Home / Urban / Madu Membawa Racun / Diajak Dinner Pak Randi

Share

Diajak Dinner Pak Randi

Author: ShilaKurnia
last update Last Updated: 2021-11-07 00:57:08

"Tapi Saya kan Mahasiswi teladan Pak, Kalau saya gagal di hari pertama magang nanti Saya malu dong Pak!"

"Saya suruh Anda keluar dari ruangan Saya!"

"Saya janji nggak akan terlambat lagi Pak, jangan pecat Saya magang ya Pak,"

"Siapa bilang Kamu dipecat?"

"Kan barusan Bapak yang nyuruh Saya keluar ruangan,"

"Keluar ruangan Saya, dan pergi ke bagian Informasi, nanti disana ada daftar tugas yang harus Kamu kerjakan selama magang disini,"

"Terima kasih Pak,"

"Tapi jangan terlambat lagi, ingat itu!"

"Baik Pak, Saya permisi dulu,"

Aku berjalan menuju ruang Informasi, disana Aku bertemu Pak Irwan, orang yang tadi membukakan pintu untukku di ruangan Pak Randi. Beliau membimbing dan banyak membantuku selama magang disini. Hingga Aku dapat menyelesaikan magang dengan nilai yang baik.

Di hari terakhir magang, Pak Randi mengatakan bahwa hasil kerjaku selama magang sangat membantu perusahaan, sehingga Beliau akan menerima jika Aku ingin bekerja di sana. Tanpa pikir panjang, Aku pun menerima tawaran Pak Randi.

_________

Setelah Wisudah Aku pun datang kembali untuk menemui Pak Randi dengan membawa berkas lamaran kerja sebagai formalitas. Di hari itu juga Pak Randi menyuruhku untuk langsung bekerja.

Tak ada kesulitan berarti bagiku di hari pertama bekerja, karena Aku pun sudah mengenal banyak karyawan di sini. Sebenarnya selama magang, Aku sering melihat Pak Randi memperhatikanku, baik itu ketika Aku sedang bekerja ataupun sedang makan siang di kantin.

Tiba-tiba Saat sedang bersiap-siap pulang dari kantor, Pak Randi masuk ke Ruanganku. Mata dinginnya menatapku lekat dan bibir merahnya nyaris tanpa senyum, entah ingin memakanku atau ingin mengatakan cinta…, Ehhhh Widya ayo sadarlaaahh!

"Apakah kehadiran saya disini mengganggu?" Suara khasnya mengagetkanku yang sedang merapihkan meja kerja..

"Oh tidak Pak, silahkan duduk," jawabku singkat

"Apakah nanti malam Kamu ada janji dengan seseorang?" Ia bertanya setelah duduk di kursi, tepat di hadapanku.

"Oh eh anu, tidak ada pak." Wajah tampannya membuatku tidak bisa fokus, hatiku dag dig dug tak karuan dibuatnya.

"Kalau begitu, nanti malam saya jemput Kamu, kita dinner!" tegasnya dengan wajah datar tanpa ekspresi.

"Memang Bapak tau rumah Saya?" tanyaku refleks.

"Bukan hanya rumah, bahkan tanggal lahir Kamu pun Saya tau,"

"Kok bisa?" tanyaku bego.

"Berkas lamaran Kamu masih ada di meja Saya, makanya saya bisa tau tentang Kamu,"

"Oh iya juga ya Pak." Aku menggaruk kepala yang tak gatal

"Baiklah, kamu siap-siap ya, nanti malam jam 8 tepat Saya jemput,"

"Baik Pak,"

Lelaki bertubuh kurus tinggi itu kemudian pergi, akan tetapi baru beberapa langkah Ia kembali menoleh. "Jangan panggil Saya Pak, karena umur Saya baru 27 tahun," ucapnya dingin.

