"Kapan kita akan tahu hasilnya, Ronald?" "Sore ini, Nyonya. Saya sudah minta mereka melakukan tes DNA itu secepatnya." "Tes DNA?" Laura menghentikan langkahnya mendengar percakapan Elvira dengan asistennya. "Tes DNA siapa?" Laura kembali ke kamarnya dengan raut cemas. Jovan yang tengah menggendong sang putra pun terbingung karena Laura terlihat cemas. Walau pun Jovan ingin sekali mengabaikan Laura , nyatanya wanita itu masih istrinya yang masih tanggung jawabnya. "La, ada apa? Kenapa kamu cemas begitu?" "Jo, aku tadi dengar Mommy tengah menunggu hasil tes DNA. Kira-kira DNA siapa ya?" Deg! Jovan pun ikut tegang dan cemas. "Apa Mommy sudah curiga jika Andrew ...." Jovan dan Laura saling tatap. Pria itu sebenarnya ingin sekali mengatakan yang sebenarnya pada Elvira. Hanya saja, Jovan bingung bagaimana nanti dirinya menghadapi sang mommy yang pastinya marah. Sebab, sudah dibohongi oleh mereka. "La, sepertinya Mommy lebih baik tahu dari kita." "Tidak, Honey! Apa apan
"Apa bisa cepat ditemukan orangnya, Jodi?" "Sepertinya kita harus bersabar, Tuan. Orang yang sudah memfitnah Tuan Altan ini bukan orang biasa. Jadi kita harus hati-hati menghadapinya." Leon meraba punggung tangan Zehra. "Tenang, Ze. Kita akan menemukan orang itu." "Iya, Le. Aku tidak akan bisa hidup tenang sebelum orang itu ditemukan." Leon menatap Zehra begitu dalam. "Apa setelah kita menemukan orang itu, kamu mau menikah denganku?" Zehra pun menoleh pada Leon. "Bukankah aku memang sudah bersedia menikah denganmu, Le?" Leon merebahkan tubuhnya di sofa kantornya. "Iya, tapi itu terlalu lama jika aku harus menunggu kamu selesai memberikan ASI-mu pada Andrew." Zehra tersenyum tipis mendengar ucapan Leon. Zehra bingung karena merasa Leon terlalu sempurna untuknya. Zehra merasa dirinya tidaklah pantas mendapatkan Leon yang sudah tampan, baik pula. "Le, kamu yakin mau menikahiku? Kamu harus memikirkan hal itu dengan sangat matang. Aku sudah tidak seperti dulu lagi." Leon menoleh p
"Nyonya, apa maksudmu? Kenapa Anda mendesak Om Jovan seperti itu? Tidak mungkin Om Jovan mencintaiku, karena Om Jovan hanya mencintai Nyonya Laura, bukan begitu, Om?" ujar Zehra yang tidak tahan akan keadaan yang didesak Elvira. Jovan meremas kepalan tangannya karena sahutan Zehra. Elvira langsung memeluk Zehra dan menangisi nasib wanita muda itu. Jelas Zehra bingung karena Zehra belum tahu jika Elvira sudah tahu hubungannya dengan Andrew. "Atas nama puteraku, aku minta maaf, Zehra. Aku minta maaf karena aku tidak bisa menghentikan rencana gila anak dan menantuku." Zehra menoleh pada Jovan dan Laura, lalu menatap Elvira. "Maksudnya, Nyonya?" "Aku sudah tahu siapa kamu untuk Andrew, Zehra," ucap Elvira di telinga Zehra dengan suara pelan. Deg! Tubuh Zehra hampir terjatuh jika saja Leon tidak segera meraihnya. "Ze, kamu baik-baik saja?" Zehra menarik napasnya dalam. "Aku baik-baik saja, Le. Aku hanya terkejut." "Terkejut? Apa yang membuatku terkejut, Ze?" Elvira m
"Jadi Lucky yang sudah memfitnah Daddy Altan?" Jovan meremas kepalan tangannya. "Apa rencana kita selanjutnya, Gio?" Gionino membuka lembaran-lembaran kejahatan yang dilakukan oleh Lucky yang nyatanya adalah saingan bisnis Jovan juga. "Kalau menurut hasil penyelidikan saya, kita bisa langsung membawa kasus ini ke jalur hukum, Tuan. Ini beberapa kejahatannya juga selain korupsi." Amarah Jovan semakin menggebu saat tahu jika ternyata ada beberapa karyawannya juga yang ikut melakukan kejahatan itu bersama Lucky. "Jadi Martin dan Danil pun ikut membantu Lucky memfitnah Daddy Altan?" "Ya, Tuan. Mereka juga sudah banyak melakukan kejahatan seperti dalang penyerangan pada saingan bisnis lainnya dan membawa lari istri orang juga." Kening Jovan mengerut mendengar penuturan akhir Gio. "Membawa lari istri orang?" "Ya, sampai saat ini suaminya masih mencari istrinya yang entah kemana mereka bawa pergi, Tuan. Tapi suaminya itu yakin jika Lucky lah yang membawa istrinya pergi hari itu."
