Leon kembali, sedikit menjauhi ruangan Jovan. "Apa Tuan Jovan menyukai Zehra?" Leon berusaha untuk menepis pikiran curiganya. Sebab, Zehra mengatakan jika Jovan sangat mencintai istrinya. Bahkan apa yang terjadi diantara Zehra dengan Jovan, adalah rencana dari Laura. Leon tersadar dari lamunannya mendengar handphonenya berdering. "Jodi?" Leon pun beranjak pergi menjauhi ruangan Jovan. "Bagaimana, Jodi? Apa kamu sudah menemukan siapa yang menyuruh mereka menculik Zehra?" Leon sedikit mengerut mendengar penuturan dari anak buahnya. "Kurang ngajar! Jadi mereka lebih baik mati daripada mengatakan siapa yang menyuruh mereka?" Leon masih mendengarkan penuturan dari asistennya. "Tuan Jovan pun menyelidiki kasus penculikan Zehra?" Leon menutup sambungan teleponnya dengan kesal. "Aku yakin orang itu bukan orang sembarangan. Atau dia memang berlindung di balik orang berkuasa. Tapi ... Tuan Jovan juga ternyata menyelidiki kasus ini?" Leon tidak kembali ke tempat tadi dan lebih me
"Jadi pengajuan kerjasama perusahaanku di terima, Tuan?" Jovan menepuk lengan Leon. "Ya, selamat bergabung Royal Company Group, ya." Leon tersenyum senang walau pikirannya masih pada ucapan Jovan tadi lagi. Leon pun baru tahu jika ternyata Jovan bukanlah pria dingin seperti yang dikiranya saat bertemu di rumah sakit. Pria itu pun kembali memikirkan perasaan Jovan pada Zehra. "Apa memang ini karakter Tuan Jovan yang sesungguhnya? Tentu siapa saja pasti nyaman, bukan? Mungkin termasuk Zehra." Leon kembali bergumam dalam hatinya. "Terima kasih, Tuan." "Sama-sama, aku hanya ingin kamu bisa memberikan yang terbaik untuk Zehra nanti," ucap Jovan, jelas membuat Leon menatapnya karena sepertinya Jovan salah bicara. "Karena aku memiliki banyak hutang budi padanya, Leon. Tapi dia tidak mau menerima uang dariku tanpa pekerjaan yang jelas." "Jadi ini bukan karena persentase kerja ku tidak bisa menembus perusahaan Anda, Tuan?" Jovan sedikit tersenyum tipis. "Itu salah satunya, Tuan L
"Kapan kita akan tahu hasilnya, Ronald?" "Sore ini, Nyonya. Saya sudah minta mereka melakukan tes DNA itu secepatnya." "Tes DNA?" Laura menghentikan langkahnya mendengar percakapan Elvira dengan asistennya. "Tes DNA siapa?" Laura kembali ke kamarnya dengan raut cemas. Jovan yang tengah menggendong sang putra pun terbingung karena Laura terlihat cemas. Walau pun Jovan ingin sekali mengabaikan Laura , nyatanya wanita itu masih istrinya yang masih tanggung jawabnya. "La, ada apa? Kenapa kamu cemas begitu?" "Jo, aku tadi dengar Mommy tengah menunggu hasil tes DNA. Kira-kira DNA siapa ya?" Deg! Jovan pun ikut tegang dan cemas. "Apa Mommy sudah curiga jika Andrew ...." Jovan dan Laura saling tatap. Pria itu sebenarnya ingin sekali mengatakan yang sebenarnya pada Elvira. Hanya saja, Jovan bingung bagaimana nanti dirinya menghadapi sang mommy yang pastinya marah. Sebab, sudah dibohongi oleh mereka. "La, sepertinya Mommy lebih baik tahu dari kita." "Tidak, Honey! Apa apan