"Jadi panggilnya apa?" tanyaku, yang mulai salah tingkah, karena tatapannya langsung menembus khayalanku yang melayang-layang. Waduuhhh jantungku hampir melompat ini, jangan-jangan disuruh panggil sayang cieee.

"Panggil aja Mas!" Perintahnya sambil tersenyum manis.

"Duhhh gantengnya," ucapku keceplosan.

"Apa?" tanya-nya kaget, lalu melangkah maju dan mendekatkan telinganya padaku.

"Oh maaf Pak, eehh Mas," Aku refleks mundur beberapa langkah.

"Nggak usah minta maaf, Aku tau kok kalau diriku memang ganteng sejak lahir."

"Bisa aja mas." Aku tertawa garing, mencoba mencairkan suasana.

"Tapi kalau sedang di depan karyawan yang lain, tetap panggil Pak ya!"

"Ashiaap Mas," jawabku sambil mengangkat tangan ke kepala, memberikan tanda hormat.

"Baiklah Saya permisi dulu, sampai jumpa nanti malam."

"Baik Pak," Aku tersenyum semanis madu, ehhh lebih manis lagi daripada madu, duuhhh mudah-mudahan Pak Randi nggak diabetes karena senyumku.

Pak Randi lalu keluar dari ruanganku, meninggalkanku yang masih tak percaya dengan apa yang baru saja Aku dengar. Seketika otakku berpikir keras tentang gaun yang harus Aku pakai malam ini, apakah Aku pakai saja gaun pemberian Ilham dulu?

Lebih baik Aku cepat pulang saja, agar lebih banyak waktu untuk bersiap. Aku pun mengendarai motor dengan cepat, tak sabar ingin pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Aku langsung membuka pintu dan masuk ke dalam kamar. Kubuka lemari dan melihat gaun hitam pemberian Ilham dulu, masih terlihat cantik sekali walaupun telah lama tak dipakai.

Ku ambil gaun tersebut, hingga seketika pikiranku teringat masa disaat masih bersama Ilham di masa putih abu-abu dulu. Entah bagaimana kabarnya dia sekarang….

"Kamu sudah pulang wid?" Ujar Mama, yang tiba-tiba sudah ada di ambang pintu kamarku.

"Iya Ma, hmm gaun ini bagus nggak Ma?" tanyaku, sambil meperlihatkan gaun yang sedang kupegang.

"Lho, bukannya itu gaun pemberian Ilham?" Mama kemudian duduk di samping tempat tidurku.

"Iya, rencananya mau dipakai buat dinner nanti malam, bagus nggak Ma?"

"Memang Ilham sudah pulang ke Indonesia?" Mama menatapku heran.

"Bukan sama Ilham, tapi sama Pak Randi, Ma!"

"Ohhh, jadi anak Mama sudah move on nih ceritanya." Mama tertawa meledekku.

"Ihhh mama apaan sih, udah Widya mau mandi dulu ahhh." Aku lantas keluar kamar menuju kamar mandi.

"Mandi yang bersih, biar nggak bau keringet!" teriak Mama dari arah kamarku. Aku tersenyum mendengar teriakan Mama.

Selesai mandi aku mencoba memakai kembali gaun pemberian Ilham, gaun berwarna hitam dengan panjang selutut dan sedikit terbuka di bagian bahu ini membuatku terlihat cantik. Tubuhku memang langsing, lebih tepatnya tinggi semampai sehingga semua pakaianku sejak SMA hingga sekarang tidak ada yang sempit.

Hidung yang mancung, bibir tipis, dan mata bulat yang dibingkai oleh alis yang indah alami membuatku tak kesulitan dalam memoles wajah, cukup memakai make up tipis agar terlihat lebih natural, dan membiarkan rambutku yang panjang terurai hingga menutupi bahu.

Aku melihat ponsel, jam menunjukan pukul delapan lewat lima belas menit. Aku mulai gelisah menunggu Pak Randi, atau jangan-jangan Pak Randi tak jadi datang?

