tidak, aku tidak akan bisa bertahan sampai sekarang," ucapnya dengan suara gemetar.Andi mendesah panjang, mencoba meredakan ketegangan yang semakin meningkat di dalam mobil. "Kita harus fokus pada rencana kita selanjutnya, Regina. Kita tidak bisa membiarkan David menang."Regina mengangguk, meskipun pikirannya masih berkeca
“Ibu dipenjara?!” Dimas yang mendengar ucapan ibunya saat menghubunginya melalui telepon kantor polisi merasa sangat shock.“Iya Dimas, tolong ibu. Ibu tidak ingin dipenjara disini.” Ucap Regina tersendu-sendu karena dia harus terjebak disini.“Aku akan ke Jakarta hari ini, tapi bagaimana bisa ibu berada dipenjara. Apa yang ibu lakukan?!”Regina menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya sebelum menjawab. "David... Dia mengungkap semua rahasiaku, Dimas. Bukti-bukti yang dia kumpulkan cukup untuk menjebloskanku ke penjara. Aku butuh kamu untuk membantu ibu keluar dari sini."Dimas menghela napas panjang, merasa bingung dan marah. "Ibu, aku sudah mencoba berbicara dengan ayah, tapi dia juga tidak mau mendengarkan. Sekarang aku harus berhadapan dengan masalah ini lagi."Regina merasa putus asa mendengar nada suara putranya. "Dimas, tolong. Ibu tidak tahu harus bagaimana lagi. Kamu satu-satunya harapan ibu."Dimas menggenggam telepon dengan erat, memikirkan semua yang terjadi.
Semakin malam, acara malam itu semakin ramai. Tak hanya membahas masalah keberlangsungan usaha dan lingkungan, acara itu juga menghadirkan penari-penari yang membuat mata tertarik untuk melihatnya.Tari Beily Dance tersebut sungguh luar biasa dengan penari wanita yang sangat cantik dan memiliki bentuk tubuh yang molek.Anya memperhatikan penari dengan penuh kekaguman. Gerakan mereka lincah dan penuh dengan keanggunan, membuat semua mata tertuju pada pertunjukan tersebut. Penari belly dance itu memang memukau, dengan kostum yang gemerlap dan gerakan yang begitu sensual dan anggun.David sesekali melirik ke arah Anya, memastikan bahwa dia menikmati acara tersebut. "Kamu suka, Sayang?" tanyanya dengan lembut.Anya tersenyum dan mengangguk. "Iya, mereka sangat berbakat. Tariannya indah sekali," jawabnya dengan mata masih terfokus pada penari.David mengangguk setuju. "Tapi lebih indah bentuk tubuhmu sayang.” Bisik David.“Nanti malam menarilah seperti itu di kamar.” Sambungnya dengan meng
“Mas, aku mohon beri kesempatan aku kali ini saja. Terima aku lagi mas.” Ucap Anggun dengan bersimpuh dihadapan Dimas saat ini.“Aku sudah tidak sudi denganmu lagi, Anggun. Pergilah!” Usir Dimas pada wanita hamil itu.Dia merasa sangat jijik melihat wajah murahan itu di hadapannya.“Mas, aku tidak punya siapa-siapa lagi, aku mohon mas. Aku bisa membantumu, aku akan bekerja untukmu asal kau mau menjadi ayah anak ini. Mas, aku tak siap menerima gunjingan masyarakat disini, Mas.” Ucap Anggun dengan memaksa.Dimas menatap Anggun dengan penuh kebencian dan kekecewaan. "Kamu pikir aku akan memaafkanmu setelah semua kebohonganmu? Setelah kamu menghancurkan hidupku?" katanya dengan suara dingin.Air mata Anggun mengalir deras. "Mas, aku mohon... Aku tidak punya tempat lain untuk pergi. Aku hamil dan aku butuh dukunganmu."Dimas menghela napas panjang, mencoba menahan amarahnya. "Anggun, kamu sendiri yang menciptakan situasi ini. Kamu menipuku, mengkhianatiku. Aku tidak akan mengambil tanggung
“Weisttsss… Pagi-pagi udah mandi keramas aja buu.” Ucap Nersa sambil mengejek Anya saat ini yang baru keluar dari kamarnya.Anya menggeleng pelan, “Memang salah keramas di pagi hari?” Tanya Anya sambil tersenyum.“Ya tidak sih, tapi melihat cupang di lehermu aku tahu kalian semalam habis bermain panas dan pasti sangat…”Anya langsung membekap mulut sahabatnya itu karena bisa bahaya jika di dengar oleh pelayan. Dia lupa menutupi bekas kemerahan di lehernya karena buru-buru menemui Nersa karena tiba-tiba datang ke mansion.Nersa tertawa pelan di balik tangan Anya, matanya berbinar-binar dengan rasa jahil. "Oke, oke, aku berhenti," katanya setelah Anya melepaskan tangan dari mulutnya.Anya memeriksa sekitar, memastikan tidak ada pelayan yang mendengar percakapan mereka. "Kamu benar-benar tidak tahu malu, Nersa," bisik Anya dengan nada bercanda namun tetap waspada."Aku hanya ingin memastikan kamu bahagia, sayang," jawab Nersa dengan mata yang penuh kepolosan. "Tapi, serius, aku punya kaba
“Itu sedikit sulit.” Gumam Nersa pada Anya.“Bisnisku di bandung, tapi jika David hanya mengijinkan kerja di Jakarta aku akan mengatur semuanya.” Ucap Nersa.Anya merasa tidak enak hanya “Atau kamu pakai Mila saja, bukankah dia baru kembali dan sudah sembuh dari oplas-nya?” Tanya Anya.Nersa menggeleng dengan kuat, “Aku harus memakaimu, karena karisma mu cocok dengan skincare ku.”Anya mengangguk setuju dengan hal itu, “Baiklah jika begitu, tapi aku hanya takut menyusahkanmu.”“Tentu saja tidak, jika begitu tanda tangan kontrak ini. Aku juga memasukkan pendapatanmu saat kamu bergabung denganku.” Ucap Nersa memberikan kontrak kerja sama dengan Anya.Anya tersenyum, “Aku setuju tapi aku tak menerima bayaran dari mu.”Nersa terkejut, “Bagaimana bisa begitu, ini bisnis Anya.”“Dan David ingin aku memberikan kontribusiku tanpa bayaran, David mendukung penuh usahamu begitu juga aku. Aku akan membantumu dengan senang hati.” Ucap Anya sambil tersenyum tulus.Nersa memandang Anya dengan mata b