"Apa bisa cepat ditemukan orangnya, Jodi?" "Sepertinya kita harus bersabar, Tuan. Orang yang sudah memfitnah Tuan Altan ini bukan orang biasa. Jadi kita harus hati-hati menghadapinya." Leon meraba punggung tangan Zehra. "Tenang, Ze. Kita akan menemukan orang itu." "Iya, Le. Aku tidak akan bisa hidup tenang sebelum orang itu ditemukan." Leon menatap Zehra begitu dalam. "Apa setelah kita menemukan orang itu, kamu mau menikah denganku?" Zehra pun menoleh pada Leon. "Bukankah aku memang sudah bersedia menikah denganmu, Le?" Leon merebahkan tubuhnya di sofa kantornya. "Iya, tapi itu terlalu lama jika aku harus menunggu kamu selesai memberikan ASI-mu pada Andrew." Zehra tersenyum tipis mendengar ucapan Leon. Zehra bingung karena merasa Leon terlalu sempurna untuknya. Zehra merasa dirinya tidaklah pantas mendapatkan Leon yang sudah tampan, baik pula. "Le, kamu yakin mau menikahiku? Kamu harus memikirkan hal itu dengan sangat matang. Aku sudah tidak seperti dulu lagi." Leon menoleh p
"Nyonya, apa maksudmu? Kenapa Anda mendesak Om Jovan seperti itu? Tidak mungkin Om Jovan mencintaiku, karena Om Jovan hanya mencintai Nyonya Laura, bukan begitu, Om?" ujar Zehra yang tidak tahan akan keadaan yang didesak Elvira. Jovan meremas kepalan tangannya karena sahutan Zehra. Elvira langsung memeluk Zehra dan menangisi nasib wanita muda itu. Jelas Zehra bingung karena Zehra belum tahu jika Elvira sudah tahu hubungannya dengan Andrew. "Atas nama puteraku, aku minta maaf, Zehra. Aku minta maaf karena aku tidak bisa menghentikan rencana gila anak dan menantuku." Zehra menoleh pada Jovan dan Laura, lalu menatap Elvira. "Maksudnya, Nyonya?" "Aku sudah tahu siapa kamu untuk Andrew, Zehra," ucap Elvira di telinga Zehra dengan suara pelan. Deg! Tubuh Zehra hampir terjatuh jika saja Leon tidak segera meraihnya. "Ze, kamu baik-baik saja?" Zehra menarik napasnya dalam. "Aku baik-baik saja, Le. Aku hanya terkejut." "Terkejut? Apa yang membuatku terkejut, Ze?" Elvira m
"Jadi Lucky yang sudah memfitnah Daddy Altan?" Jovan meremas kepalan tangannya. "Apa rencana kita selanjutnya, Gio?" Gionino membuka lembaran-lembaran kejahatan yang dilakukan oleh Lucky yang nyatanya adalah saingan bisnis Jovan juga. "Kalau menurut hasil penyelidikan saya, kita bisa langsung membawa kasus ini ke jalur hukum, Tuan. Ini beberapa kejahatannya juga selain korupsi." Amarah Jovan semakin menggebu saat tahu jika ternyata ada beberapa karyawannya juga yang ikut melakukan kejahatan itu bersama Lucky. "Jadi Martin dan Danil pun ikut membantu Lucky memfitnah Daddy Altan?" "Ya, Tuan. Mereka juga sudah banyak melakukan kejahatan seperti dalang penyerangan pada saingan bisnis lainnya dan membawa lari istri orang juga." Kening Jovan mengerut mendengar penuturan akhir Gio. "Membawa lari istri orang?" "Ya, sampai saat ini suaminya masih mencari istrinya yang entah kemana mereka bawa pergi, Tuan. Tapi suaminya itu yakin jika Lucky lah yang membawa istrinya pergi hari itu."
