"Jordan? Sedang apa di sini?" Kening Aura terlipat dalam saat mendapati Jordan sendirian di ruang kelas yang telah kosong. "Ingin bertemu denganmu,” jawab pria itu dengan sorot mata serius."Hah? Ada apa?" Aura mundur beberapa langkah ketika Jordan melangkah mendekat. "Ikut aku,” paksanya menerima bantahan."Ke mana?" tanya Aura penuh tanya."Nanti juga kamu tau... Ayo!" Jordan menarik tangan Aura namun gadis itu meronta.Sayang, gedung yang telah kosong membuat suara Aura menggema tanpa dapat terdengar oleh siapapun.Dari balik pintu Harry, Jesica, Lauren dan Briana keluar menghampiri drama tarik menarik yang dilakukan Aura dan Jordan.“Ikuti kemauan Jordan, Aura! Kalau kamu ingin selamat!” Jesica berucap dingin kemudian melangkah mendekat.Tanpa malu Jesica menyatukan bibirnya dengan Jordan membuat Aura membuang tatapannya kearah lain.“Aku sudah membantumu, setelah kau mendapatkan keinginanmu! Kamu harus menepati janjimu,” kata Jesica dengan nada menggoda kepada Jordan.
Aura masih meratap saat pintu kabin terbuka, Jordan mengayunkan langkah panjangnya memburu Aura hendak membawanya ke ranjang tapi lagi-lagi Aura meronta dengan sisa kekuatan yang dia punya.Merasa kesal karena sikap bar-bar Aura yang begitu menyulitkan, Jordan mencengkram dagu Aura menggunakan tanganya.Wajah cantik Aura kini terlihat mengenaskan dengan luka dan jejak ungu di beberapa bagian."Jangan melawan kalau kamu masih ingin hidup,” ancam Jordan.Tapi Aura terus memukul, berteriak dan menendang dengan sekuat tenaga.Harapannya kali ini adalah Jordan membunuhnya saja, dia tak akan sanggup menanggung beban hidup setelah nanti Jordan berhasil memaksakan kehendak padanya.Tanpa perasaan Jordan menarik rambut Aura kemudian menyeret tubuh ringkih itu ke ranjang. Aura berteriak sekuat yang dia bisa berharap seseorang menolongnya walau itu mustahil.Brak!!!Aura dan Jordan menoleh ke arah pintu yang dibuka paksa.Sudah ada beberapa orang polisi, George, Jerry, dan Rendra juga
"Grandpa janji, anak laki-laki itu akan seumur hidup berada di penjara!" Grandpa berujar sambil menggeretakan geraham menunjukan betapa geramnya beliau.Setelah para dokter melakukan CT Scan dan mengobati luka Aura, gadis itu langsung dibawa ke ruang perawatan.Aura sudah sadar saat itu tapi tidak bisa berbuat banyak, hanya bisa melihat grandma Mery menangis ditemani Maria dan Alvin yang berdiri di ambang pintu."Bang... kamu harus balas perbuatan orang yang sudah membuat cucu Grandma menderita.” Grandma Merry berseru dengan amarah yang tak terbendung.Tanpa mengomentari ucapan sang grandma, Rendra mematung menatap Aura di mana ternyata gadis itu juga tengah menatapnya.Kedua tangan Rendra yang mencengkram ujung tempat tidur hidrolik menampakan buku jarinya yang memutih tanda jika Rendra mencengkeramnya begitu kuat karena sedang diliputi emosi."Sayaaaang Grandma... Kenapa bisa seperti ini, sayang...." Grandma terisak sambil memegang tangan Aura di sisi ranjang."Grandma... Aur
“Abang enggak kerja?” Aura bertanya setelah suaminya mengantar George dan Robert hingga pintu.Rendra membalikan tubuh kemudian berjalan mendekat ke arah ranjang sambil menggelengkan kepala sekilas.Lalu duduk di sisi ranjang menghadap Aura yang sudah menegakan punggungnya bersandar pada kepala ranjang yang dibuat tegak.“Abang nemenin kamu sampai mami dan papi datang,” sahut Rendra sambil mengangkat tangan menyentuh kening Aura yang membiru lalu mengusap lembut dengan ibu jarinya.“Mami sama papi udah tau?” tanya Aura.Rendra menjawab dengan anggukan kepala kemudian terdengar ringisan Aura meringis.“Sshhh....” “Sakit?” tanya Rendra seraya menjauhkan tangannya dari kening Aura.Seharusnya tidak perlu ditanya karena sudah jelas warna biru tadi malam itu kini sudah berubah ungu dan tentunya pasti terasa sangat sakit.“Enggak,” kata Aura berbohong.“Ya Tuhan, Ra...apa engga bisa kamu ngeluh saja sekali ini sama Abang,” batin Rendra getir.“Muka Aura jelek banget ya, Bang?” c
