“Kedua orang tua kita udah datang tadi malam.” Rendra memberitahu setelah memasukan kembali ponselnya ke dalam saku celana.Pagi ini dia baru membaca chat yang dikirimkan mertuanya semalam, mengabarkan kalau mereka sudah sampai dan bermalam di rumah grandpa Salim.Rendra tidak tahu kalau tadi malam kedua orang tua dan mertuanya sempat mampir ke rumah sakit dan menangkap basah dirinya denagn Aura sedang berpelukan.Tadi malam Aura sempat mengigau sambil meronta dan menendang-nendang kakinya ke udara efek dari rasa trauma yang masih melekat dalam ingatannya.Rendra yang saat itu tidur di sofa langsung beranjak menghampiri Aura untuk menyadarkannya, kemudian memeluk sang istri dan membawanya kembali terlelap tanpa berniat sedikitpun melepaskan pelukan.“Bang...alat make up Aura di bawa enggak?” gadis itu malah bertanya demikian membuat kening Rendra terlipat dalam.“Untuk apa?” “Buat menyamarkan lebam di wajah Aura, mami sama papi pasti sedih liat Aura seperti ini.” Aura tampak c
Jordan sempat masuk jeruji besi karena tindak kriminal yang dilakukannya kepada Aura namun sayangnya, dengan kekuatan uang dan pengacara keluarga yang handal, Jordan dibebaskan kembali sampai menunggu sidang nanti.Rendra tidak bisa tinggal diam, bagaimanapun caranya Jordan harus menerima hukuman yang setimpal.Di bantu oleh Detektif dari kepolisian setempat yang sedang membangun kasus untuk menjebloskan Jordan ke penjara, Rendra juga sepertinya harus menemui Ben-kakak sepupu dari Jordan dan merupakan klien bisnis terbesarnya.Maka sekembalinya Aura dari rumah sakit, Rendra merencanakan kepergiannya ke Jerman untuk menemui Ben dengan alasan perjalanan bisnis.Tiga hari berlalu dan Aura sudah diijinkan pulang oleh dokter.Apa yang di katakan George ternyata terbukti, Aura di jemput oleh banyak orang yang menyayanginya.Kedua orang tua dan mertuanya sudah tiba pagi sekali di rumah sakit.Grandpa dan grandma menyusul setelahnya.Berikutnya Alvin dan Maria yang datang bersamaan da
“Ayo, kamu harus istirahat …,” ajak Rendra dengan lembut namun tegas sambil mengulurkan tangan kepada Aura.“Tapi mereka belum pulang, Bang!” Aura lalu melirik ke arah tamu-tamunya.“Jangan pikirkan kami, kamu memang harus banyak istirahat,” kata Maria membuat Aura tenang.“Ayo Alvin, kita pulang,” tambahnya lagi.“Kami pulang dulu Aura, semoga kamu lekas pulih dan bisa kembali ke kampus! Tenang saja, kami sudah menyalin catatan untuk kamu,” ujar Alvin sebelum pamit.“Terimakasih banyak, Alvin...Maria!” Sorot mata Aura menunjukkan ketulusan yang mendalam.Merasakan kebaikan Alvin dan Maria membuat Aura mulai membuka pintu hatinya namun tetap tidak ingin berharap banyak dari mereka.Alvin dan Maria kemudian benar-benar pamit sementara George dan Robert malah asik menyantap kue yang dihidangkan di meja kopi.“Aura, kami akan menghabiskan semua kue ini dulu baru pulang,” ujar George tidak tahu malu.“Pergilah kalian ke atas, kami tidak akan mengganggu,” timpal Robert sambil ters
Tanpa ingin membuang waktu, setelah pesawat yang ditumpanginya mendarat dengan mulus di bandara, Rendra langsung menuju gedung kantor milik Benedict.Di sinilah Rendra sekarang, di ruang kerja Ben dan sudah selama satu jam Rendra menceritakan apa yang terjadi dengan istrinya kepada Ben juga menyampaikan maksud yang sebenarnya dari kedatangannya ke Jerman.Sedikit banyak Ben memang sudah mendengar dari sang paman yang merupakan ayah Jordan, namun dia sendiri belum menghubungi adik sepupunya untuk menanyakan dengan rinci mengenai apa yang sebenarnya telah terjadi.Kabar terakhir yang dia dengar mengenai Jordan adalah adik sepupunya itu sedang merayakan kebebasan sementaranya dengan berpesta bersama para sahabat.Tapi apa yang dikatakan Rendra saat ini juga tidak mungkin bohong, terlebih dia sendiri tau percis bagaimana sikap adik sepupunya itu.Ben menopang dagu menggunakan tangan, berlagak seolah apa yang dikatakan Rendra bukanlah hal yang penting baginya.Padahal insting Rendra