Tak lama Aku mendengar suara mobil berhenti di depan rumah, diikuti suara ketukan pintu dan salam. "Ya Tuhan, itu suara Pak Randi," gumamku pelan di dalam kamar.

"Walaikumsalam," jawab Papa, lalu terdengar suara pintu dibuka.

"Perkenalkan Om, Saya Randi temannya Widya." Ucap Pak Randi.

"Oh iya, silahkan masuk," jawab Papa ramah.

Aku sengaja tidak membukakan pintu walaupun Aku tahu Pak Randi yang datang, Aku hanya ingin Mama dan Papa tahu siapapun yang menjadi teman dekatku. Terdengar olehku Papa dan Pak Randi bercakap-cakap, dan biasanya Papa memang selalu mewawancarai secara detail teman dekatku, sebelum memberikan izin untuk keluar berdua.

"Wid, ini temannya nunggu nak." Terdengar suara Papa memanggil, ini menunjukan berarti Aku boleh pergi dinner bersama Pak Randi.

"Iya Pa." Aku pun segera membuka pintu kamar, terlihat Mama tersenyum menyambutku di depan pintu kamar.

"Duhhh anak Mama cantik banget, hati-hati dan jangan pulang terlalu malam ya nak," ujar Mama menasehatiku, Aku pun membalasnya dengan senyum.

Pak Randi sudah menungguku di ruang tamu bersama Papa, dan Kami pun permisi untuk pergi bersama. Mama dan Papa mengantar hingga ke depan pintu dan menunggu hingga mobil Kami pergi meninggalkan perkarangan.

Sepanjang perjalanan Pak Randi tidak bicara sepatah kata pun, sebenarnya Aku pun tidak tahu Pak Randi akan mengajakku dinner dimana, Ahhh sudahlah lebih baik Aku ikut saja.

Mobil Kami memasuki sebuah komplek perumahan elit, di kiri kanan jalan terlihat deretan rumah mewah berjajar rapih. Aku bingung kerena rasanya tidak mungkin ada restoran di sekitar sini, Mau bertanya pun Aku malu karena takut dikira kampungan, akhirnya Aku hanya diam saja.

Sampai akhirnya mobil berhenti di depan gerbang salah satu rumah yang tak kalah mewah di banding rumah lainnya, bahkan pintu gerbangnya pun terbuka sendiri setelah Pak Randi membunyikan Klakson. Saat mobil telah terparkir di depan rumah, Pak Randi lalu turun dan membukakan pintu mobil untukku.

Pak Randi menggandeng tanganku saat memasuki rumah, dan mengajakku ke ruang makan. Di meja makan sudah duduk seorang perempuan dan seorang laki-laki yang sepetinya berusia setengah baya, menyambut kehadiraku dengan senyum hangat. Apakah mereka orang tua Pak Randi?

Related chapters

  • Madu Membawa Racun   Pernikahan Impian

    "Ayo duduk disini, kita makan bareng," sapa Ibu-ibu yang duduk di meja makan. Mas Randi lantas membukakan satu kursi untukku, aku pun tersenyum manis kepada mereka."Mah, Pah, perkenalkan ini Widya calon Istri Randi," ujar Mas Randi.Tunggu dulu, Whaat? Calon Istri???Bukannya Mas Randi akan mengajakku dinner? Tapi kenapa malah memperkenalkan aku sebagai calon Istrinya? Kata-kata Mas Randi barusan, sungguh membuat keningku berkerut. Mau tak mau aku memaksakan senyum, walaupun sebenarnya bingung."Waahhh, memang pintar kamu memilih calon istri, cantik banget!" ujar Mamanya Mas Randi."Iya dong Ma, selain cantik, Widya ini juga pintar dan banyak membantu perusahaan," tambah Mas Randi sambil menggenggam tanganku

    Last Updated : 2021-11-16
  • Madu Membawa Racun   Perpisahan Menjadi Awal Pertemuan

