Share

Bab 270

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-27 19:23:02

Pesta itu sedikit tertunda karena Bisma protes keras saat wajah sang mama ditemploki berbagai make up.

Dalam kesehariannya memang Alisya tidak pernah menggunakan make up berlebih, bahkan cenderung natural, pantas saja Bisma menjadi takut melihat muka ibunya sendiri yang kata beberapa orang yang sudah melihatnya sangat ‘mangglingi’ meski dia sudah punya anak.

“Bisa sama kakek saja, yuk kita lihat mobil,” kata sang ayah mertua saat sang istri menyerah tak bisa memisahkan ibu dan anak itu.

“Maama! Mama!” hanya itu kata yang diucapkan Bisma sambil memukuli sang Mua, seolah wanita itu sangat jahat sehingga membuat wajah sang mama berubah bentuk.

Sedangkan Pandu yang seharusnya bisa membantu menenangkan Bisma, masih harus berganti pakaian di kamar lain dan belum diijinkan untuk bertemu Alisya.

“Bisma mau naik mobil sama kakek ke tempat papa. Yuk kita naik mobil, biar mama jadi cantik ya Bisma tunggu dulu,” bujuk sang kakek dengan lembut. <
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
ReNny Ne Vino
semangat tbor terima kasih
goodnovel comment avatar
Selvie Alia
lanjuttt thorrr...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 271

    “Awas kamu, mas. Ini pasti ada hubungannya sama kamu kan. Pokoknya aku minta penjelasan sedetail mungkin,” bisik Alisya yang masih menatap Pram dan bulek Par yang sedang ngobrol ringan sebelum tamu datang. Kalau Alisya pikir-pikir, Pram memang punya bakat alami untuk menjadi playboy, bahkan dengan hanya berdiri diam saja laki-laki itu sudah menarik perhatian wanita, bukan hanya yang seumuran saja yang tertarik bahkan ibu-ibu paruh baya yang cocok menjadi ibu Pram saja matanya masih bersinar seperti gadis remaja saat Pram menggodanya. Pantas saja suaminya sering cemburu pada Pram, laki-laki itu memang sangat menarik. “Nanti dijelaskan, tapi matanya jangan menatap ke sana terus, di sini yang sudah halal dan boleh dipandangi sampai puas, lebih dari itu juga boleh,” bisik Pandu balik dengan sebal. Tangannya bergerak meraih kedua sisi kepala sang istri dan menghadapkan padanya. Alisya tertawa. “Cuma sekedar melihat saja, ternyata Pram memang ganteng cocok untuk pajangan,” katanya sa

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-28
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 272

    Berstrategi adalah keahliannya. Dia sudah melakukan banyak hal untuk mencapai tujuannya dan tidak pernah gagal. Akan tetapi kenapa? kali ini kegagalan itu datang. Bahkan kegagalan itu bukan hanya pada dirinya sebagai seorang hakim dan praktisi hukum, tapi juga sebagai seorang ayah dan juga kepala keluarga. Dia merasa gagal dan dia tidak bisa menerima itu begitu saja. “Pemberitaan di luar semakin liar, Pak. Ini pasti ulah keluarga Wardhana yang ingin menghancurkan reputasi nona,” kata laki-laki yang lebih muda yang sejak tadi sibuk dengan gawainya. Laki-laki itu tak bisa terima, putri yang dia besarkan dengan tangan dinginnya berakhir meninggal dalam keadaan terhina, lebih parahnya lagi dia juga dijadikan tersangka dalam kasus penusukan pewaris Wardhana itu, dan juga tersangka atas kecelakaan tunggal yang dia alami. Judul Artikel 'Pelakor gagal lalu bunuh diri' terpampang jelas di berita lokal hari ini, nama besar yang dia bangun dengan susah payah juga ikut terseret. Laki-

    Terakhir Diperbarui : 2025-03-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 1