Leon mengendarai mobilnya dengan pikiran gamang. Entah bagaimana dirinya menyikapi ucapan Jovan. Pria itu mengatakan, tidak perlu Zehra tahu jika dirinya lah yang menangkap orang yang sudah memfitnah Altan. Sebab, semua itu tidak ada artinya karena Zehra hanya mencintai Leon. Drtt!! Dering dari handphone Leon menyadarkan pria itu dari pikiran mumetnya. "Jodi? Ya, Jodi." Leon pun segera kembali ke kantor karena Jodi sudah bersiap untuk pergi ke kantor polisi untuk menjadi saksi atas kasus Altan. Bahkan Jovan mengatakan pada Leon, Jovan akan menjamin keselamatan Leon juga Jodi dari anak buah Lucky sampai kasus Altan selesai. Leon memang mencintai Zehra dan ingin sekali jika Zehra menganggapnya pahlawan, tapi sikap Jovan malah membuat Leon harus berpikir keras. "Sakit sekali kepalaku Tuhan ... sepertinya aku ingin segera menikah saja dengan Zehra. Biarin lah apa pun yang dipikirkan pria itu," ujar Leon pada akhirnya yang memang humoris. *** "Nyonya, sepertinya tuan muda sudah
"Lepasin! Kurang ngajar kamu, ya! Aku pastikan kamu akan menyesal karena menyentuh tanganku." Lucky terus berteriak saat polisi membawanya masuk ke sel. "Bang, kenapa ini bisa terjadi?" Lucky menatap Leon dengan tatapan elangnya. Tangannya pun mengepal erat karena Leon berhasil membuatnya masuk penjara. Mike sebagai adik dari Lucky pun tak bisa diam saja. "Bang." "Kamu harus membuatnya menyesal karena membawa aku ke tempat ini, Mike." Mike pun menoleh pada arah Leon. "Dia yang sudah membawa Abang ke sini?" "Ya, aku ingin kamu buat dia menyesal." Mike terus menatap Leon. "Apa dia pria yang Laura bilang?" Mike teringat pada cerita Laura yang katanya anak buah Laura gagal mencelakai Zehra karena seorang pria bernama Leon. "Aku pastikan aku akan membalasnya, Bang. Abang tenang saja." Mike pun menatap pergerakan Leon dan Jodi. Mike terlihat menghubungi seseorang dengan mata yang tidak teralihkan dari Leon. Percakapannya pun begitu serius dengan alasan bicaranya. "Ak
"Zehra, Leon, kalian pulang lah. Terima kasih karena sudah menjengukku. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu." Zehra menoleh pada Leon yang mengangguk. "Iya, Om." Zehra masih meremas jari-jarinya cemas. Leon melihat Zehra begitu cemas, seperti ada sesuatu yang Zehra ingin katakan. "Ze, ada apa?" Jovan dan Elvira pun menoleh dan menatap Zehra. "Zehra, ada apa?" Zehra kembali meremas jari-jarinya. "Om, bolehkah aku bawa Andrew pulang ke rumahku? Hanya malam ini saja saat Om Jovan di rawat di sini." Jovan dan Elvira saling tatap. Mereka tahu jika Zehra mungkin khawatir pada keadaan Andrew karena Jovan saat ini tidak di rumah. Namun, Jovan merasa hatinya begitu tak rela membayangkan Zehra dan Leon bahagia bersama Andrew. "Zehra, apa itu tidak mengganggumu dengan Leon?" Zehra menoleh pada Leon. Zehra menunduk karena melupakan Leon sebagai suaminya. "Maaf, Le. Aku lupa izin dulu sama kamu." Leon menelan salivanya mendengar ucapan Zehra yang bahkan melupakan diriny
Sekian jam Zehra berada di ruangan Jovan, tak ada sedikitpun tanda-tanda kedatangan Laura. Zehra menoleh pada arah Elvira yang masih terduduk lemah di samping Jovan yang masih terlelap. Zehra bingung harus memulai pertanyaannya dari mana. "Mommy." Zehra memberanikan diri untuk menatap Elvira yang terlihat sendu. Elvira pun menatap Zehra dengan sorot mata yang menyedihkan. "Laura selingkuh, Zehra." Deg!! Tak ada sahutan dari Zehra karena Zehra sudah tahu semua itu. Entah harus senang atau tidak mendengar ucapan Elvira. Sebab, nyatanya semua itu membuat Jovan sampai jatuh sakit karena kenyataan yang terjadi pada rumah tangganya. "Selama ini Jovan selalu berusaha menjadi suami yang baik, yang setia, Jovan selalu memberikan apapun yang diinginkan oleh Laura. Tapi, kenapa? Kenapa dia tega melakukan ini pada putraku, Zehra?" Zehra menelan salivanya. Zehra bingung harus menanggapi ucapan Elvira seperti apa. Karena Zehra memang sudah tahu jika Laura berselingkuh. Zehra menyesal ka
