Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 42 Sang Pemenang Hati

Share

Bab 42 Sang Pemenang Hati

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-23 12:00:35

“Kenapa Pak Hasan menghubungiku lagi? Apa ada masalah dengan programnya?” gumam Aina.

Dia baru saja mendapat telepon dari Pak Hasan yang memintanya datang ke kantor Damar besok pagi. Memang sengaja Pak Hasan tidak memberitahu tujuan Aina datang ke kantor. Ia hanya memintanya datang.

Aina menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.

“Akh … sudahlah, besok saja aku tanyakan.”

Aina tidak mengambil pusing tentang hal itu. Ia hanya berpikir kalau ada kendala pada program yang baru ia buat dan tidak bertanya lebih lanjut ke Damar.

Keesokkan harinya pukul delapan pagi, Aina tiba di kantor Damar. Ada Pak Hasan yang menyambut kedatangan Aina. Aina penasaran dan langsung mengajukan pertanyaan.

“Maaf, Pak Hasan. Apa ada masalah dengan programnya kemarin hingga saya dipanggil ke sini lagi?” tanya Aina.

Pak Hasan tersenyum sambil menggelengkan kepala.

“Tidak, Bu Aina. Pemanggilan kali

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Persada Mulia
karakter aina jgn dibikin lemah trs donk Thor, jd gak suka lama2 aina membela fakhri trs, jgn buat dosa lg aina dg menyembunyikan ayah zafran sbnrnya, apa yg dihrp dr fakhri yg sdh membuang aina, jd males bacanya kalau aina dibuat sll membela fakhri, spt gk punya martabat dan hrg diri sbg wanita
goodnovel comment avatar
Maysaroh Anisah
kenapa kamu malah menyakiti hati kamu sendiri Aina ,, segera ungkap kan sja sebenarnya siap ayah zafran toh juga ayah kandungnya damar yg super super mencintaimu
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Gemes lihat Aina. Udah diduakan msh membela teruss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 43 Kalau Kamu Sudah Tidak Sanggup

    “Kamu bisa mulai kerja hari ini, Aina,” ujar Damar.Aina hanya mengangguk, tapi terlihat jelas rasa terkejut di wajahnya. Damar menangkap reaksi Aina kemudian tersenyum dan meralat ucapannya.“Namun, besok juga gak masalah. Kamu pasti belum mempersiapkan diri jika harus langsung kerja sekarang.”Aina tersenyum dan menganggukkan kepala.“Iya, kamu benar, Damar.”Damar tersenyum kesenangan menganggukkan kepala sambil sesekali mencuri pandang ke Aina.“Ya sudah, hari ini kamu selesaikan prosedurnya. Biar Pak Hasan yang membantumu.”Aina mengangguk, kemudian tak lama Pak Hasan masuk ke ruangan Damar. Aina berpamitan dan selanjutnya bersama Pak Hasan menyelesaikan beberapa prosedur tentang penerimaan pegawai. Dia tidak bekerja sebagai staf IT melainkan sebagai kepala IT di perusahaan Damar.Tentu saja Aina terkejut, apalagi dengan salary yang diberikan Damar. Rasanya Damar memang senga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 44 Rasa yang Mulai Ada

    “Mas, kamu di sini?” Tiba-tiba Wulan sudah bersuara di belakang Damar.Fakhri mengangkat kepala, menatap Wulan yang berdiri di belakang Damar, tapi sama sekali tidak menjawab pernyataan Damar tadi. Damar menghela napas panjang sambil menatap Fakhri dengan tajam. Banyak rasa kecewa yang ditunjukkan Damar dan Fakhri bisa merasakannya.“Damar, kok kamu di sini juga?” Kini Wulan menyapa Damar.Damar tersenyum masam sambil melirik Wulan dengan sinis.“Iya, kebetulan lewat tadi,” jawab Damar asal.Wulan hanya tersenyum kemudian ia sudah berdiri di sebelah Fakhri dan bergelayut manja di lengannya. Muak Damar melihatnya. Ia buru-buru memalingkan wajah, kemudian tanpa berkata apa-apa sudah berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.Tentu saja ulah Damar mengundang tanya Wulan. Ia menatap Fakhri yang masih terdiam sejak tadi. Kedua alis Wulan terangkat menatap suami gantengnya. Wulan merasa ada sesuatu yang sedang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 45 Rindu yang Terpendam

    “Maaf, Pak Fakhri. Saya terkena macet tadi,” ucap seorang pria.Fakhri mendongak dan langsung tersenyum saat melihat klien yang ia tunggu telah tiba.“Oh gak papa, Pak. Saya juga baru datang. Silakan duduk!!” Fakhri sudah menyilakan kliennya dan gara-gara hal itu membuat perhatiannya teralihkan.Dia tampak sibuk dan fokus dengan kliennya. Bahkan Fakhri tidak menyadari jika Aina dan Damar sudah berlalu pergi dari resto tersebut. Fakhri baru sadar saat matanya melirik ke tempat Aina dan Damar duduk tadi.Kini sudah berganti personil yang duduk di sana. Fakhri berdecak dengan keras dan itu terdengar oleh kliennya.“Apa ada masalah, Pak?” tanya sang Klien.Fakhri tersadar jika ulah bodohnya mengundang perhatian kliennya. Ia buru-buru tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Enggak, Pak.”Untung saja kliennya tidak banyak bertanya kali ini. Tak berapa lama Fakhri sudah berada di dalam m