Leon mengendarai mobilnya dengan pikiran gamang. Entah bagaimana dirinya menyikapi ucapan Jovan. Pria itu mengatakan, tidak perlu Zehra tahu jika dirinya lah yang menangkap orang yang sudah memfitnah Altan. Sebab, semua itu tidak ada artinya karena Zehra hanya mencintai Leon. Drtt!! Dering dari handphone Leon menyadarkan pria itu dari pikiran mumetnya. "Jodi? Ya, Jodi." Leon pun segera kembali ke kantor karena Jodi sudah bersiap untuk pergi ke kantor polisi untuk menjadi saksi atas kasus Altan. Bahkan Jovan mengatakan pada Leon, Jovan akan menjamin keselamatan Leon juga Jodi dari anak buah Lucky sampai kasus Altan selesai. Leon memang mencintai Zehra dan ingin sekali jika Zehra menganggapnya pahlawan, tapi sikap Jovan malah membuat Leon harus berpikir keras. "Sakit sekali kepalaku Tuhan ... sepertinya aku ingin segera menikah saja dengan Zehra. Biarin lah apa pun yang dipikirkan pria itu," ujar Leon pada akhirnya yang memang humoris. *** "Nyonya, sepertinya tuan muda sudah
"Lepasin! Kurang ngajar kamu, ya! Aku pastikan kamu akan menyesal karena menyentuh tanganku." Lucky terus berteriak saat polisi membawanya masuk ke sel. "Bang, kenapa ini bisa terjadi?" Lucky menatap Leon dengan tatapan elangnya. Tangannya pun mengepal erat karena Leon berhasil membuatnya masuk penjara. Mike sebagai adik dari Lucky pun tak bisa diam saja. "Bang." "Kamu harus membuatnya menyesal karena membawa aku ke tempat ini, Mike." Mike pun menoleh pada arah Leon. "Dia yang sudah membawa Abang ke sini?" "Ya, aku ingin kamu buat dia menyesal." Mike terus menatap Leon. "Apa dia pria yang Laura bilang?" Mike teringat pada cerita Laura yang katanya anak buah Laura gagal mencelakai Zehra karena seorang pria bernama Leon. "Aku pastikan aku akan membalasnya, Bang. Abang tenang saja." Mike pun menatap pergerakan Leon dan Jodi. Mike terlihat menghubungi seseorang dengan mata yang tidak teralihkan dari Leon. Percakapannya pun begitu serius dengan alasan bicaranya. "Ak
"Siapa kamu?" Zehra meremas jari-jarinya pada jok taksi itu. "Siapa kamu dan kemana kamu mau membawaku?" Akhirnya Mike membuka topinya, lalu menoleh pada Zehra dengan senyum tipisnya. "Hai, aku Mike. Aku ... orang yang akan membawamu ke neraka." Zehra menelan salivanya. "Apa maksudmu?" Mike menaikkan laju mobilnya. "Apa ada ucapan terakhir untuk anak dan pria yang kamu cintai?" Zehra menggelengkan kepalanya. Sebab, selain pria itu ingin membunuhnya, pria itu pun seperti tahu kehidupan Zehra yang sudah memiliki putra. Zehra mencari handphonenya hendak menghubungi Leon, namun, Mike dengan cepat mengambil handphone itu. Prak!! "Kamu pikir aku akan membiarkanmu menghubungi pria brengsek itu, hah? Siapa yang akan kamu hubungi? Leon, atau pria bodoh Jovan? Ha ha." Zehra semakin bingung karena pria itu juga tahu Leon dan Jovan. "Siapa kamu sebenarnya?" Mike menoleh pada Zehra dengan seringai penuh ejekan. "Sebenarnya aku tidak ingin mengatakan siapa aku. Tapi aku pikir
Blugh! Mike melemparkan Zehra ke kamar kosong yang jauh dari warga. "Sayang lah jika dibuang begitu saja. Barang bagus ini." Mike menatap wajah Zehra yang sudah pingsan akibat obat bius yang diberikannya pada wanita itu. Karena Zehra tidak berhenti memberontak, akhirnya Mike memutuskan untuk memberikan obat bius pada Zehra. Alhasil, Zehra pun tak bisa lagi berbuat apa-apa selain menunggu pertolongan. Mike mulai membuka bajunya dengan tatapan masih tertuju pada Zehra. "Huh, tak sabar rasanya." Mike pun menghirup aroma dari tubuh Zehra. "Ah, wanginya begitu menggoda," ucap pria itu lagi dengan seringai kelaparan, lalu mulai meraba-raba bagian tubuh Zehra yang lain. Tiba di depan wajah Zehra, Mike tersenyum lebar dan hendak menempelkan bibirnya pada wajah Zehra, namun, sepasang tangan kekar menariknya lalu memukul Mike dengan membabi-buta. "Kurang ngajar!" Pria bertubuh tinggi besar dan kekar itu terus memukul Mike hingga pria itu babak belur karena Mike tidak sempat me