“Mas, aku sangat senang liburan ke Bali. Kapan-kapan kita liburan lagi ya.” Ucap Anggun saat mereka menunggu pesawat mereka.Sudah satu minggu mereka menikmati bulan madu di Bali, bahkan sekarang muatan mereka bertambah banyak karena Anggun yang membeli banyak oleh-oleh dan baju disana.“Ya, yang penting kamu dan anak kita bahagia.” Ucap Dimas dengan lembut.Anggun tersenyum saat Dimas mengelus perutnya.“Tapi sayang, bukankah calon bayi kita masih tiga bulan? Kenapa perutmu sudah seperti lima bulan ya?” Tanya Dimas yang menunjukkan kebingungannya.Anggun tersenyum, mencoba menutupi kegugupannya. "Mungkin karena aku makan banyak selama liburan ini. Lagipula, setiap kehamilan berbeda, bukan?" jawabnya dengan nada santai.Dimas tertawa kecil dan mengangguk. "Mungkin kamu benar. Yang penting kamu dan bayi kita sehat."Namun, di dalam hatinya, Anggun merasa cemas. Dia tahu bahwa dia harus menjaga rahasia ini dengan baik.Setelah beberapa saat, panggilan untuk naik pesawat terdengar. Dimas
“Kamu lebih diam, kenapa? Apa Nersa menyakitimu?” Tanya David dengan datar saat mereka makan malam.“Eh.. Tidak, dia sangat baik. Aku hanya memikirkan sesuatu.” Ucap Anya.“Apa?” Tanya David dengan penasaran.“Bukan apa-apa, ini udang ayo makan.” Ucap Anya mengalihkan perhatian David sambil menaruh lauk di atas piring pria itu.David memandang Anya sejenak, seolah mencoba membaca pikirannya, lalu tersenyum tipis. "Baiklah, kalau begitu," katanya, menerima udang yang diberikan Anya.Mereka melanjutkan makan dalam keheningan sejenak sebelum David berbicara lagi. "Anya, aku tahu ini semua tidak mudah untukmu. Jika ada sesuatu yang mengganggumu, kamu bisa memberitahuku. Kita adalah keluarga."Anya berhenti sejenak, menatap David. "Aku tahu, David.” Ucapnya sambil tersenyum.Hingga akhirnya Anya memutuskan untuk langsung pergi ke kamar setelah makan malam selesai.David yang melihat itu langsung menghubungi Nersa dia perlu tahu apa yang sedang dipikirkan wanita itu.*********Sementara itu
“Regina?” Gumam Anya dengan wajah terkejut.Dia tak menyangka jika wanita itu akan terbang ke jakarta saat ini.“Anya, kamu tidak apa-apa?” Tanya Nersa yang melihat perubahan hati Anya saat ini.Anya segera menggeleng, dia berpikir mungkin ini adalah waktunya dia menghadapi mantan ibu mertuanya saat ini.Hingga Regina menyadari keberadaan Anya disana.“Oh kamu disini juga?” Suara sinis dan mengejek terdengar jelas disana.Anya menatap datar Regina, sedangkan Nersa bingung dengan wanita tua yang berlaku tidak sopan dengan temannya.Anya menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan dirinya. "Ya, aku di sini, Tante. Apa kabar?" tanyanya dengan suara tenang sambil menekan sebutan manan mertuanya dengan kata ‘tante’ disana.Regina mengangkat alisnya, menunjukkan tatapan meremehkan. "Aku baik-baik saja. Hanya terkejut melihatmu di butik ini. Gaun seperti ini mungkin terlalu mahal untukmu, bukan?"Nersa yang mendengar komentar tersebut, merapatkan bibirnya dan menatap Regina dengan tajam.
