Share

Bab 271

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-02-28 18:53:33

“Awas kamu, mas. Ini pasti ada hubungannya sama kamu kan. Pokoknya aku minta penjelasan sedetail mungkin,” bisik Alisya yang masih menatap Pram dan bulek Par yang sedang ngobrol ringan sebelum tamu datang.

Kalau Alisya pikir-pikir, Pram memang punya bakat alami untuk menjadi playboy, bahkan dengan hanya berdiri diam saja laki-laki itu sudah menarik perhatian wanita, bukan hanya yang seumuran saja yang tertarik bahkan ibu-ibu paruh baya yang cocok menjadi ibu Pram saja matanya masih bersinar seperti gadis remaja saat Pram menggodanya.

Pantas saja suaminya sering cemburu pada Pram, laki-laki itu memang sangat menarik.

“Nanti dijelaskan, tapi matanya jangan menatap ke sana terus, di sini yang sudah halal dan boleh dipandangi sampai puas, lebih dari itu juga boleh,” bisik Pandu balik dengan sebal.

Tangannya bergerak meraih kedua sisi kepala sang istri dan menghadapkan padanya.

Alisya tertawa. “Cuma sekedar melihat saja, ternyata Pram memang ganteng cocok untuk pajangan,” katanya sa
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (6)
goodnovel comment avatar
Gessa Nastria Nasim
selamat berbuka puasa kakaa.
goodnovel comment avatar
Gessa Nastria Nasim
duhh.. horor bgt ini ceritanya.. pastinya keluarga silvia dan agnes itu yang ga terima acara resepsi pandu allisya
goodnovel comment avatar
Dela Inces
nunggu kelanjutannya thor ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 272

    Berstrategi adalah keahliannya. Dia sudah melakukan banyak hal untuk mencapai tujuannya dan tidak pernah gagal. Akan tetapi kenapa? kali ini kegagalan itu datang. Bahkan kegagalan itu bukan hanya pada dirinya sebagai seorang hakim dan praktisi hukum, tapi juga sebagai seorang ayah dan juga kepala keluarga. Dia merasa gagal dan dia tidak bisa menerima itu begitu saja. “Pemberitaan di luar semakin liar, Pak. Ini pasti ulah keluarga Wardhana yang ingin menghancurkan reputasi nona,” kata laki-laki yang lebih muda yang sejak tadi sibuk dengan gawainya. Laki-laki itu tak bisa terima, putri yang dia besarkan dengan tangan dinginnya berakhir meninggal dalam keadaan terhina, lebih parahnya lagi dia juga dijadikan tersangka dalam kasus penusukan pewaris Wardhana itu, dan juga tersangka atas kecelakaan tunggal yang dia alami. Judul Artikel 'Pelakor gagal lalu bunuh diri' terpampang jelas di berita lokal hari ini, nama besar yang dia bangun dengan susah payah juga ikut terseret. Laki-

    Last Updated : 2025-03-01
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 273

    Alisya terlihat sangat lelah dalam tidurnya. Pandu menatap mahluk cantik yang sedang bergelung nyaman sambil memeluk guling itu.Baginya Alisya selalu indah dan dirinya sama sekali tak bosan untuk melihat ini setiap hari. Setelah sholat subuh tadi istri cantiknya itu kembali tidur. Bukan Alisya sekali memang, tapi acara mereka kemarin memang melelahkan, belum lagi drama yang terjadi setelahnya. Badannya saja terasa akan rontok semua, meski begitu Pandu senang, acara itu berjalan dengan baik. Yah... Meski mereka tidak sempat berfoto bersama Bisma yang keburu diamankan Pramudya, tapi apalah arti sebuah foto jika bandingannya adalah keselamatan sang anak. "Mas, sudah bangun? Jam berapa sekarang?"Pandu tersenyum dan mengelus puncak kepala sang istri. "Tidur saja lagi kalau masih ngantuk," ujarnya. Mata Alisya memang masih berat untuk dibuka, kantuk ini seakan tak mau meninggalkan dirinya. Alisya menoleh dan matanya membelalak begitu sadar kalau hari sudah mulai terang, dia menengo

    Last Updated : 2025-03-03
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 274

