Anya terdiam menatap seorang wanita cantik dengan dandanan glamour yang menunjukkan statusnya yang cukup tinggi, terlihat juga auranya begitu kuat yang membuat orang tak bisa mengalihkan pandangannya.Nersa, nama wanita itu. Dia adalah keturunan dari keluarga Pradana, keluarga terpandang yang memiliki aset puluhan triliun rupiah.“Selamat pagi, Nyonya Baskara. Apakah sudah siap untuk pelatihan hari ini?” Ucap wanita itu dengan lembut dan anggun.Dia akan mengajari Anya kelas sosialita yang akan dia hadapi beberapa pelan kedepan.Anya menelan ludah, mencoba menyembunyikan rasa gugupnya di hadapan Nersa. “Selamat pagi, Nyonya Pradana. Ya, saya sudah siap,” jawabnya dengan senyum sopan.Nersa mengangguk anggun. "Bagus sekali. Mari kita mulai. Ada banyak hal yang perlu kita bahas dan persiapkan. Dunia sosialita bisa sangat menuntut, dan kamu harus siap menghadapi segala situasi."Anya mengikuti Nersa ke ruang tamu yang sudah diatur sedemikian rupa untuk sesi pelatihan. Ruangan itu dihiasi
Sudah empat hari Anya mulai melatih skill untuk masuk ke dunia sosial.Nersa tersenyum puas ketika Anya berhasil mempraktikkan semua yang telah diajarkan dengan sangat sempurna. "Kamu belajar dengan cepat, Anya," katanya dengan nada puas. "Aku yakin kamu akan bisa menghadapi dunia sosialita dengan baik."Anya merasa lega mendengar pujian itu. "Terima kasih, Nersa. Semua ini berkat bimbinganmu." Ucapnya, kini wanita itu sudah seperti temannya dan mereka sudah cukup akrab di hari kedua mereka latihan.Nersa mengangguk. "Latihan yang konsisten dan ketekunanmu yang membuat perbedaan. Aku yakin kamu akan tampil luar biasa di acara-acara sosial yang akan datang."Setelah sesi latihan selesai, Anya mengajak Nersa untuk minum teh di rumah kaca untuk menikmati waktu sore itu.Setelah pelayan menyeduhkan teh, Anya dan Nersa menikmati teh hangat itu dengan anggun.“Apakah persiapan pernikahanmu sudah selesai? Aku masih terkejut saat tuan David mendatangiku secara langsung untuk melatih calon ist
Di bandara, Anya terlihat sangat gugup menunggu pesawat pamannya tiba di jakarta.“David, aku takut paman kecewa denganku karena aku bercerai dengan Dimas tanpa membicarakan pada pamanku.” Ucap Anya pada David yang setia di sampingnya sejak tadi bahkan rela menunda rapat pentingnya untuk menemaninya menjemput pamannya.David meremas tangan Anya dengan lembut, memberikan dukungan dan kenyamanan. "Anya, pamanmu mencintaimu dan hanya ingin yang terbaik untukmu. Aku akan jelaskan semuanya kepadanya dengan jujur. Aku yakin dia akan mengerti."Anya mengangguk, meski rasa gugupnya belum sepenuhnya hilang. Tak lama kemudian, pesawat yang ditunggu mendarat dan penumpang mulai keluar dari gerbang kedatangan. Anya memperhatikan dengan cemas, mencari wajah pamannya di antara kerumunan."Aku melihatnya," bisik Anya saat melihat Handoko berjalan menuju mereka. Dia tampak serius, tapi tidak marah, yang membuat Anya merasa sedikit lega."Paman," sapa Anya dengan suara lembut saat Handoko mendekat.