    "Kamu kenapa Sayang?" teriak Mas Randi sambil berusaha membuka pintu kamar mandi. "Perutku sakit banget Mas," lirihku sambil menangis di dalam toilet. "Kamu jaga jarak dari pintu, biar Mas dobrak pintunya," Bugh, Bugh, Bugh... Pintu toilet terbuka. "Ya Allah Widya, Kamu kenapa Nak?" teriak Mama Mas Randi histeris. Aku yang sudah sangat lemas menahan sakit di bagian perut, dan ditambah darah yang keluar begitu banyak, membuatku tak dapat menjawab. Mas Randi segera membopongku dan membawaku ke dalam mobil. Perlahan semuanya terlihat gelap, dan aku tidak sadarkan diri.

    Last Updated : 2021-11-16
  • Madu Membawa Racun   Rencana Membalas Dendam

    "Widya," serunya tertahan.Ternyata dunia ini sempit, Dia yang begitu lama menghilang bak ditelan Bumi tiba-tiba muncul di hadapanku, lebih tepatnya di rumah Pakdeku sendiri. Apakah Mbak Sri adalah istrinya?.Lidahku kelu dan leherku tercekat, sulit sekali mengeluarkan kata-kata, padahal sangat ingin Aku membucahkan segala isi hatiku saat ini, dan melontarkan berbagai pertanyan tentang keberadaannya di rumah ini."Kamu ada disini Widya?" ucapnya sambil menjatuhkan bobot tubuhnya pada sofa di depanku, tatapan matanya menatapku lekat."Aku hanya mencari Kosan, sejak kapan Kamu kembali ke Indonesia Mas?" tanyaku, sembari menunduk berusaha menyembunyikan wajahku, agar Ia tak dapat melihat mendung yang hampir menjatuhkan

    Last Updated : 2021-11-20
  • Madu Membawa Racun   Hadir Disaat Yang Tepat

    Keesokan harinya Aku pergi ke Butik yang telah diserahkan Mas Randi kepadaku. Mas Randi sebelumnya pernah beberapa kali membawaku kemari, dan memperenalkan Aku kepada semua karyawannya. Sementara di sebelah Butik, Berdiri sebuah Restoran Jepang, yang juga telah diserahkan Mas Randi padaku. Beruntung letak Butik dan Restoran tidak jauh dari kosanku, sehingga hanya dengan memesan Taksi online, Aku bisa langsung sampai ke sana. Ada rasa perih ketika Aku melihat Butik, Biasanya ada Mas Randi yang selalu menemani, namun saat ini Ia telah bahagia menyambut kehidupan baru dengan perempuan lain, sehingga melupakanku. "Selamat Pagi Bu," Sapa salah seorang satpam padaku, ketika Aku sampai. "Pagi juga, ini kunci Butik dan ini kunci Restoran, silahkan dibuka pintunya!" ujarku, sam

    Last Updated : 2021-11-25
  • Madu Membawa Racun   Satu Langkah Terlewati

    "Jika malam yang menjadi penghalang, maka izinkan Aku menjadi bintang, agar selalu mampu memeluk bulan di tengah gelapnya malam," jawabnya sambil menatap mataku dalam.Kunikmati suasana malam ini, kuikuti alurnya hingga menghasilkan sedikit kebahagian semu bersamanya. Detik demi detik berlalu, Ia masih memelukku, sedangkan Aku kini telah jauh kembali pada kenangan masa lalu.'Jika Pakde telah membuatku kehilangan orang tua dan Adikku, maka saat ini Aku akan membuat Anaknya kehilangan Suami …!' gumamku di dalam hati."Besok akan ada reuni SMA kita, Mas datang kan?" tanyaku."Mas akan datang, bersama kamu," ujarnya, sambil melepaskan pelukannya dan memandang senja yang kini telah berubah menjadi gelap.