    ‘Ini tidak adil kenapa papa selalu pilih kasih!” Kalimat penuh kemurkaan itu menggelegar memenuhi serambi samping rumah tempat berkumpul beberapa laki-laki yang sedang bicara sambil menikmati secangkir kopi dan berbagai suguhan tradisional kesukaan sang tuan rumah. Pagi ini memang terasa indah sampai suara yang sama sekali tak enak didengar itu memekakkan telinga. “Apa maksudmu, Nes? Duduklah kenapa tiba-tiba marah,” kata Laki-laki tua yang dipanggil papa itu dengan tenang. Agnes Wardhana menatap ayah serta semua saudaranya yang berkumpul dengan pandangan tajam. Dia anak sulung dari empat bersaudara. Dua saudara laki-lakinya hari ini berkumpul di sini, tentu saja minus adik perempuannya yang memang tinggal di luar negeri ikut suaminya. Panji Wardhana si nomer dua yang mewarisi kerajaan bisnis keluarganya dan telah membawa perusahaan keluarga lebih maju dari sebelumnya, juga Agung Wardhana yang memilih menjadi salah satu dosen di perguruan tinggi bergengsi di sini, bahkan kab

    Last Updated : 2025-03-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 275

    Bagaimana kedua orang yang tampak sangat sehat itu kompak masuk rumah sakit dalam waktu yang bersamaan secara mendadak pula. “Mas, berhenti di depan, biar aku saja yang nyetir tangan mas gemeteran,” kata Alisya khawatir. Skill mengemudinya memang masih sangat jauh di bawah Pandu, tapi dengan tangan gemetar dan terburu-buru seperti ini sama saja dengan bunuh diri kalau tetap Pandu yang menyetir belum lagi jalanan pagi ini yang cukup padat. Pandu menurut dan meminggirkan mobilnya, dia meremas kemudi dengan erat dan menghela napas berkali-kali, Alisya tahu sang suami berusaha keras untuk menenangkan diri. Tangan Alisya terulur untuk mengelus bahu sang suami  lembut. “Mas tenanglah semua pasti baik-baik saja, katanya. “Aku punya firasat buruk, Al. papa dan opa sangat sehat, kenapa bisa mereka masuk rumah sakit secara bersamaan.” Alisya tahu tentu saja, dia juga menyadari ada yang aneh dengan semua ini, papa mertuanya bahkan san

    Last Updated : 2025-03-04
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 276

    “Pa, ini sudah keterlaluan dan tidak bisa dibiarkan. Kita harus melakukan sesuatu.” Ruangan besar itu langsung sunyi seketika, bahkan Alisya pun berusaha menghela napas sepelan mungkin. Sejujurnya Alisya setuju dengan pemikiran suaminya yang salah harus dihukum untuk memberikan efek jera, tapi yang membuat wanita itu tak setuju adalah Pandu melakukan itu bukan hanya karena kejadian sekarang saja tapi karena masa lalunya yang begitu kelam. Anak sulung tukang cari perkara, begitulah julukan yang pantas untuk si tante menurut Alisya. Tapi orang-orang ini tentu saja punya pertimbangan lain untuk tidak melakukannya, bagaimanapun darah lebih kental dari pada air. “Tentu saja kita akan melakukan sesuatu, tapi kita tidak bisa mengekspos masalah ini, kamu tahu dengan pasti itu.” Alisya menatap ayah mertuanya yang terlihat begitu lelah. Tentu saja dia sebagai kepala keluarga ini sekarang di saat sang ayah dinyatakan koma, dan belum d

    Last Updated : 2025-03-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 277

    Ini bukan rencananya. Tidak! Bagaimanapun kecewanya dia pada sang ayah dia tidak pernah ingin menyakiti laki-laki tua itu. Tapi kejadian tadi hanya kecelakaan dia tidak bersalah, sang ayah terlalu pilih kasih bahkan rela mengorbankan nyawa untuk anak kesayangannya itu. “Dia tidak bersalah! Dia tidak bersalah! Panji yang salah, adiknya itu sudah memprovokasinya. Dia tidak bersalah!”Kalimat itu berusaha dia dengungkan seperti mantra sepanjang jalan, dengan seluruh tubuh gemetar hebat. Sekarang harus bagaimana? kepada siapa lagi dia harus minta bantuan? Dia tidak sudi diremehkan seperti ini. Ponselnya berbunyi dan dengan satu tangannya Agnes Wardhana meraih benda itu, dari seseorang yang dia tunggu-tunggu kabarnya. “Kami sudah berusaha keras tapi berita tentang nyonya sudah direpost banyak akun jadi kami kesulitan mengendalikannya.” Laporan yang sangat tidak diharapkan lagi dan lagi terjadi. “Bodoh! Apa saja kerja kalian bukankah aku sudah membayar mahal kalian!” teriaknya kesal.