“Mas, aku sangat senang liburan ke Bali. Kapan-kapan kita liburan lagi ya.” Ucap Anggun saat mereka menunggu pesawat mereka.Sudah satu minggu mereka menikmati bulan madu di Bali, bahkan sekarang muatan mereka bertambah banyak karena Anggun yang membeli banyak oleh-oleh dan baju disana.“Ya, yang penting kamu dan anak kita bahagia.” Ucap Dimas dengan lembut.Anggun tersenyum saat Dimas mengelus perutnya.“Tapi sayang, bukankah calon bayi kita masih tiga bulan? Kenapa perutmu sudah seperti lima bulan ya?” Tanya Dimas yang menunjukkan kebingungannya.Anggun tersenyum, mencoba menutupi kegugupannya. "Mungkin karena aku makan banyak selama liburan ini. Lagipula, setiap kehamilan berbeda, bukan?" jawabnya dengan nada santai.Dimas tertawa kecil dan mengangguk. "Mungkin kamu benar. Yang penting kamu dan bayi kita sehat."Namun, di dalam hatinya, Anggun merasa cemas. Dia tahu bahwa dia harus menjaga rahasia ini dengan baik.Setelah beberapa saat, panggilan untuk naik pesawat terdengar. Dimas
“Kamu lebih diam, kenapa? Apa Nersa menyakitimu?” Tanya David dengan datar saat mereka makan malam.“Eh.. Tidak, dia sangat baik. Aku hanya memikirkan sesuatu.” Ucap Anya.“Apa?” Tanya David dengan penasaran.“Bukan apa-apa, ini udang ayo makan.” Ucap Anya mengalihkan perhatian David sambil menaruh lauk di atas piring pria itu.David memandang Anya sejenak, seolah mencoba membaca pikirannya, lalu tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu," katanya, menerima udang yang diberikan Anya.Mereka melanjutkan makan dalam keheningan sejenak sebelum David berbicara lagi. "Anya, aku tahu ini semua tidak mudah untukmu. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa memberitahuku. Kita adalah keluarga."Anya berhenti sejenak, menatap David. "Aku tahu, David.” Ucapnya sambil tersenyum.Hingga akhirnya Anya memutuskan untuk langsung pergi ke kamar setelah makan malam selesai.David yang melihat itu langsung menghubungi Nersa dia perlu tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu.*********Sementara itu
“Regina?” Gumam Anya dengan wajah terkejut.Dia tak menyangka jika wanita itu akan terbang ke jakarta saat ini.“Anya, kamu tidak apa-apa?” Tanya Nersa yang melihat perubahan hati Anya saat ini.Anya segera menggeleng, dia berpikir mungkin ini adalah waktunya dia menghadapi mantan ibu mertuanya saat ini.Hingga Regina menyadari keberadaan Anya disana.“Oh kamu disini juga?” Suara sinis dan mengejek terdengar jelas disana.Anya menatap datar Regina, sedangkan Nersa bingung dengan wanita tua yang berlaku tidak sopan dengan temannya.Anya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Ya, aku di sini, Tante. Apa kabar?" tanyanya dengan suara tenang sambil menekan sebutan manan mertuanya dengan kata ‘tante’ disana.Regina mengangkat alisnya, menunjukkan tatapan meremehkan. "Aku baik-baik saja. Hanya terkejut melihatmu di butik ini. Gaun seperti ini mungkin terlalu mahal untukmu, bukan?"Nersa yang mendengar komentar tersebut, merapatkan bibirnya dan menatap Regina dengan tajam.