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 46 Kalian Baik-baik Saja Tanpaku

    “Yeay!! Selamat, Bunda!!” seru Zafran.Bocah tampan itu terus bersorak kegirangan sambil sibuk bertepuk tangan. Ia sangat senang bisa keluar makan bersama di restoran favoritnya. Gara-gara masalah finansial, Aina harus melakukan penghematan dan jarang membawa Zafran makan di luar belakangan ini.“Terima kasih, Sayang,” balas Aina.Zafran tersenyum sambil menganggukkan kepala.“Saya ikut senang Ibu bisa bekerja lagi.” Kini Bi Isa ikut menyahut. Wanita paruh baya itu tidak hanya sekedar asisten rumah tangga bagi Aina. Dia sudah seperti keluarga saja.“Terima kasih, Bi.”“Saya juga senang, Bu. Akhirnya saya punya kegiatan antar jemput Ibu lagi.” Mang Samin ikut menyahut dengan senyum polosnya.Aina mengangguk sambil tersenyum kesenangan. Damar yang duduk di depan Aina hanya tersenyum sambil sesekali mencuri pandang ke arah Aina.“Namun, seharusnya yang layak mendapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 47 Kedatangan Fakhri

    “Mas, aku sudah siapkan bajumu. Kita berangkat besok pagi, ya?” ujar Wulan.Malam ini usai pulang kerja, Wulan langsung berkemas untuk keberangkatan mereka keluar kota besok pagi. Fakhri yang baru saja keluar dari kamar mandi hanya menganggukkan kepala tanpa suara. Wulan meliriknya sekilas dan melihat wajah Fakhri tampak melamun.Perlahan Wulan mendekat kemudian memeluk Fakhri dari belakang. Fakhri yang sedang berdiri mematut di depan cermin hanya diam melihat ulah Wulan.“Kamu kenapa? Belakangan ini kok banyak melamunnya.”Fakhri tidak menjawab hanya mengulas senyum sambil lalu. Perlahan ia mengurai pelukan Wulan dan membalikkan badan. Wulan tersenyum sambil memandang Fakhri dengan tatapan menggoda. Hanya helaan napas panjang yang keluar dari bibir pria tampan itu.“Aku mau keluar sebentar.” Tiba-tiba Fakhri bersuara, tentu saja hal itu membuat Wulan terkejut.Mereka baru saja pulang dan kenapa Fakhri hen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 48 Masih Berartikah Aku di Hatimu?

    “Aku gak mau!! Aku lelah, mau istirahat. Lebih baik kamu pulang saja,” sahut Aina.Tentu saja mendengar jawaban Aina membuat Fakhri semakin marah. Ia sontak berdiri dan langsung menarik tangan Aina. Aina gelagapan. Fakhri memutar tubuhnya hingga mereka berdiri saling dekat dan berhadapan.“APA KAMU BILANG? Berani melawanku sekarang!!!”Aina tidak menjawab, tapi matanya terus menantang Fakhri. Fakhri menatapnya dengan tajam tanpa kedip. Untuk beberapa saat tidak ada kata terucap hanya kedua pasang mata mereka yang bercakap. Hingga tiba-tiba tangan Fakhri merangkum wajah Aina, merengkuh pinggulnya mendekat dan perlahan mencium bibirnya.Aina terkesima kaget mendapat perlakuan suaminya. Ia ingin menolak, tapi dia juga merindukan semua sentuhannya. Untuk beberapa saat Aina memejamkan mata menikmati interaksi intim ini. Cukup lama mereka berbagi saliva hingga perlahan jemari Fakhri tiba-tiba menelusup masuk ke balik blus Aina.Ai

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 49 Dua Istri

    “Kamu cantik sekali, Aina,” seru Damar.Pukul lima sore saat Damar menjemput Aina dan dia sangat terkejut saat melihat penampilan Aina. Aina hanya tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Jangan bohong. Mana ada ibu hamil yang cantik, apalagi dengan perut yang udah gede gini,” jawab Aina.Damar tertawa sambil menggelengkan kepala.“Aku gak bohong. Lagipula kamu gak terlihat kalau sedang hamil, kok.”Aina tersenyum sambil menundukkan kepala. Sejak kehamilan pertama dulu, perut Aina memang tidak sebesar ibu hamil pada umumnya. Perutnya terlihat besar begitu menginjak sembilan bulan saat akan melahirkan. Itu pun bagi orang awam yang melihat seperti hamil lima bulan saja. Aina sendiri tidak mengerti, tapi meski demikian kondisi bayinya sehat dan berkembang sesuai usianya.“Ya sudah, kita berangkat, yuk!! Biar gak kemaleman sampai sana.”Aina mengangguk. Ia sudah berpamitan ke Zafran juga Bi I

