Beranda / Rumah Tangga / Maafkan Aku Telah Mendua / Bab 36 Intimidasi Wulan

Share

Bab 36 Intimidasi Wulan

Penulis: Aira Tsuraya
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-20 12:00:27

“Apa maksudmu, Wulan?” tanya Aina.

Wulan berdecak sambil menggelengkan kepala. Mata wanita berkulit putih itu kini menatap dengan tajam ke Aina seolah sedang mengulitinya.

“Harusnya kamu tidak membuatnya kesulitan, Aina. Kamu yang sudah selingkuh, kamu yang membohonginya. Harusnya kamu tahu diri dan mengajukan gugatan cerai sendiri, tanpa harus menunggu keputusan Mas Fakhri.”

Aina terdiam. Kini dia tahu apa maksud pembicaraan Wulan.

“Kalau kamu memang mencintainya, harusnya kamu rela melihatnya dia bahagia. Dan kali ini, hanya aku yang bisa membuatnya bahagia. Bukan kamu!!”

Belum ada jawaban dari Aina. Ia hanya diam dan memilih menjadi pendengar saja kali ini.

“Keluarga Pak Fakhri?” Tiba-tiba seorang perawat datang menginterupsi percakapan mereka.

“Iya, Sus!!” sahut Wulan.

“Pasien sudah dipindahkan ke kamar rawat inap, Bu. Jadi sudah bisa dijenguk,” imbuh p

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Dyah Wiryastini
Kok belum up kak
goodnovel comment avatar
Rizqa Rachmawati
aku sih tim yg bertahan yaa... apalagi msh ada cinta. kecuali mmg benar2 sdh TDK saling mencintai. pa yg mau di pertahankan
goodnovel comment avatar
Tiraya
udah lepasin ajaaa.. biar Fahri tau sendiri nantii... toh dia juga plin plan jadi orang...ngapain mertahanin rumah tangga yg udah gk sehat.....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 37 Telepon dari Ibu

    “Halo, Ibu. Ada apa?” sapa Aina.Malam itu baru saja Aina hendak memejamkan mata, tiba-tiba Bu Rahma menelepon.“Aina kamu di mana? Apa kamu sudah tahu jika Fakhri masuk rumah sakit?” Suara Bu Rahma di seberang tampak khawatir.Aina terdiam sesaat, mengangguk dengan ragu. Jelas ia tahu, dia yang membawa Fakhri ke rumah sakit bersama Damar tadi siang. Namun, rasanya saat ini jawaban itu tidak diperlukan.“Sakit apa Mas Fakhri, Bu?” Aina malah balik bertanya. Anggap saja dia tidak tahu dan saat ini dia ingin mencari tahu lebih banyak.“Kata Wulan kecapekan terus juga kemungkinan kena asam lambung. Duh, kok bisa Fakhri kena asam lambung. Dia kan gak pernah telat makan. Bukankah saat bersama kamu dulu, Fakhri baik-baik saja, Aina?”Aina terdiam. Tidak menjawab. Ia tidak mau berargumen. Percuma saja dia membela diri, toh Fakhri tidak akan memenangkannya.“Sakit asam lambung bukan hanya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 38 Sakitnya Penolakanmu

    “Iya, tentu,” jawab Aina.Sebuah senyuman sontak terukir di wajah cantik wanita itu. Aina langsung menarik kursi mendekat brankar Fakhri, mulai membuka plastik wrap pada makanan, kemudian bersiap menyuapinya.“Mas, hadap sini, dong!!” pinta Aina.Awalnya Fakhri tampak malas, tapi perlahan kepalanya menoleh dengan patuh ke arah Aina. Kalau dipikir-pikir ulah Fakhri saat ini seperti anak kecil yang sedang merajuk dan ini mengingatkan Aina pada Zafran.“Buka mulutnya!!” Lagi-lagi Aina memberi perintah, lalu dengan tunduk Fakhri menuruti perintahnya.Fakhri tidak berkomentar sedikit pun. Ia menoleh ke arah Aina, membuka mulut meski matanya sama sekali tidak melihat ke istrinya sedikit pun. Aina tidak peduli, asal ia bisa bersama Fakhri beberapa saat saja sudah cukup. Siapa tahu dengan momen seperti ini membuka jalan komunikasi mereka yang tersendat.“Sudah, aku sudah kenyang.”Hanya beberapa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-21
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 39 Aku yang Pengecut

    “Fakhri, Aina mana?” tanya Bu RahmaBeberapa saat setelah Fakhri mengusir Aina, Bu Rahma kembali masuk ke ruang rawat inap tempat Fakhri berada. Wanita paruh baya itu terkejut saat tidak melihat Aina di sana.“Aku menyuruhnya pergi,” jawab Fakhri.Bu Rahma tampak terkejut dan menatap Fakhri dengan tajam.“Apa maksudmu menyuruhnya pergi? Kamu mengusirnya, Fakhri?”Fakhri tidak menjawab hanya berdecak sambil menatap Bu Rahma dengan malas. Bu Rahma semakin marah, berjalan mendekat ke brankar Fakhri.“Dia istrimu juga. Apa salahnya menjengukmu, Fakhri?”Fakhri menghela napas panjang sambil berdecak melihat Bu Rahma.“Bu … sudah kubilang jangan ikut campur dengan urusanku. Biarkan aku selesaikan sendiri masalahku.”Bu Rahma terdiam menatap Fakhri dengan seksama sambil menggelengkan kepala berulang.“Ibu lihat kamu tidak menyelesaikan masalahmu, ta