    “Hari ini aku harus menemui dokter.” Alisya menatap suaminya, Pandu Wardana menghentikan makannya dan menatap wanita itu datar. “Aku harus bekerja.” Tentu saja apa yang bisa Alisya harapkan Pandu mengantarnya ke dokter? Dia pasti sudah gila. Pernikahan mereka bukan pernikahan atas dasar cinta pada umumnya. Alisya memang mencintai Pandu, bahkan sangat mengagumi laki-laki itu, mereka dulu adalah rekan kerja yang kompak hingga petaka itu terjadi. Alisya yang waktu itu sedang bingung kemana harus mencari uang untuk pengobatan ibunya, menyebrang jalan begitu saja. Ia tak melihat kendaraan yang dikemudikan Pandu dengan kencang. Kecelakaan itu membuatnya harus duduk di kursi roda karena kakinya sama sekali tak mampu menompang tubuhnya. Berhari-hari Alisya menyesali kecerobohannya, apalagi tak lagi punya uang untuk pengobatan ibunya. Di saat itulah kedatangan Pandu dan ayahnya seperti secercah harapan untuknya. Mungkin Tuhan memang mengujinya dengan kaki yang lumpuh. Tapi diba

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 2

    “Ini Sekar kekasihku.” Dari sekian banyak wanita yang bisa menjadi pacar suaminya kenapa harus wanita ini. tidak cukupkah luka yang wanita ini torehkan pada keluarganya dulu? Alisya tak mungkin salah mengenali orang, meski penampilannya sudah dipoles sana sini sedemikian rupa, tapi senyum dan wajah lembut penuh tipu muslihat itu tak akan pernah dia lupakan. Dan sepertinya Sekar menyadari siapa dirinya tapi seperti yang sudah Alisya kenal bertahun-tahun yang lalu, Sekar adalah orang sangat pandai menjaga raut wajahnya, dan itu yang membuatnya berbahaya. Alisya tahu ini sudah sangat terlambat, tapi bertemu dengan wanita ini membuatnya bukan hanya merasakan rasa sakit tapi juga amarah.“Halo Alisya.” Alisya masih menggenggam tangannya kuat berusaha menguasai dirinya saat wanita itu berjalan mendekatinya dan mengulurkan tangan dengan senyum terkembang. “Halo, kamu pasti sudah tahu siapa aku, meskipun itu tak menyurutkan langkahmu untuk memilki suamiku.” Alisya sendiri terkejut

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 3

    “Beraninya kamu menyakiti kekasihku.” Pandu menatap Alisya dengan dingin.Laki-laki itu langsung meraih Sekar dalam pelukannya dan memeriksa pipi dan juga semua bagian tubuh dengan sangat khawatir, membuat Alisya hanya bisa menggigit bibirnya getir. Ada rasa takut dalam hatinya karena tak pernah melihat Pandu semarah itu.Alisya memang dibesarkan dengan kesederhanaan oleh kedua orang tuanya bahkan setelah ayahnya meninggal mereka bisa dikatakan kekurangan tapi tak pernah ada perlakukan kasar dan bentakan meski mereka mendidknya dengan sangat keras tapi saat dia menikah kata-kata kasar penuh hinaan itu sudah menjadi makanannya sehari-hari. Bukan hanya dari Pandu suaminya tapi juga dari keluarga laki-laki itu bahkan para pelayan yang bekerja di rumah ini. Biasanya Alisya hanya diam saja dan hanya menunduk kemudian pergi dari sana, menganggap itu adalah bagian dari resiko. Akan tetapi kali ini dia tak bisa terima Sekar telah menghina ibunya. Dia tidak pernah memiliki hutang budi pada

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 4

    Wajah pucat dan mata sembab.Itulah yang dilihat Alisya dari sosok dalam pantulan cermin. Dia ingin tetap di dalam kamar dan tidak usah menghadiri pesta itu, tapi dia tidak bisa mengabaikan ancaman Pandu. Alisya tak menyangka bahwa banyak orang yang hadir untuk menghadiri pesta ulang tahunnya, tapi dia bahkan tak tahu siapa saja yang diundang. Dia memang pemeran utama dalam pesta ini tapi dia merasa seperti tamu yang tak diundang, begitu menyedihkan.Tentu saja ini pesta untuk Sekar, wanita yang dicintai Pandu.Alisya mengedarkan pandangannya tak terlihat Pandu atau keluarganya dimanapun. Bahkan Sekar juga tak ada diantara tamu yang tak semua Alisya kenal. “Aku tidak tahu apa yang membuatmu betah duduk di kursi menyedihkan itu?” Alisya yang semula sibuk mengedarkan pandangan mencari keberadaan Pandu langsung menoleh dan menemukan laki-laki yang menatap sinis padanya. Pramudya Setiaji, sahabat Alisya, mereka sudah mengenal sejak SMA, ayah Pram adalah salah satu rekan bisnis ayah