“Mas, dimana alamatmu? Aku ingin tinggal disana, aku tidak ingin tinggal di hotel.” Ucap Regina diseberang telepon.David memijat pelipisnya saat melihat Regina yang tampak rewel disana.“Bawahanku akan menjemputmu dan membawamu pulang ke kalimantan malam ini.” Ucap David dengan tegas.Regina mendengus kesal di seberang telepon. "Aku tidak ingin kembali ke Kalimantan, David. Aku ingin tinggal di Jakarta untuk sementara waktu. Tolong, biarkan aku tinggal di rumah kita yang di jakarta."David menghela napas panjang, mencoba mempertahankan ketenangannya. "Regina, Jika kamu masih keras kepala, uang bulananmu tidak akan aku berikan lagi. Besok pagi bawahanku akan membawamu kembali ke kalimantan dan malam ini kamu tinggal di hotel.” Tegas David lalu mematikan sambungan teleponnya.Kemudian dia berbalik untuk menghampiri Anya yang masih disana bersama Kevin dan keluarganya.“Ayo pulang.” Ucap David pada Anya.“Kenapa buru-buru?” Tanya Kevin karena masih ingin mengobrol dengan mereka.David m
“Mas, kamu lihat apa? Kamu terlihat begitu serius menatap layar ponsel.” Ucap Anggun dengan penasaran sambil menaruh kopi pagi pria itu.Dimas segera mematikan layar ponselnya agar Anggun tak melihat jika dia saat ini sedang melihat akun sosial media Anya.“Tidak, hanya ada pekerjaan penting saja.” Bohongnya.Anggun mengangkat alisnya, sedikit curiga tetapi memutuskan untuk tidak mempermasalahkannya. "Baiklah, kalau begitu. Tapi jangan terlalu tegang, ya. Hari ini kan kita punya rencana untuk pergi ke taman dengan teman-teman."Dimas tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya, aku tahu. Aku akan bersiap-siap."Anggun memberikan ciuman di pipi Dimas sebelum beranjak keluar dari ruangan. Setelah dia pergi, Dimas menghela napas dalam-dalam.Lalu melihat kembali story Anya yang tampak sangat cantik dengan gaun yang sepertinya mahal.“Apa dia sudah menemukan pria kaya lain? Dia terlihat semakin cantik.” Gumam Dimas.Sementara itu, di mansion David, Anya sedang menikmati sarapan di teras dengan p
“Saya tidak mengira akan melihat aktivitas romantismu, David.” Ucap tuan Budi Hartono dengan tawa ringannya.David yang baru sampai di hadapannya langsung tertawa pelan, “Bukankah kita tak perlu serius dalam bisnis dan memberikan sedikit bumbu cinta di dalamnya.”Mereka berdua tertawa hingga Anya tiba di hadapan mereka.“Budi, perkenalkan calon istriku, Anya Saraswati. Anya ayo perkenalkan dirimu dengan tuan Budi Hartono.”Anya yang mendengar itu terkejut, pemilik Hartono Group berada di hadapannya saat ini. Dia merupakan keluarga terkaya di indonesia saat ini yang memiliki perusahaan yang berkembang maju dan sukses. Anya berusaha mengumpulkan keberanian dan dengan senyum tenang, ia mengulurkan tangan. "Senang bertemu dengan Anda, Tuan Budi. Saya Anya Saraswati."Budi Hartono tersenyum hangat dan menjabat tangan Anya. "Senang bertemu denganmu, Anya. David benar-benar beruntung mendapatkan calon istri seperti kamu. Cantik dan pintar David sangat pandai memilih calon pendamping hidupny
Di kediaman Dimas, Regina yang datang berkunjung langsung mencari Dimas.“Dimana suamimu?” Tanya Regina dengan serius.“Ada di dalam kamar, bu. Sebentar aku panggilkan.” Ucap Anggun yang merasa aneh karena melihat wajah tak senang ibunya.Anggun segera pergi ke kamar dan memanggil suaminya itu.“Mas, ibu datang. Sepertinya dia sedang dalam suasana buruk.” Ucap Anggun memabngunkan suaminya yang sedang tidur siang tersebut.“Apa sih nggun, biarin aja. Aku masih mengantuk.”“Tapi mas..”Dimas tampak tak peduli dan masih melanjutkan tidurnya hingga sebuah air satu gayur mengenai wajah Dimas.“Anggun!” Teriak Dimas dengan marah tapi ternyata yang menyiram adalah ibunya.“Ibu.”“Dasar anak pemalas, aku menyuruhmu untuk belajar bisnis dan mencoba menyabotase perkebunan sawit malah kamu enak-enakan tidur siang.” Ucap Regina dengan marah.Dimas terkejut dan segera bangun dari tempat tidurnya, wajahnya masih basah oleh air. "Ibu, apa-apaan ini? Aku sudah mencoba yang terbaik!"Regina menatapnya
Lampu disko yang berkilauan dan musik keras yang menggema di seluruh ruangan menyambut Anya dan teman-temannya saat mereka masuk ke dalam club kelas atas yang gemerlap. Suasana di dalam sangat meriah, dengan banyak orang yang menari dan bersenang-senang di lantai dansa.Nersa memimpin mereka ke area VIP yang telah dipesan sebelumnya, tempat yang lebih tenang namun masih menawarkan pemandangan langsung ke lantai dansa. Mereka duduk dan pelayan segera datang untuk mengambil pesanan mereka.“Ini cukup menakjubkan,” ucap Anya sambil memandang sekeliling dengan takjub.Angel tersenyum dan memberikan Anya segelas minuman. “Ini untuk kita, Anya. Malam ini, kita hanya bersenang-senang.”Anya mengambil gelas itu dan tersenyum. "Terima kasih, Angel. Aku akan menikmati malam ini."Nersa mengajak mereka ke lantai dansa, di mana musik yang berdentum-dentum membuat mereka tidak bisa menahan diri untuk tidak menari. Anya, meskipun awalnya merasa canggung, mulai terbawa suasana dan menikmati setiap d