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 40 Istri Serakah

    “Mas, aku bawain nasi Padang kesukaanmu,” ucap Wulan.Ia berjalan mendekat ke Fakhri sambil menyodorkan nasi kotak bertuliskan nama sebuah rumah makan Padang. Fakhri hanya diam tidak berkomentar sedikit pun. Sementara Bu Rahma hanya menghela napas panjang.Wanita paruh baya itu mendekat ke Wulan, kemudian mengambil nasi kotak tersebut.“Wulan, apa kamu tidak tahu jika Fakhri belum boleh makan nasi. Pencernaannya ada masalah dan dia hanya boleh makan bubur.”Wulan tampak terkejut dan menatap Fakhri dengan bingung.“Mas … kok kamu gak bilang tadi.”Fakhri berdecak, melirik Wulan dengan gemas. Padahal semalam dokter sudah memberitahu tentang hal itu padanya, kenapa Wulan malah berkata seperti itu?“Maaf, Bu. Saya gak tahu. Mungkin nasi Padangnya buat Ibu saja.”Bu Rahma hanya diam sambil melirik sinis Wulan. Wulan tampak mengabaikan tatapan Bu Rahma kemudian dia melihat Damar

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 41 Life Must Go On

    “Berkas? Aku harus menyiapkan berkas ini secepatnya,” gumam Aina.Ia baru saja meletakkan ponsel kemudian tampak sibuk menyiapkan beberapa berkas dan memasukkan ke dalam sebuah map plastik. Tangan Aina bergerak lincah mengemas semua berkas itu, tapi entah mengapa hatinya terus berdebar tak karuan. Ada satu sisi di relung hatinya yang masih ragu untuk melakukan semua ini.“Bunda … .” Suara Zafran tiba-tiba terdengar di belakang Aina.Aina menoleh dan melihat putra semata wayangnya itu sedang berdiri sembari menatapnya. Aina tersenyum dan menghampirinya.“Ada apa, Sayang? Kenapa bangun lagi?”Zafran hanya diam kemudian duduk di tepi kasur bersebelahan dengan Aina.“Apa benar Ayah sakit, Bunda?”Tiba-tiba Zafran bertanya seperti itu. Aina sendiri tidak tahu dari mana Zafran tahu tentang hal ini. Padahal saat ke rumah sakit tadi Aina tidak mengatakannya bahkan ia tidak terlambat saat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 42 Sang Pemenang Hati

    “Kenapa Pak Hasan menghubungiku lagi? Apa ada masalah dengan programnya?” gumam Aina.Dia baru saja mendapat telepon dari Pak Hasan yang memintanya datang ke kantor Damar besok pagi. Memang sengaja Pak Hasan tidak memberitahu tujuan Aina datang ke kantor. Ia hanya memintanya datang.Aina menghela napas panjang sambil menggelengkan kepala.“Akh … sudahlah, besok saja aku tanyakan.”Aina tidak mengambil pusing tentang hal itu. Ia hanya berpikir kalau ada kendala pada program yang baru ia buat dan tidak bertanya lebih lanjut ke Damar.Keesokkan harinya pukul delapan pagi, Aina tiba di kantor Damar. Ada Pak Hasan yang menyambut kedatangan Aina. Aina penasaran dan langsung mengajukan pertanyaan.“Maaf, Pak Hasan. Apa ada masalah dengan programnya kemarin hingga saya dipanggil ke sini lagi?” tanya Aina.Pak Hasan tersenyum sambil menggelengkan kepala.“Tidak, Bu Aina. Pemanggilan kali

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 43 Kalau Kamu Sudah Tidak Sanggup

    “Kamu bisa mulai kerja hari ini, Aina,” ujar Damar.Aina hanya mengangguk, tapi terlihat jelas rasa terkejut di wajahnya. Damar menangkap reaksi Aina kemudian tersenyum dan meralat ucapannya.“Namun, besok juga gak masalah. Kamu pasti belum mempersiapkan diri jika harus langsung kerja sekarang.”Aina tersenyum dan menganggukkan kepala.“Iya, kamu benar, Damar.”Damar tersenyum kesenangan menganggukkan kepala sambil sesekali mencuri pandang ke Aina.“Ya sudah, hari ini kamu selesaikan prosedurnya. Biar Pak Hasan yang membantumu.”Aina mengangguk, kemudian tak lama Pak Hasan masuk ke ruangan Damar. Aina berpamitan dan selanjutnya bersama Pak Hasan menyelesaikan beberapa prosedur tentang penerimaan pegawai. Dia tidak bekerja sebagai staf IT melainkan sebagai kepala IT di perusahaan Damar.Tentu saja Aina terkejut, apalagi dengan salary yang diberikan Damar. Rasanya Damar memang senga