“Mas, dimana alamatmu? Aku ingin tinggal disana, aku tidak ingin tinggal di hotel.” Ucap Regina diseberang telepon.David memijat pelipisnya saat melihat Regina yang tampak rewel disana.“Bawahanku akan menjemputmu dan membawamu pulang ke kalimantan malam ini.” Ucap David dengan tegas.Regina mendengus kesal di seberang telepon. "Aku tidak ingin kembali ke Kalimantan, David. Aku ingin tinggal di Jakarta untuk sementara waktu. Tolong, biarkan aku tinggal di rumah kita yang di jakarta."David menghela napas panjang, mencoba mempertahankan ketenangannya. "Regina, Jika kamu masih keras kepala, uang bulananmu tidak akan aku berikan lagi. Besok pagi bawahanku akan membawamu kembali ke kalimantan dan malam ini kamu tinggal di hotel.” Tegas David lalu mematikan sambungan teleponnya.Kemudian dia berbalik untuk menghampiri Anya yang masih disana bersama Kevin dan keluarganya.“Ayo pulang.” Ucap David pada Anya.“Kenapa buru-buru?” Tanya Kevin karena masih ingin mengobrol dengan mereka.David m
“Mas, kamu lihat apa? Kamu terlihat begitu serius menatap layar ponsel.” Ucap Anggun dengan penasaran sambil menaruh kopi pagi pria itu.Dimas segera mematikan layar ponselnya agar Anggun tak melihat jika dia saat ini sedang melihat akun sosial media Anya.“Tidak, hanya ada pekerjaan penting saja.” Bohongnya.Anggun mengangkat alisnya, sedikit curiga tetapi memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. "Baiklah, kalau begitu. Tapi jangan terlalu tegang, ya. Hari ini kan kita punya rencana untuk pergi ke taman dengan teman-teman."Dimas tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, aku tahu. Aku akan bersiap-siap."Anggun memberikan ciuman di pipi Dimas sebelum beranjak keluar dari ruangan. Setelah dia pergi, Dimas menghela napas dalam-dalam.Lalu melihat kembali story Anya yang tampak sangat cantik dengan gaun yang sepertinya mahal.“Apa dia sudah menemukan pria kaya lain? Dia terlihat semakin cantik.” Gumam Dimas.Sementara itu, di mansion David, Anya sedang menikmati sarapan di teras dengan p
Aditya menunggu dengan tidak sabar pemeriksaan Agnia yang masih berada di dalam bersama dokter.“Sayang, duduklah dengan tenang aku yakin Agnia baik-baik saja.” Ucap Rima pada putranya tersebut.Kevin juga mengangguk menenangkan putranya, “Benar kata ibumu.”Aditya menghela napas dalam, berusaha mengendalikan kegelisahannya. Meski ia tahu orang tuanya berusaha menenangkan, perasaan cemas tetap menguasai dirinya. “Aku tahu, tapi tetap saja… ini sangat tiba-tiba,” jawabnya sambil mengusap wajahnya dengan kedua tangan.Tak lama kemudian, pintu ruang pemeriksaan terbuka, dan dokter keluar dengan raut wajah yang tenang. Aditya langsung berdiri dan menghampiri, "Dokter, bagaimana keadaan istri saya?"Dokter tersenyum kecil, “Tenang, Pak Aditya. Istri Anda hanya kelelahan dan mengalami gejala yang cukup umum di trimester awal kehamilan. Selamat, Pak, Ibu Agnia sedang mengandung.” Aditya terdiam, antara terkejut dan bahagia, sebelum senyum lebar terpancar di wajahnya. Rima dan Kevin yang men
Hari-hari berlalu, hingga pernikahan Agnia dan Aditya datang di pagi yang cerah ini.“Kau sangat tampan sayang.” Ucap Rima pada putranya yang tengah bersiap untuk prosesi pernikahannya.Aditya tersenyum pada ibunya, Rima, yang tampak berkaca-kaca melihat putranya dalam balutan pakaian pengantin. "Terima kasih, Ibu. Tanpa Ibu, aku mungkin tak akan sampai di hari ini," ucapnya sambil merapikan setelan jasnya.Rima mengangguk, menyentuh pipinya dengan lembut. "Ibu bangga padamu, Aditya. Kau telah memilih pasangan yang baik dan penuh kasih. Semoga kalian berdua selalu berbahagia."Aditya mengangguk penuh keyakinan. "Aku tahu, Bu. Agnia adalah seseorang yang benar-benar bisa kuandalkan, dan aku siap menjalani hidup bersamanya."Sementara itu, di ruangan lain, Agnia juga tengah bersiap dengan gaun pengantinnya yang anggun. Anya, Angel, dan Mila, membantu memastikan segalanya sempurna. Anya merapikan sedikit veil Agnia dan berkata dengan senyum hangat, "Kau benar-benar cantik, Agnia. Aditya