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 5

    Alisya bukan batu dia manusia yang memiliki perasaan. Dia juga seorang istri yang sama sekali tidak diharapkan dan diperlakukan begitu kejam. “Aku akan memberikan perawatan terbaik untuk ibumu setelah kamu melakukan ini.” Alisya menelan kembali tangisnya. Ibunya... benar wanita yang sangat dia sayangi itu saat ini sedang berjuang melawan penyakit yang menggerogotinya. Alisya tak akan sanggup bila harus kehilangan wanita itu. Ayahnya sudah berpulang terlebih dahulu dengan cara yang tak sanggup lagi dia ingat, dan sekarang ibunya adalah satu-satunya hal berharga yang dia miliki di dunia ini. Selama ini orang tuanya sudah membesarkannya dengan sangat baik meski dalam keterbatasan. Jika nyawa itunya bisa dipertahannya dengan rasa sakit hatinya... Alisya ikhlas menerimannya. “Aku mengerti terima kasih, mas. Aku sangat berharap ibuku akan segera sembuh.” Alisya tersenyum meski hatinya sangat pedih, sejenak dia menatap wajah rupawan Pandu yang sangat dia kagumi, untuk terakhir kalinya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-23
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 6

    “Biar aku bantu.” Alisya langsung mendongak, saat melihat siapa yang bicara dia tak bisa lagi menyembunyikan air matanya. Di saat semua orang sedang memperhatikan Sekar dan Pandu di sana, diam-diam Alisya menyingkir. Perannya sudah selesai dan waktunya dia turun panggung. Akan tetapi panggung ini tentu saja tidak didesain untuknya, wanita cacat yang harus menggunakan kursi roda, sebuah bukti nyata lagi bahwa semua ini memang bukan untuknya. Dan Alisya tentu saja kesulitan untuk turun sendiri.“Aku tahu kamu memang bodoh tapi tidak aku sangka kamu sebodoh ini,” komentar laki-laki itu lagi.Mulut Alisya  langsung terkunci, itu kenyataan yang memang tak bisa dia sangkal. Senyum getir menghiasi bibirnya.Meski terlihat luar biasa kesal tapi perlahan laki-laki itu membantu Alisya menurunkan kursi rodanya dari atas panggung dengan hati-hati. Saat telah ada di bawah panggung Alisya menoleh sejenak pada Pandu dan Sekar yang masih tamp

    Terakhir Diperbarui : 2024-09-05

Bab terbaru

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 272

    Berstrategi adalah keahliannya. Dia sudah melakukan banyak hal untuk mencapai tujuannya dan tidak pernah gagal. Akan tetapi kenapa? kali ini kegagalan itu datang. Bahkan kegagalan itu bukan hanya pada dirinya sebagai seorang hakim dan praktisi hukum, tapi juga sebagai seorang ayah dan juga kepala keluarga. Dia merasa gagal dan dia tidak bisa menerima itu begitu saja. “Pemberitaan di luar semakin liar, Pak. Ini pasti ulah keluarga Wardhana yang ingin menghancurkan reputasi nona,” kata laki-laki yang lebih muda yang sejak tadi sibuk dengan gawainya. Laki-laki itu tak bisa terima, putri yang dia besarkan dengan tangan dinginnya berakhir meninggal dalam keadaan terhina, lebih parahnya lagi dia juga dijadikan tersangka dalam kasus penusukan pewaris Wardhana itu, dan juga tersangka atas kecelakaan tunggal yang dia alami. Judul Artikel 'Pelakor gagal lalu bunuh diri' terpampang jelas di berita lokal hari ini, nama besar yang dia bangun dengan susah payah juga ikut terseret. Laki-

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 271

    “Awas kamu, mas. Ini pasti ada hubungannya sama kamu kan. Pokoknya aku minta penjelasan sedetail mungkin,” bisik Alisya yang masih menatap Pram dan bulek Par yang sedang ngobrol ringan sebelum tamu datang. Kalau Alisya pikir-pikir, Pram memang punya bakat alami untuk menjadi playboy, bahkan dengan hanya berdiri diam saja laki-laki itu sudah menarik perhatian wanita, bukan hanya yang seumuran saja yang tertarik bahkan ibu-ibu paruh baya yang cocok menjadi ibu Pram saja matanya masih bersinar seperti gadis remaja saat Pram menggodanya. Pantas saja suaminya sering cemburu pada Pram, laki-laki itu memang sangat menarik. “Nanti dijelaskan, tapi matanya jangan menatap ke sana terus, di sini yang sudah halal dan boleh dipandangi sampai puas, lebih dari itu juga boleh,” bisik Pandu balik dengan sebal. Tangannya bergerak meraih kedua sisi kepala sang istri dan menghadapkan padanya. Alisya tertawa. “Cuma sekedar melihat saja, ternyata Pram memang ganteng cocok untuk pajangan,” katanya sa