Tok! Tok! Tok! Zehra dan Leon menoleh apa arah suara. Leon pun menarik senyumnya melihat siapa yang datang. Walau bagaimanapun perasaan cemburu itu pasti ada. Apalagi saat Leon teringat bagaimana Jovan menyentuh Zehra. "Apa kami ganggu kalian?" Elvira langsung menghampiri Andrew yang sudah terlelap. "Tidak kok, Moms. Andrew baru saja tidur. Aku stok ASI-nya dulu sebelum pulang." Elvira menoleh pada Jovan yang tidak mengatakan apapun selain hanya terdiam menatap wajah sang putra. Elvira begitu iba karena Jovan pasti saat ini begitu tersiksa. Selain Laura selingkuh, kini Jovan pun harus merelakan Zehra untuk Leon. Elvira pun menoleh pada Leon yang begitu setia menunggu Zehra. "Leon, terima kasih karena kamu masih mengizinkan isterimu memberikan ASI-nya pada Andrew." Leon mengangguk. "Tidak masalah, Aunty. Aku menerima apapun masa lalu Zehra, jadi aku pun harus rela saat-saat seperti ini, bukan?" Zehra menoleh pada Leon. "Terima kasih, Le." Jovan masih belum ingin m
Plak!! Elvira menampar pipi Laura begitu keras. "Ini untuk kamu yang sudah mengkhianati putraku." Plak!! Elvira kembali menampar Laura. "Ini untuk sakit hatiku sebagai ibu dari Jovan." Plak!! Elvira masih belum puas. "Ini untuk kamu yang sudah membodohiku juga Jovan." Elvira hendak kembali menampar Laura, namun. Laura keburu berlutut. "Ampun, Mommy. Aku tahu aku salah, Moms. Aku mohon maafkan aku, Moms. Aku masih mencintai Jovan." "Cih!! Kamu bilang kamu cinta pada putraku? Lalu apa yang sudah kamu lakukan padanya, Laura?? Setelah apa yang Jovan berikan padamu, tapi kamu tega melakukan semua ini? Kamu memang pela**r, Laura!!" Jovan yang baru saja datang, menghentikan langkahnya. Laura menoleh pada arah suaminya. Laura tahu jika Jovan memang pria baik dan setia. Penyesalan itu terlihat dari sorot matanya, hanya saja, Laura memang lebih mencintai Mike dari pada Jovan. "Kita pulang, Moms. Untuk apa Mommy buang-buang waktu datang ke sini?" Jovan meraih tangan Elvira denga
Brak!! "Aarghh!!" Jovan menggusar rambutnya prustasi. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Laura!" Jovan tidak menyangka jika nasibnya bisa semalang itu. Selama ini Jovan merasa begitu beruntung memiliki istri seperti Laura. Namun, nyatanya Jovan salah. Nyatanya Jovan adalah orang bodoh yang tidak bisa mengenali siapa Laura sebenarnya. Serapat-rapatnya mengubur bangkai, lama-lama tercium juga. Jovan tidak menyangka jika pertemuannya dengan Zehra adalah sebuah anugrah besar. Selain Jovan bisa merasakan rasanya menjadi seorang Daddy, kini Jovan pun bisa tahu siapa Laura sebenarnya. Jovan mengambil handphonenya, lalu menghubungi sang asisten. "Gerald, tolong segera kamu cek siapa nama pemilik di Royal Company cabang 1." Jovan berusaha untuk tetap kuat dan sadar karena Andrew. "Andrew, putraku." Jovan pun segera menemui sang putera yang untungnya masih anteng dalam mimpinya. Susi pun keluar dari kamar Andrew sesuai perintah Jovan. Pria itu mengecup kening sang bayi deng