“Kita akan main banana boat!!” Ucap Rose dengan semangat saat mereka bermain di tepi pantai dan akan menaiki permainan itu.Rose, Misella, dan Alex tampak sangat bersemangat saat mengenakan jaket pelampung mereka. Suasana pantai yang cerah dan angin laut yang segar semakin menambah antusiasme mereka. "Ini pasti seru banget!" seru Misella dengan tawa yang lepas, tak sabar untuk segera bermain.Banana boat yang berwarna cerah itu berayun di atas air laut yang jernih, siap membawa mereka meluncur cepat di atas ombak. Alex, yang awalnya terlihat sedikit canggung, akhirnya tersenyum kecil karena semangat yang menular dari kedua temannya.Ketika banana boat mulai bergerak, Rose berteriak penuh kegembiraan, diikuti oleh Misella yang tak henti tertawa. Ombak mengayunkan mereka dengan cukup kencang, membuat perasaan adrenalin dan kegembiraan memenuhi suasana. Alex, yang awalnya tampak tenang, akhirnya ikut berteriak seru, menikmati momen tersebut bersama mereka."Pegangan yang kuat!" seru Mise
Johanna, istri Henry yang sedang bersantai di mansionnya tampak melihat sosial medianya. Sebagai nyonya Anderson, dia sama sekali tak melakukan apapun selain menikmati hidup dan uang suaminya.Hingga tak sengaja dia melihat akun Anya, istri dan nyonya dari keluarga Baskara tersebut. Rasa penasarannya mulai timbul terlebih melihat pengikut wanita itu mencapai jutaan followers.“Dia seorang artis?” Gumam Johanna dengan penasaran namun tatapannya merendahkan, karena menurutnya pekerjaan seperti itu tak menunjukkan martabat keluarga terpandang karena terlalu mengekspose kegiatan privasinya.Dengan tenang dia mulai melihat story Anya yang begitu banyak, mulai dari pemandangan di bali hingga perayaan ulang tahunnya disana.“Apa bagusnya merayakan di Bali?” Gumam Johanna dengan sinis, hingga dia melihat video Anya yang diperlakukan suaminya bak ratu, terlebih melihat pandangan David yang begitu terlihat mencintai istrinya bahkan menciumnya setelah mengucapkan selamat ulang tahun.Johanna men
“Happy birthday to you!!” Semua orang gembira merayakan ulang tahun Anya.Anya tertawa bahagia di tengah-tengah mereka, “Happy birthday, honey.” Ucap David sambil mengecup bibir Anya sekilas.Anya memeluk suaminya dengan lembut, “Terima kasih sayang.” Ucapnya dengan penuh cinta.Suasana pesta ulang tahun Anya di Bali terasa hangat dan penuh kebahagiaan. Semua orang bersorak-sorai, dan tawa Anya memenuhi ruangan. Dia memeluk David dengan erat, merasa sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada di sisinya."Ini ulang tahun terbaik," ucap Anya dengan mata berbinar, masih memeluk David. "Aku tidak bisa meminta lebih dari ini."David tersenyum, menatapnya dengan penuh cinta. "Kau pantas mendapatkan semua kebahagiaan ini, sayang."Sahabat-sahabat Anya, seperti Angel, Mila, dan Nersa, ikut memberikan ucapan selamat sambil memberikan hadiah-hadiah kecil yang dipilih dengan penuh perhatian.“Apakah kami telat?” Tiba-tiba suara Aditya datang membuat mereka semua menoleh.“Kalian sudah datan