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 270

    Pesta itu sedikit tertunda karena Bisma protes keras saat wajah sang mama ditemploki berbagai make up. Dalam kesehariannya memang Alisya tidak pernah menggunakan make up berlebih, bahkan cenderung natural, pantas saja Bisma menjadi takut melihat muka ibunya sendiri yang kata beberapa orang yang sudah melihatnya sangat ‘mangglingi’ meski dia sudah punya anak. “Bisa sama kakek saja, yuk kita lihat mobil,” kata sang ayah mertua saat sang istri menyerah tak bisa memisahkan ibu dan anak itu. “Maama! Mama!” hanya itu kata yang diucapkan Bisma sambil memukuli sang Mua, seolah wanita itu sangat jahat sehingga membuat wajah sang mama berubah bentuk. Sedangkan Pandu yang seharusnya bisa membantu menenangkan Bisma, masih harus berganti pakaian di kamar lain dan belum diijinkan untuk bertemu Alisya. “Bisma mau naik mobil sama kakek ke tempat papa. Yuk kita naik mobil, biar mama jadi cantik ya Bisma tunggu dulu,” bujuk sang kakek dengan lembut. 

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 269

    Pandu tidak pernah menduga kalau diusianya yang sudah memasuki kepala tiga ini masih mengalami kegugupan saat akan bertemu dengan seorang wanita, apalagi wanita itu sudah beberapa bulan ini menjadi istrinya. Dia bahkan berkali-kali mengecek penampilannya. Apa warna bajunya sudah serasi, apa ada yang kusut atau dasinya miring?Hal yang sangat konyol tentu saja karena wanita yang akan dia temui sebentar lagi adalah pelaku yang mendadaninya setiap hari, dan tentu saja lebih tahu baju apa yang cocok dia pakai.“Astaga aku kayak remaja baru pertama kali jatuh cinta saja,” katanya gemas pada dirinya sendiri. Meski berkata begitu nyatanya tak mengurangi kegugupannya. Saat dia melewati toko bunga, Pandu berpikir untuk mampir membeli bunga, dulu Sekar sekali menerima bunga darinya tapi dia segera menepis pemikiran itu. “Alisya tak suka bunga, aku ras coklat yang tadi sudah cukup,” gumamnya yang kembali melajukan mobilnya menuju tempat sang istri bekerja. Satu jam yang lalu dia sudah mengir

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 268

    Pagi ini Alisya tidak menyiapkan baju kerja untuk Pandu seperti biasa. Bodoh amat jika suaminya mengatakan dia pendendam dan kekanak-kanakan. Dia sakit hati banget dituduh hal yang sama berulang kali, mulut Alisya sampai berbusa mengatakan sejak awal pada Pandu kalau dia sama sekali tidak ada hubungan apapun dengan Pram, tapi suaminya itu seolah tuli dan hanya mau mendengarkan asumsinya sendiri. “Mbak Alisya kok sudah di kamar Bisma?” tanya Rani yang pagi ini masuk ke kamar Bisma dan bersiap memandikan anak itu. “Aku kira kamu masih tidur tadi, Ran,” kata Alisya mengalihkan pembicaraan. Gadis itu menoleh pada jam dinding di sana, seingatnya dia tidak telat datang, memang sih semalam ibunya minta dipijit sebentar dan pagi ini minta dibuatkan bubur untuk sarapan, tapi... “Maaf, mbak. Tadi ibu minta buatkan bubur dulu.” “Ibumu kenapa, Ran?” tanya Alisya langsung khawatir. “Ibu nggak apa-apa, mbak hanya capek katanya di sini malah jarang bekerja,” kata Rani sambil meringis