“Kedua orang tua kita udah datang tadi malam.” Rendra memberitahu setelah memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana.Pagi ini dia baru membaca chat yang dikirimkan mertuanya semalam, mengabarkan kalau mereka sudah sampai dan bermalam di rumah grandpa Salim.Rendra tidak tahu kalau tadi malam kedua orang tua dan mertuanya sempat mampir ke rumah sakit dan menangkap basah dirinya denagn Aura sedang berpelukan.Tadi malam Aura sempat mengigau sambil meronta dan menendang-nendang kakinya ke udara efek dari rasa trauma yang masih melekat dalam ingatannya.Rendra yang saat itu tidur di sofa langsung beranjak menghampiri Aura untuk menyadarkannya, kemudian memeluk sang istri dan membawanya kembali terlelap tanpa berniat sedikitpun melepaskan pelukan.“Bang...alat make up Aura di bawa enggak?” gadis itu malah bertanya demikian membuat kening Rendra terlipat dalam.“Untuk apa?” “Buat menyamarkan lebam di wajah Aura, mami sama papi pasti sedih liat Aura seperti ini.” Aura tampak c
Jordan sempat masuk jeruji besi karena tindak kriminal yang dilakukannya kepada Aura namun sayangnya, dengan kekuatan uang dan pengacara keluarga yang handal, Jordan dibebaskan kembali sampai menunggu sidang nanti.Rendra tidak bisa tinggal diam, bagaimanapun caranya Jordan harus menerima hukuman yang setimpal.Di bantu oleh Detektif dari kepolisian setempat yang sedang membangun kasus untuk menjebloskan Jordan ke penjara, Rendra juga sepertinya harus menemui Ben-kakak sepupu dari Jordan dan merupakan klien bisnis terbesarnya.Maka sekembalinya Aura dari rumah sakit, Rendra merencanakan kepergiannya ke Jerman untuk menemui Ben dengan alasan perjalanan bisnis.Tiga hari berlalu dan Aura sudah diijinkan pulang oleh dokter.Apa yang di katakan George ternyata terbukti, Aura di jemput oleh banyak orang yang menyayanginya.Kedua orang tua dan mertuanya sudah tiba pagi sekali di rumah sakit.Grandpa dan grandma menyusul setelahnya.Berikutnya Alvin dan Maria yang datang bersamaan da
“Ayo, kamu harus istirahat …,” ajak Rendra dengan lembut namun tegas sambil mengulurkan tangan kepada Aura.“Tapi mereka belum pulang, Bang!” Aura lalu melirik ke arah tamu-tamunya.“Jangan pikirkan kami, kamu memang harus banyak istirahat,” kata Maria membuat Aura tenang.“Ayo Alvin, kita pulang,” tambahnya lagi.“Kami pulang dulu Aura, semoga kamu lekas pulih dan bisa kembali ke kampus! Tenang saja, kami sudah menyalin catatan untuk kamu,” ujar Alvin sebelum pamit.“Terimakasih banyak, Alvin...Maria!” Sorot mata Aura menunjukkan ketulusan yang mendalam.Merasakan kebaikan Alvin dan Maria membuat Aura mulai membuka pintu hatinya namun tetap tidak ingin berharap banyak dari mereka.Alvin dan Maria kemudian benar-benar pamit sementara George dan Robert malah asik menyantap kue yang dihidangkan di meja kopi.“Aura, kami akan menghabiskan semua kue ini dulu baru pulang,” ujar George tidak tahu malu.“Pergilah kalian ke atas, kami tidak akan mengganggu,” timpal Robert sambil ters
Tanpa ingin membuang waktu, setelah pesawat yang ditumpanginya mendarat dengan mulus di bandara, Rendra langsung menuju gedung kantor milik Benedict.Di sinilah Rendra sekarang, di ruang kerja Ben dan sudah selama satu jam Rendra menceritakan apa yang terjadi dengan istrinya kepada Ben juga menyampaikan maksud yang sebenarnya dari kedatangannya ke Jerman.Sedikit banyak Ben memang sudah mendengar dari sang paman yang merupakan ayah Jordan, namun dia sendiri belum menghubungi adik sepupunya untuk menanyakan dengan rinci mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi.Kabar terakhir yang dia dengar mengenai Jordan adalah adik sepupunya itu sedang merayakan kebebasan sementaranya dengan berpesta bersama para sahabat.Tapi apa yang dikatakan Rendra saat ini juga tidak mungkin bohong, terlebih dia sendiri tau percis bagaimana sikap adik sepupunya itu.Ben menopang dagu menggunakan tangan, berlagak seolah apa yang dikatakan Rendra bukanlah hal yang penting baginya.Padahal insting Rendra