“Diana sudah kau siapkan barang endors-nya? Kita akan terbang pukul sepuluh pagi nanti.” Ucap Anya saat mereka akan berangkat ke Bali.Diana mengangguk, “Sudah, ini semua aman. Huft padahal kita suda menaikkan rate card-nya tapi masih banyak yang mengendors, membuatku harus mengedit lebih banyak saja.” Gumam Diana dengan mengeluh.Anya yang mendengarnya tertawa, “Bukankan gajimu sudah dua digit, setidaknya sebanding bukan?” Ucap Anya dengan kekeha ringan.Memang selama lima tahun ini karir Anya sebagai influencer sangat stabil bahkan cenderung semakin naik, meskipun Anya sekarang sudah membatasi endorsan yang masuk, namun tetap saja Diana sebagai editor dan juga manajernya cukup kalang kabut.“Tentu saja, setiap gajian aku bisa membeli satu motor baru. Tapi tetap saja lelah.” Ucap Diana dengan santai.Anya tersenyum, “Ya sudah, masukkan itu dalam mobil dan minta supir untuk mengambil sisanya. Kita berangkat sekarang, aku akan memanggil anak-anak dan juga suamiku.” Ucap Anya dengan lem
“Mama, apa aku boleh ajak Rose dan Alex ke bali nanti?” Tanya Misella saat mereka sedang makan malam.Anya yang mendengar nama Alex disebut juga langsung terkejut, “Alex?”Misella mengangguk, “Tadi dia bergabung denganku dan Rose, dia sudah cukup baik dari sebelumnya. Dan sepertinya teman-temannya dulu ikut menjauhinya dan sekarang dia jadi temanku. Saat aku cerita akan ke Bali dia terlihat murung, sepertinya dia tak pernah liburan bersama keluarga.” Ucap Misella.Anya dan David saling bertukar pandang, memikirkan permintaan putri mereka. Anya merasakan keraguan, terutama karena pengalaman sebelumnya dengan Alex, namun dia juga tak bisa mengabaikan sifat baik hati Misella.“Kamu sudah yakin dengan perubahan Alex, Misella? Aku tahu dia telah meminta maaf, tapi mengajaknya liburan bersama keluarga kita adalah hal yang besar,” kata Anya pelan, mencoba memahami situasinya.Misella mengangguk mantap. “Iya, Ma. Dia memang terlihat menyesal. Teman-teman lamanya juga menjauhinya, dan aku tak
“Aihh… Calon mantuku datang. Bagaimana persiapannya? Apakah sudah memilih gaun?” Tanya Rima dengan lembut saat Agnia datang berkunjung ke mansion.Agnia tersenyum lalu menaruh kue yang dia bawa di meja.“Kau bawa apa, Agnia? Kue buatanmu lagi ya? Wahh, ayah Aditya sangat senang kemarin dan hari ini kau bawakan lagi, pasti dia sangat bahagia.” Ucap Rima dengan semangat.Agnia tertawa pelan, dia bahagia dia disambut dengan sangat hangat di mansion ini. Seolah mereka tak mempermasalahkan status Agnia bahkan hanya kue sederhana saja mereka sudah sangat bahagia sehingga dia merasa dihargai.“Hanya kue biasa, bu. Kalau ibu ingin kue yang lain nanti Agnia buatkan, kebetulan Agnia sangat suka buat kue.” Ucap Agnia dengan lembut.Rima tersenyum hangat, wajahnya penuh kebahagiaan. "Kau ini memang sangat perhatian. Kami beruntung sekali mendapatkan calon menantu sepertimu, Agnia." Dia mengambil kue dari meja, lalu mencicipinya dengan penuh antusias. "Hmm, enak sekali! Ayah Aditya pasti sangat me
“Bagaimana dengan desain gaun ini, nona? Apakah anda suka?” Tanya desainer gaun pengantin yang ditunjuk oleh Aditya untuk Agnia.Agnia tampak bingung memilih, terlebih keluarga Aditya juga mendesak untuk acara pernikahan mereka digelar satu bulan lagi, tentu persiapan yang cukup singkat apalagi keluarga Baskara ingin acara pernikahan ini mewah.“Saya masih bingung, bisakah saya membawa gambar dari beberapa desain ini? Saya ingin menunjukkan dan meminta saran dari calon ibu mertua saya.” Ucap Agnia dengan lembut.Desainer gaun itu tersenyum sopan dan mengangguk. "Tentu saja, Nona Agnia. Saya akan menyiapkan beberapa gambar desain yang bisa Anda bawa. Kami ingin memastikan Anda merasa nyaman dan puas dengan pilihan Anda, apalagi ini hari yang sangat istimewa."Agnia tersenyum tipis, meskipun perasaan di dalam hatinya masih campur aduk. Proses persiapan yang begitu cepat dan tuntutan dari keluarga Baskara untuk membuat pernikahan mereka mewah cukup membuatnya tertekan. Dia tidak pernah m