    Last Updated : 2021-11-26
  • Madu Membawa Racun   Surat Cerai

    Aku berjalan menyusuri ruang, menatap hampa pada kehidupan. Untuk apa Aku berada disini, jika kehadiranku tak dianggap ada. Jika takdir telah memilih jalannya, maka izinkan Aku untuk menikmati setiap langkah yang tertulis.Pagi ini sengaja Aku bangun lebih pagi, untuk sarapan di warung yang berada tepat di depan rumah Mbak Sri. Hanya untuk menikmati pemandangan yang luar biasa, yaaaa di depan sana terlihat Mbak Sri yang sedang terlihat terburu-buru masuk ke mobil sambil menggendong bayinya, sementara Mas Ilham nampak mengejarnya dari belakang.Aku tak mendengar jelas apa yang mereka katakan, hanya saja dari bahasa tubuh mereka Aku bisa menyimpulkan, bahwa mereka sedang ada masalah. Huhhhhh baru segini aja udah seru! Kalo gitu besok Aku bikin masalah yang lebih seru lagi, biar tambah wow.

    Last Updated : 2021-12-10
  • Madu Membawa Racun   Terungkapnya Perselingkuhan

    Semakin lama suara ketukan itu semakin kuat sehingga terdengar seperti seseorang tersebut sedang berusaha merobohkan pintu. Perlahan Aku berjalan ke arah jendela, dan mengintip dari dalam.Ternyata Mbak Sri alias sepupuku tercinta, yang datang dan melabrakku di kossan. Dia datang sambil menggendong anaknya yg berumur sepuluh bulan, kemudian dengan kurang ajar nya dia menggedor-gedor pintu kosanku.Kukira Dia mau marah-marah atau nyakar-nyakar gitu kayak yang di sinetron ikan terbang.Eeehhhh ternyata pas Aku bukain pintu dia malah pingsan."Baru segini aja udah pingsan," gumamku di dalam hati.Demi melanjutkan rencana balas dendam, dengan sangat terpaksa Aku

    Last Updated : 2021-12-15
  • Madu Membawa Racun   Masuk Ke Dalam Kehidupan Sri

    Aku bahagia melihat Anak Pakde ku itu hancur, suara tangisan nya ibarat nyanyian yang sangat merdu di telingaku. Aku akan terus mencari tahu tentang Pakde melalui Mas Ilham dan Sri, dan Aku tidak akan membiarkannya tidur tenang setiap malam."Kamu ga salah Sri, hanya saja Aku mencintai kalian berdua""Maafkan aku Sri, aku mohon terimalah Widya sebagai madumu." Mas Ilham berjongkok, mengusap air mata Istrinya sambil menggendong Arya."Jadi Kamu berharap Aku akan merestui kalian berdua?" tanya Mbak Sri nyalang, kedua matanya menatapku dan Mas Ilham bergantian."Iya Mbak, Aku & Mas Ilham saling mencintai, bahkan Mas Ilham & Aku sudah saling mencintai, sebelum Mas Ilham mengenal Mbak." Sengaja Aku jelaskan, agar Mbak Sri tau

    Last Updated : 2021-12-15

Latest chapter

  • Madu Membawa Racun   Masuk Ke Dalam Kehidupan Sri

    Aku bahagia melihat Anak Pakde ku itu hancur, suara tangisan nya ibarat nyanyian yang sangat merdu di telingaku. Aku akan terus mencari tahu tentang Pakde melalui Mas Ilham dan Sri, dan Aku tidak akan membiarkannya tidur tenang setiap malam."Kamu ga salah Sri, hanya saja Aku mencintai kalian berdua""Maafkan aku Sri, aku mohon terimalah Widya sebagai madumu." Mas Ilham berjongkok, mengusap air mata Istrinya sambil menggendong Arya."Jadi Kamu berharap Aku akan merestui kalian berdua?" tanya Mbak Sri nyalang, kedua matanya menatapku dan Mas Ilham bergantian."Iya Mbak, Aku & Mas Ilham saling mencintai, bahkan Mas Ilham & Aku sudah saling mencintai, sebelum Mas Ilham mengenal Mbak." Sengaja Aku jelaskan, agar Mbak Sri tau