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 267

    “Aku tidak tahu apa yang terjadi tapi kalau mas terus seperti ini bukan aku yang rugi,” kata Alisya melihat sang suami lagi-lagi mengabaikannya.Pandu terdia, Alisya sepenuhnya benar. Dia kelaparan dan makan buah dan minum susu seperti Bisma tidak akan membuatnya kenyang.“Jadi bagaimana? mas mau aku buatkan nasi goreng atau lauk sayur lodeh sisa makan malam tadi?” tawar sang istri lagi.Tentu saja dalam keadaan normal Pandu akan langsung bilang untuk membuatkan nasi goreng saja, di samping nasi goreng buatan sang istri terkenal lezat, juga cocok di makan malam hari seperti ini, tapi sepertinya gengsi mengalahkan logikanya.“Sayur sisa tadi saja, di mana kamu menaruhnya?’ tanya Pandu tanpa senyum.“Yakin? Aku bisa buat nasi goreng cepat lho mas tidak perlu nunggu lama kok,” tawar Alisya lagi.Demi Tuhan kenapa istrinya ini tidak menunjukkan saja dimana dia meletakkan makanan itu saja, kenapa malah menggodanya seperti ini...“Aku ingin makan sayur tadi malam saja,” kata Pandu kukuh.Di

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 266

    Alisya tak tahu apa kesalahannya sampai sang suami mengabaikannya. Padahal tadi pagi mereka masih baik-baik saja. “Mas mau langsung makan atau mandi dulu?” tanya Alisya berusaha bersikap seperti biasa meski Pandu jelas-jelas menolak air minum yang sengaja dia siapkan, malah laki-laki itu berjalan ke dapur dan mengambil lagi. Dia memperlakukan Alisya seolah mahluk tak kasat mata.Kesal. Bingung. Marah. Sudah pasti tapi dia bukan lagi gadis remaja yang mudah marah dan mengamuk untuk sesuatu yang belum jelas ujung pangkalnya. Pandu tak menjawab dia langsung ngeloyor pergi ke kamar mereka dan segera mandi. Alisya menghela napas berusaha memupuk rasa sabar, suaminya mungkin saja sedang ada masalah dan capek pasti, apalagi dari informasi Nadia, sekretaris suaminya. Pandu terlihat bengong saja dari tadi sambil menatap keluar jendela ruangannya. Alisya tahu selama kita hidup di dunia masalah akan terus menghampiri kita, tergantung dengan kesanggupan kita, dia percaya Tuhan tidak aka

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 265

    “Urusi saja urusanmu jangan suka mencampuri urusan orang lain,” geram Pandu. Di ruang rapat dengan meja yang cukup menampung sepulu orang ini mereka duduk berhadapan, meski meja yang membatasi keduanya cukup lebar tapi Pandu tetap bisa mengamati wajah laki-laki di depannya ini dengan seksama, tidak ada nada bercanda dalam suara Pram kendati kalimatnya barusan diucapkan dengan santai. “Alisya  bukan orang lain bagiku,” jawab Pram dengan pandangan langsung menusuk bola mata Pandu. Amarah Pandu langsung naik, meski begitu sebagai orang yang sejak kecil dididik untuk memiliki pengendalian diri, Pandu tentu tidak langsung gegabah dengan memukul wajah laki-laki di depannya ini. Sebagai gantinya Pandu menggenggam tangannya dengan erat, sampai terasa perih di sana. “Kamu mencintai istriku?” tanya Pandu dengan suara mendesis.Dia tahu apapun jawaban Pram pasti berpotensi untuk membangkitkan amarahnya, dia tidak buta untuk melihat kasih sayang

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 264

    “Ngomong-ngomong bulek Par sudah diberitahu bukan kalau beliau akan mendampingi kamu di pelaminan, kalau bisa beliau membawa saudara atau siapa yang akan menemaninya,” kata Pandu begitu mereka dalam perjalanan pulang ke rumah. Tentu saja Alisya belum berpikir ke sana, acara ini kesannya memang mendadak jadi dia belum sempat mengatakan pada bulek Par yang kemarin baru saja kembali ke desa setelah mengunjunginya. Memang sih pada dekorasi yang dia pilih tadi ada tempat untuk orang tua kedua belah pihak, tapi karena dia yatim piatu dan mirisnya lagi sebatang kara tanpa sanak saudara jadi dia tidak tahu  harus memajang siapa di sampingnya, memang ada bulek Par yang sudah dia anggap sebagai pengganti ibunya sendiri, tapi acara itu pasti lama dan melelahkan, dia tidak mau bulek jatuh sakit. “Apa menurut, mas, tidak akan merepotkan bulek, acara itu pasti sangat melelahkan.” “Bulek pasti seneng, mbak kalau bisa dampingi mbak Alisya, dulu saat nikahan a

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status