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 50 Aku Bukan Apa-apa Lagi

    “Mereka memanggilmu, Aina,” bisik Damar.Pria manis itu mendekatkan tubuhnya ke Aina dan bersuara di telinga Aina. Aina terdiam, membalas tatapan Wulan tak kalah tajam. Melihat Aina tak bereaksi, Damar kembali bersuara.“Apa aku yang menjawab, Aina?” imbuh Damar.Aina menghela napas dan menggelengkan kepala.“Aku tidak tuli, Damar dan aku punya mulut untuk menjawab.” Aina mengatakannya dengan ketus dan nada yang tegas. Damar sampai terkejut mendengarnya. Baru kali ini ia mendengar Aina berbicara seperti itu.“Ayo, Aina!!!” Wulan kembali memanggil dan kini dengan nada mengejek.Fakhri yang berdiri di samping Wulan hanya diam menatap Aina. Matanya seakan sedang memberi isyarat untuk mencegah Aina, tapi Aina mengabaikan perintahnya. Ia sudah lama tidak dihiraukan Fakhri, jadi untuk apa dia menurutinya kali ini.Aina menghela napas panjang sambil menghembuskannya perlahan. Kemudian dengan ma

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bonus Bab

    “Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Extra Bab

    “Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 325 Happy End

    BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 324 Rebutan Bunda

    “Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 323 Hari Bahagia

    Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 322 Penebusan Wulan

    “TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 321 Keyakinan Rini

    “Sayang … kok kamu ngomong gitu?” tanya Fakhri.Aina tidak menjawab, malah kini yang berganti menundukkan kepala. Dia paham hanya wanita kedua yang datang ke hati Fakhri. Meski pada akhirnya Fakhri lebih memilihnya, tapi setidaknya ada kenangan indah antara Fakhri dan Wulan.“Aku sama sekali gak bermaksud akan membahas ke arah sana. Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya sekedar memberitahumu mengenai keadaan Wulan.” Fakhri menambahkan kalimatnya dan terkesan sedang membuat pembelaan.Aina menghela napas panjang sambil mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan netra coklat Fakhri dan terdiam untuk beberapa saat.“Aku juga sama sekali gak masalah jika kamu mengenang momen dengannya. Dia cinta pertamamu, bagaimanapun ada kenangan indah antara kamu dan dia. Bisa jadi itu yang membuatmu melankolis seperti ini.”Suara Aina terdengar datar, tidak tertangkap dia sedang sedih apalagi cemburu. Hanya saja Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 320 Penyesalan Wulan

    “Sialan!! Bangsat!! Jadi kamu yang menyebabkan kecelakaanku?” sergah Wulan.Damar tersenyum sambil berdiri menjauh dari sisi brankar. Wajah Wulan sudah merah padam dengan bunyi gigi yang saling beradu belum lagi tangannya yang sudah mengepal seakan hendak melayangkan sebuah pukulan ke Damar.“Kalau iya, kenapa? Kamu ingin membalasku, Wulan?”Tidak ada jawaban dari Wulan. Ia duduk bersandar ke bantal dengan dada kembang kempis mengolah amarah dan wajah yang semakin merah.“Bukankah kamu juga yang telah menabrakku tempo hari hingga membuatku tak berdaya.”Wulan membisu dan buru-buru memalingkan wajah.“Aku rasa kita sudah impas, Wulan. Aku akan mencabut gugatanku dan melupakan semua. Sayangnya, kamu tidak bisa melakukan hal yang sama seperti aku.”Wulan belum menjawab, tapi wajahnya sudah meredup bahkan tatapan matanya tampak sayu. Dengan sendu Wulan menatap kaki kanannya yang kini dibabat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 319 Kunjungan Sahabat

    “APA!!! Mama mau bunuh diri?” seru Devi.Amar yang duduk di sebelah Devi tampak terkejut. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Fakhri lebih dulu. Fakhri yang berada di dalam mobil mengabaikannya. Bisa jadi Amar dan Devi punya kepentingan lain yang harus dilakukan.Selang beberapa saat Devi dan Amar sudah tiba di rumah sakit tempat Bu Vita dirawat. Wanita paruh baya itu tampak tergolek lemah di atas brankar dengan kedua pergelangan tangannya di babat perban.Devi baru saja dijelaskan oleh perawat yang bertugas jika Bu Vita berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan cermin di kamarnya. Bu Vita shock saat tahu kenyataan tentang Wulan.“Memangnya siapa yang memberitahu keadaan Kak Wulan ke Mama? Bukannya hanya kita yang diberitahu dokter,” gumam Devi.Ia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Amar yang berdiri di sebelahnya hanya diam sambil menatap Bu Vita dengan iba.“Sebenarnya beberapa saat yang lalu,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status