  • Madu Membawa Racun   Terungkapnya Perselingkuhan

    Semakin lama suara ketukan itu semakin kuat sehingga terdengar seperti seseorang tersebut sedang berusaha merobohkan pintu. Perlahan Aku berjalan ke arah jendela, dan mengintip dari dalam.Ternyata Mbak Sri alias sepupuku tercinta, yang datang dan melabrakku di kossan. Dia datang sambil menggendong anaknya yg berumur sepuluh bulan, kemudian dengan kurang ajar nya dia menggedor-gedor pintu kosanku.Kukira Dia mau marah-marah atau nyakar-nyakar gitu kayak yang di sinetron ikan terbang.Eeehhhh ternyata pas Aku bukain pintu dia malah pingsan."Baru segini aja udah pingsan," gumamku di dalam hati.Demi melanjutkan rencana balas dendam, dengan sangat terpaksa Aku

  • Madu Membawa Racun   Surat Cerai

    Aku berjalan menyusuri ruang, menatap hampa pada kehidupan. Untuk apa Aku berada disini, jika kehadiranku tak dianggap ada. Jika takdir telah memilih jalannya, maka izinkan Aku untuk menikmati setiap langkah yang tertulis.Pagi ini sengaja Aku bangun lebih pagi, untuk sarapan di warung yang berada tepat di depan rumah Mbak Sri. Hanya untuk menikmati pemandangan yang luar biasa, yaaaa di depan sana terlihat Mbak Sri yang sedang terlihat terburu-buru masuk ke mobil sambil menggendong bayinya, sementara Mas Ilham nampak mengejarnya dari belakang.Aku tak mendengar jelas apa yang mereka katakan, hanya saja dari bahasa tubuh mereka Aku bisa menyimpulkan, bahwa mereka sedang ada masalah. Huhhhhh baru segini aja udah seru! Kalo gitu besok Aku bikin masalah yang lebih seru lagi, biar tambah wow.

  • Madu Membawa Racun   Satu Langkah Terlewati

    "Jika malam yang menjadi penghalang, maka izinkan Aku menjadi bintang, agar selalu mampu memeluk bulan di tengah gelapnya malam," jawabnya sambil menatap mataku dalam.Kunikmati suasana malam ini, kuikuti alurnya hingga menghasilkan sedikit kebahagian semu bersamanya. Detik demi detik berlalu, Ia masih memelukku, sedangkan Aku kini telah jauh kembali pada kenangan masa lalu.'Jika Pakde telah membuatku kehilangan orang tua dan Adikku, maka saat ini Aku akan membuat Anaknya kehilangan Suami …!' gumamku di dalam hati."Besok akan ada reuni SMA kita, Mas datang kan?" tanyaku."Mas akan datang, bersama kamu," ujarnya, sambil melepaskan pelukannya dan memandang senja yang kini telah berubah menjadi gelap.

  • Madu Membawa Racun   Hadir Disaat Yang Tepat

    Keesokan harinya Aku pergi ke Butik yang telah diserahkan Mas Randi kepadaku. Mas Randi sebelumnya pernah beberapa kali membawaku kemari, dan memperenalkan Aku kepada semua karyawannya. Sementara di sebelah Butik, Berdiri sebuah Restoran Jepang, yang juga telah diserahkan Mas Randi padaku. Beruntung letak Butik dan Restoran tidak jauh dari kosanku, sehingga hanya dengan memesan Taksi online, Aku bisa langsung sampai ke sana. Ada rasa perih ketika Aku melihat Butik, Biasanya ada Mas Randi yang selalu menemani, namun saat ini Ia telah bahagia menyambut kehidupan baru dengan perempuan lain, sehingga melupakanku. "Selamat Pagi Bu," Sapa salah seorang satpam padaku, ketika Aku sampai. "Pagi juga, ini kunci Butik dan ini kunci Restoran, silahkan dibuka pintunya!" ujarku, sam