"Honey, apa kamu baik-baik saja? Aku merindukanmu, Mike." Laura mengecupi Mike yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya. "Apa ini perbuatan Leon?" Laura meraba luka-luka di tubuh juga wajah Mike. Mike masih terdiam walau nyatanya begitu senang karena akhirnya bisa lolos dari sekapan Leon. Namun, Mike masih bingung siapa orang yang menyelamatkan Zehra hari itu, karena Leon dan asistennya datang setelah Mike babak belur. "Aku bersumpah akan membuat mereka menyesal sudah membuatmu seperti ini, Mike." "La, aku memang di sekap oleh Leon, tapi bukan Leon yang membuatku seperti ini." Laura menatap Mike dengan kening yang mengerut heran. "Apa maksudmu, Mike?" Mike menarik napasnya, lalu beranjak dari baringannya. "Hari itu ada pria asing memasang topeng menyelamatkan Zehra, dan Leon baru datang setelah aku seperti ini." "Apa?" Laura mencoba berpikir. "Jika bukan Leon, lalu siapa yang menyelamatkan Zehra, Mike?" "Aku juga tidak tahu, tapi sudahlah. Untuk saat ini itu tidak p
"Tidur yang nyenyak, Nak. Daddy ada di sini." Jovan menoleh pada arah jam dinding yang menunjukkan sudah pukul sembilan malam. Jovan mengeluarkan handphonenya. "Ger, tolong kamu selidiki kemana istriku pergi." Jovan pun keluar dari kamar Andrew. "Sus, tolong jaga Andrew dulu. Saya nanti ke sini lagi." "Baik, Tuan." "Bibi juga akan ikut jaga Tuan Andrew, Tuan." Jovan menoleh pada Beti. "Terima kasih, Bi. Apa Bibi tahu kemana Laura pergi?" Jovan menarik napasnya saat Beti menggelengkan kepalanya. "Ya udah, tolong jaga Andrew ya, Bi." Jovan masuk ke ruang kerjanya. Pria itu sudah semakin curiga dengan apa yang dilakukan istrinya akhir-akhir ini. Sikapnya pun semakin membuat Jovan jengah dan tidak peduli pada pria dewasa itu. "Bagaimana, Ger? Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang isteriku?" tanya Jovan pada sambungan teleponnya. "Ok, kirim informasi selengkapnya segera." Jovan mengepalkan tangannya mendengar informasi dari Gerald jika Laura tidak memiliki jadwal pe
Leon mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Zehra. "Ze, Aku sudah lama menunggu momen ini, tidak ada kebahagiaan yang teramat membuatku bahagia selain memilikimu." Leon mengusap wajah Zehra dengan begitu lembut. "Bahkan aku tidak peduli pada statusmu sebelumnya, karena aku terlalu mencintaimu, Ze. Aku menyesal sempat mengabaikanmu, jika saja waktu bisa diputar, aku tidak akan pernah membiarkan mu menderita." Zehra menatap Leon begitu sendu. Antara terharu juga kasihan karena nyatanya Zehra belum bisa memberikan cinta pada pria itu seperti Leon mencintainya. Namun, Zehra memang akan belajar mencintai Leon. "Terima kasih, Le. Terima kasih atas cintamu padaku." Zehra tak ingin memberontak dan membuat Leon kecewa lagi. Zehra mulai rileks dan membiarkan Leon melakukan apapun pada tubuhnya termasuk pada bibirnya. Leon mencoba memulai aksinya dengan lembut pada benda itu. Tak ada penolakan dari sang istri, Leon semakin mendalami apa yang dilakukannya. Zehra memejamkan matanya. Sa
Leon menatap Zehra begitu dalam. "Aku pun berterima kasih padamu, Ze. Karena kamu masih mau menerimaku, padahal aku ini bukan pria baik-baik." Zehra hanya menghela nafasnya. "Di dunia itu tidak ada manusia yang sempurna, Le. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah." Leon mengecup kening Zehra. "Aku sangat beruntung bisa menjadi suamimu. Aku mohon bawa aku ke jalan yang benar." Zehra teringat pada orang tua Leon yang katanya belum bisa datang karena kesibukan mereka. Dan juga karena Zehra dan Leon belum ingin melakukan resepsi. Namun, Zehra khawatir jika nanti orang tua Leon tahu status Zehra sebelumnya. "Le, bagaimana jika Daddy dan Mommy kamu tidak bisa terima statusku?" Leon menatap Zehra sedikit mengerutkan keningnya. "Sudahlah, Ze. Jangan banyak berpikir akan hal itu. Aku sudah mengatakan pada mereka jika aku mencintaimu, jadi mereka pun tidak bisa mencegahku hanya karena statusmu. Lagipula, aku pastikan mereka tidak tahu hubunganmu dengan Om Jovan sebelumnya." Zehra