    Last Updated : 2025-03-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 278

    Bisma memeluk sang mama erat seolah mereka tidak bertemu selama bertahun-tahun. “Mama kangen sama Bisma,” kata Alisya sambil menciumi pipi montok putranya. Alisya suka sekali dengan wangi tubuh Bisma, wangi tubuh bayi yang khas dan membuatnya tahu kalau dia tidak sendirian di dunia ini, dia punya mahluk kecil darah dagingnya yang harus dia lindungi sekejam apapun dunia tempat mereka berpijak. Anak itu tertawa senang dan balas menciumi wajah mamanya, lalu pandangannya jatuh pada sang ayah yang menatap keduanya dengan senyum di bibir. Anak itu melepaskan pelukan sang ibu dan menatap sang ayah lalu mengulurkan kedua tangannya minta digendong. “Bisma kok gitu sih, mama kan masih kangen,” rajuk Alisya.Seperti tahu kalau sang ibu merajuk, Bisma langsung memeluk ibunya erat dan menciuminya lagi tapi setelah itu menadahkan tangan pada sang ayah lagi membuat laki-laki itu tertawa berderai. “Dia sudah pandai merayu wanita t

    Last Updated : 2025-03-05
  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 279

    Pandu bahkan tidak pulang semalaman, bahkan sampai Alisya sudah rapi siap berangkat kerja, membuatnya dilema antara harus berangkat kerja atau mengambil cuti lagi. “Mbak Alisya tidak ngantor hari ini?” tanya Rani begitu masuk ke dalam rumah utama mendapati Alisya masih dengan baju rumahannya.  Gadis itu memang sudah mandi dan berpakaian rapi seperti biasa siap untuk mengasuh Bisma, tapi belum menyiapkan keperluan Bisma dalam tas besar yang selalu dia bawa. Ini memang masih pertengahan bulan dan pekerjaan Alisya tidak terlalu banyak, sebelum cuti dia sudah menyelesaikan semua pekerjaannya sampai minggu depan, dengan catatan tidak ada event dadakan yang akan mereka kerjakan. Sebenarnya baik pimpinan hotel tempatnya bekerja atau bahkan Sasti yang menjadi pimpinan tertinggi tidak masalah jika Alisya tidak masuk hari ini, dia sudah bukan lagi level pekerja yang gajinya dihitung berdasarkan kehadiarannya. Dia seorang profesional dan tentu dia tahu d

    Last Updated : 2025-03-05

Latest chapter

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 317

    "Sakit ya. Maaf biar aku obati tanganmu." Laras menarik tangannya. "Apa sih maksudmu?" "Nggak ada maksud apa-apa, kita pulang dulu." "Untunglah mbak Laras ketemu." Laras yang berjalan di samping Pram hanya bisa tersenyum tak enak hati, apalagi saat Pram menyahut. "Iya, Pak. Istri satu-satunya lagi, kalau ilang kemana lagi saya mau nyari." "Mas Pram bisa saja. Tapi mbak Laras baik-baik saja kan? apa orang tadi menyakiti mbak? maaf saya tidak banyak membantu?" Laras langsung menghentikan langkahnya dan menatap sang satpam yang terlihat sangat menyesal dengan apa yang terjadi padanya tadi. Apa yang akan satpam ini pikirkan kalau sebenarnya laki-laki kasar tadi adalah ayah kandungnya? "Mbak Laras?" tanya sang satpam lagi membuat Laras langsung sadar kalau dia tengah melamun. "Dia baik-baik saja, Pak. Kami kenal baik orang tadi kok," kata Pram sopan dan manis seperti biasa. "Oh begitu syukurlah. Maaf kalau saya salah sangka." Pram langsung merangkul bahu Alisya setelah berbasa-