Rendra melangkah gontay melewati pintu utama rumahnya, masuk lebih jauh ke dalam rumah dia menemukan Aura sedang membuat coklat panas di dapur. Sinar lampu berwarna kuning menerpa wajah Aura yang masih terdapat luka mengering juga jejak keunguan. Rendra menyandarkan tubuh pada bingkai pintu sambil melipat tangannya di dada mengawasi Aura yang tengah malam seperti ini di mana semua manusia normal sedang terlelap dibuai mimpi namun gadis itu malah terjaga untuk membuat minuman hangat. Tanpa Rendra sadari perasaan aneh bernama rindu menggetarkan hatinya. “Buat satu lagi buat Abang,” pintanya membuka suara membuat Aura menoleh kemudian wajah cantik itu mencetuskan senyum berbinar bahagia. “Abang udah pulang?” Pertanyaan yang tidak memerlukan jawaban adalah tanda bila otak Aura tidak bisa berpikir jernih karena dirinya sedang dikuasai hati yang tengah berbahagia. Tiga hari di tinggal suaminya ke luar Negri rasanya bagaikan tiga tahun Aura menanti. Rendra mendekat kemudi
Sepagi ini di rumah Rendra suara keributan terdengar dari lantai bawah, bahkan suara tangis seorang wanita menggema di rumah beratap tinggi miliknya. Rendra mengerjap beberapa kali menyesuaikan retina saat menangkap sinar matahari yang menerobos masuk melewati jendela tanpa tirai.Kepalanya sedikit menunduk kemudian tersenyum saat melihat Aura yang entah sejak kapan membalik tubuh ke arahnya dan tenggelam dalam rengkuhan pelukannya.Kepala Aura mengusel di leher Rendra dan satu kakinya menyelip di antara kaki pria ituBukan hanya itu saja, tangan Aura juga melingkar di tubuh tegap sang suami.Bagi Aura, Rendra sudah seperti boneka teddy bear besar yang nyaman dipeluk ketika tidur.Tak kuasa menahan keinginan terbesarnya, Rendra akhirnya mengecup kening Aura cukup lama.Entah lah akhir-akhir ini Rendra seolah menghayati perannya sebagai seorang suami karena tanpa segan memeluk dan memberi kecupan kepada Aura.Suara keributan semakin kencang terdengar dan mulai mengusik Rendra.
“Jadi bagaimana? Kamu sudah berhasil membujuk Benedict agar membiarkan Jordan menerima hukumannya tanpa mengusik kerja sama kita?” George bertanya setelah dirinya, Robert, Patricia juga Rendra masuk ke dalam ruang kerja di rumah itu.Rendra yang duduk di single sofa menggelengkan kepalanya lemah.“Aku sudah menduganya,” cetus Patricia sambil melipat tangan di dada.“Tapi dia dengan angkuhnya memberi tawarn,” timpal Rendra dengan ekspresi wajah kesal.“Tawaran apa?” George bertanya penasaran.“Dia ingin menukar Aura dengan Jordan!” jawab Rendra singkat dan tatapan penuh tanya menuntut penjelasan langsung Rendra dapatkan dari ketiga sahabatnya. Satu tarikan nafas Rendra raup sebelum membuka mulutnya kembali.” Entah siapa yang mengatakan padanya kalau pernikahanku dan Aura hanyalah sebuah perjodohan, dengan percaya diri dia mengira jika aku dan Aura tidak saling mencintai dan dia akan mengirim adik sepupunya itu ke penjara setelah aku menceraikan Aura, dengan begitu dia tidak akan
“Baaaang!” panggil Aura sambil menyembulkan kepalanya melalui celah pintu ruang kerja sang suami membuat Rendra mendongak dari tumpukan berkas di tangan.“Kenapa?” tanya Rendra sambil mengangkat kedua alis.“Aura tidur duluan ya.” Aura hanya basa-basi, padahal dirinya ingin tidur dalam pelukan sang suami.Semoga suaminya peka dan segera menyusul ke kamar, trauma yang dirasakannya setelah kejadian penculikan yang dilakukan Jordan beberapa waktu lalu memang cukup dalam membekas di hati Aura dan dia merasa obat dari rasa takut yang membayanginya itu adalah Rendra.Aura nyaman ketika berada dalam pelukan Rendra tapi jika Rendra melakukan lebih maka kewaspadaan Aura seketika meningkat dan rasa nyaman tadi berubah menjadi rasa takut yang mengambil alih kuasa atas dirinya.Sesaat Rendra menatap Aura, pekerjaan yang ditinggalkannya selama tiga hari menunggu untuk diselesaikan tapi sang istri begitu merindukannya terlihat dari kode yang baru saja Aura berikan. Rendra adalah pria dewasa