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 44 Rasa yang Mulai Ada

    “Mas, kamu di sini?” Tiba-tiba Wulan sudah bersuara di belakang Damar.Fakhri mengangkat kepala, menatap Wulan yang berdiri di belakang Damar, tapi sama sekali tidak menjawab pernyataan Damar tadi. Damar menghela napas panjang sambil menatap Fakhri dengan tajam. Banyak rasa kecewa yang ditunjukkan Damar dan Fakhri bisa merasakannya.“Damar, kok kamu di sini juga?” Kini Wulan menyapa Damar.Damar tersenyum masam sambil melirik Wulan dengan sinis.“Iya, kebetulan lewat tadi,” jawab Damar asal.Wulan hanya tersenyum kemudian ia sudah berdiri di sebelah Fakhri dan bergelayut manja di lengannya. Muak Damar melihatnya. Ia buru-buru memalingkan wajah, kemudian tanpa berkata apa-apa sudah berlalu pergi meninggalkan mereka berdua.Tentu saja ulah Damar mengundang tanya Wulan. Ia menatap Fakhri yang masih terdiam sejak tadi. Kedua alis Wulan terangkat menatap suami gantengnya. Wulan merasa ada sesuatu yang sedang te

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24

Bab terbaru

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bonus Bab

    “Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Extra Bab

    “Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 325 Happy End

    BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 324 Rebutan Bunda

    “Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 323 Hari Bahagia

    Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 322 Penebusan Wulan

    “TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 321 Keyakinan Rini

    “Sayang … kok kamu ngomong gitu?” tanya Fakhri.Aina tidak menjawab, malah kini yang berganti menundukkan kepala. Dia paham hanya wanita kedua yang datang ke hati Fakhri. Meski pada akhirnya Fakhri lebih memilihnya, tapi setidaknya ada kenangan indah antara Fakhri dan Wulan.“Aku sama sekali gak bermaksud akan membahas ke arah sana. Aku sudah tidak mencintainya. Aku hanya sekedar memberitahumu mengenai keadaan Wulan.” Fakhri menambahkan kalimatnya dan terkesan sedang membuat pembelaan.Aina menghela napas panjang sambil mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan netra coklat Fakhri dan terdiam untuk beberapa saat.“Aku juga sama sekali gak masalah jika kamu mengenang momen dengannya. Dia cinta pertamamu, bagaimanapun ada kenangan indah antara kamu dan dia. Bisa jadi itu yang membuatmu melankolis seperti ini.”Suara Aina terdengar datar, tidak tertangkap dia sedang sedih apalagi cemburu. Hanya saja Fakhri

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 320 Penyesalan Wulan

    “Sialan!! Bangsat!! Jadi kamu yang menyebabkan kecelakaanku?” sergah Wulan.Damar tersenyum sambil berdiri menjauh dari sisi brankar. Wajah Wulan sudah merah padam dengan bunyi gigi yang saling beradu belum lagi tangannya yang sudah mengepal seakan hendak melayangkan sebuah pukulan ke Damar.“Kalau iya, kenapa? Kamu ingin membalasku, Wulan?”Tidak ada jawaban dari Wulan. Ia duduk bersandar ke bantal dengan dada kembang kempis mengolah amarah dan wajah yang semakin merah.“Bukankah kamu juga yang telah menabrakku tempo hari hingga membuatku tak berdaya.”Wulan membisu dan buru-buru memalingkan wajah.“Aku rasa kita sudah impas, Wulan. Aku akan mencabut gugatanku dan melupakan semua. Sayangnya, kamu tidak bisa melakukan hal yang sama seperti aku.”Wulan belum menjawab, tapi wajahnya sudah meredup bahkan tatapan matanya tampak sayu. Dengan sendu Wulan menatap kaki kanannya yang kini dibabat

  • Maafkan Aku Telah Mendua   Bab 319 Kunjungan Sahabat

    “APA!!! Mama mau bunuh diri?” seru Devi.Amar yang duduk di sebelah Devi tampak terkejut. Tanpa banyak bertanya, ia langsung menjalankan mobilnya meninggalkan rumah Fakhri lebih dulu. Fakhri yang berada di dalam mobil mengabaikannya. Bisa jadi Amar dan Devi punya kepentingan lain yang harus dilakukan.Selang beberapa saat Devi dan Amar sudah tiba di rumah sakit tempat Bu Vita dirawat. Wanita paruh baya itu tampak tergolek lemah di atas brankar dengan kedua pergelangan tangannya di babat perban.Devi baru saja dijelaskan oleh perawat yang bertugas jika Bu Vita berusaha mengakhiri hidupnya dengan menyayat pergelangan tangan menggunakan pecahan cermin di kamarnya. Bu Vita shock saat tahu kenyataan tentang Wulan.“Memangnya siapa yang memberitahu keadaan Kak Wulan ke Mama? Bukannya hanya kita yang diberitahu dokter,” gumam Devi.Ia seolah sedang berbicara pada dirinya sendiri. Amar yang berdiri di sebelahnya hanya diam sambil menatap Bu Vita dengan iba.“Sebenarnya beberapa saat yang lalu,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status