  • Madu Membawa Racun   Rencana Membalas Dendam

    "Widya," serunya tertahan.Ternyata dunia ini sempit, Dia yang begitu lama menghilang bak ditelan Bumi tiba-tiba muncul di hadapanku, lebih tepatnya di rumah Pakdeku sendiri. Apakah Mbak Sri adalah istrinya?.Lidahku kelu dan leherku tercekat, sulit sekali mengeluarkan kata-kata, padahal sangat ingin Aku membucahkan segala isi hatiku saat ini, dan melontarkan berbagai pertanyan tentang keberadaannya di rumah ini."Kamu ada disini Widya?" ucapnya sambil menjatuhkan bobot tubuhnya pada sofa di depanku, tatapan matanya menatapku lekat."Aku hanya mencari Kosan, sejak kapan Kamu kembali ke Indonesia Mas?" tanyaku, sembari menunduk berusaha menyembunyikan wajahku, agar Ia tak dapat melihat mendung yang hampir menjatuhkan

  • Madu Membawa Racun   Perpisahan Menjadi Awal Pertemuan

    "Kamu kenapa Sayang?" teriak Mas Randi sambil berusaha membuka pintu kamar mandi. "Perutku sakit banget Mas," lirihku sambil menangis di dalam toilet. "Kamu jaga jarak dari pintu, biar Mas dobrak pintunya," Bugh, Bugh, Bugh... Pintu toilet terbuka. "Ya Allah Widya, Kamu kenapa Nak?" teriak Mama Mas Randi histeris. Aku yang sudah sangat lemas menahan sakit di bagian perut, dan ditambah darah yang keluar begitu banyak, membuatku tak dapat menjawab. Mas Randi segera membopongku dan membawaku ke dalam mobil. Perlahan semuanya terlihat gelap, dan aku tidak sadarkan diri.

  • Madu Membawa Racun   Pernikahan Impian

    "Ayo duduk disini, kita makan bareng," sapa Ibu-ibu yang duduk di meja makan. Mas Randi lantas membukakan satu kursi untukku, aku pun tersenyum manis kepada mereka."Mah, Pah, perkenalkan ini Widya calon Istri Randi," ujar Mas Randi.Tunggu dulu, Whaat? Calon Istri???Bukannya Mas Randi akan mengajakku dinner? Tapi kenapa malah memperkenalkan aku sebagai calon Istrinya? Kata-kata Mas Randi barusan, sungguh membuat keningku berkerut. Mau tak mau aku memaksakan senyum, walaupun sebenarnya bingung."Waahhh, memang pintar kamu memilih calon istri, cantik banget!" ujar Mamanya Mas Randi."Iya dong Ma, selain cantik, Widya ini juga pintar dan banyak membantu perusahaan," tambah Mas Randi sambil menggenggam tanganku

  • Madu Membawa Racun   Diajak Dinner Pak Randi

    "Tapi Saya kan Mahasiswi teladan Pak, Kalau saya gagal di hari pertama magang nanti Saya malu dong Pak!""Saya suruh Anda keluar dari ruangan Saya!""Saya janji nggak akan terlambat lagi Pak, jangan pecat Saya magang ya Pak,""Siapa bilang Kamu dipecat?""Kan barusan Bapak yang nyuruh Saya keluar ruangan,""Keluar ruangan Saya, dan pergi ke bagian Informasi, nanti disana ada daftar tugas yang harus Kamu kerjakan selama magang disini,""Terima kasih Pak,""Tapi jangan terlambat lagi, ingat itu!"

DMCA.com Protection Status