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 316

    "Wah ternyata di sini kamu tinggal, bagus sekali." Selama lima bulan menikah dengan Pram, Laras akui hidupnya sangat tenang. Dia tidak perlu khawatir pada ibunya, karena wanita yang telah melahirkannya itu sekarang pulang ke rumah kakek neneknya dan hidup bersama bibinya yang juga seorang janda. Dalam satu minggu Laras biasa menghubungi ibunya dua tiga kali dan mendengar suara wanita itu yang bersemangat dan raut wajah ceria menceritakan kehidupan sehari-harinya membuat Laras ikut bahagia.Mungkin seharusnya Laras dulu tidak menutupi perselingkuhan ayahnya, jadi mata ibunya akan lebih cepat terbuka, tapi dia tidak bisa terus menyesal yang penting sekarang semua sudah lebih baik.Pun dengan ayahnya yang tak lagi mengusiknya, mungkin uang dua milyar itu berhasil membuatnya hidup nyaman dan tak mengusiknya lagi. Awalnya...Saat pulang kerja tadi tiba-tiba sang ayah menghadangnya di depan gedung apartemen yang dia tempati. "Apa yang ayah lakukan di sini?" Jujur saja Laras malu dengan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 315

    Bagi Pram, Laras merupakan istri yang sangat ideal untuknya. Dan dia tentu saja tak berminat menjadikan pernikahannya hanya pernikahan kontrak saja seperti yang sering Laras bilang. Bagi Pram yang sangat mengagumi pernikahan orang tua Alisya tentu dia tidak akan mempermainkan sebuah pernikahan seperti ayahnya yang hobi kawin cerai. Meski tidak dia pungkiri kalau dia dulu sering gonta- ganti pacar. "Saya suka dengan kue besar bentuk mawar ini, mbak. Apa bisa saya ambil hari jum'at besok?" tanya Pram sambil mengamati contoh kue dengan senyum yang terkembang sempurna, membuat si mbak pelayan toko melongo melihat mahluk indah di depannya ini. "Mbak?" tanya Pram lagi karena tak ada jawaban. "Eh... I-iya, Pak baik bisa." "Bagus. Saya akan menjemput kuenya jam delapan malam." Pram keluar dari toko kue itu dengan wajah cerah, hari jumat adalah hari ulang tahun Laras, dia sudah memperhatikan sang istri selama beberapa bulan mereka hidup bersama dan dari sana dia tahu kalau sang istri s

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 314

    "Mau kemana lagi setelah ini?" Pram menoleh pada Laras disampingnya, mereka harus mengakhiri pertemuannya dengan Alisya karena wanita itu harus menjemput putranya dari sekolah. "Tidak ada, kita pulang saja," kata Laras malas. Jawaban Pram tadi sungguh membuatnya badmood. "Karena dia pacarku saat aku ingin menikah, dan dulu dia wanita yang lembut dan terlihat sangat baik hati seperti ibu peri." Jujur sih, Laras tidak punya dendam pada wanita yang sekarang berstatus sebagai ibu mertuanya itu, meski wanita itu kerap kali mencari masalah dan menghinanya, tapi bagi Laras itu bukan masalah besar, anggap saja dia hanya tikus yang lewat di depannya. Akan tetapi mendengar pengakuan Pram, membuat dada Laras terasa sesak bahkan sejak tadi dia hanya menunduk berusaha menahan air matanya supaya tidak ada yang tahu, tapi sialnya Alisya tahu dan sempat berbisik sambil memeluknya tadi. "Maafkan aku bertanya begitu, tapi aku yakin hati Pram masih belum ada pemiliknya dan kamu harus berjua

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 313

    Alisya tahu Pram sering gonta-ganti pacar dan tentu saja rata-rata mereka cantik dan seksi, tapi tidak ada dari mereka yang seberani wanita di depannya ini. Wanita ini bukan hanya sukses menjadi nyonya besar Setiadji, tapi sebelumnya membuat Pram berpikir untuk melangkah lebih jauh. Pertunangan, meski tidak ada pesta besar. "Aku tidak tahu kalau tante ada di sini. Biasalah, Tan anak muda sering hangout bareng teman," kata Laras sambil terkekeh pelan. Dia tahu, istri ayah mertuanya ini paling benci dipanggil tante olehnya karena merasa mereka seumuran. Laras tersenyum manis melihat kepalan tangan wanita di depannya, lalu wanita itu berjalan pergi dengan kesal. Laras rasanya ingin terbahak, dia tidak sudi ditindas wanita seperti istri ayah mertuanya itu. "Apa tidak masalah nanti?" Laras menoleh dan melihat Alisya yang menikmati kuenya dengan tenang sambil mengawasinya dengan seksama.Laras menatap Alisya sejenak lalu mengangkat bahunya acuh, sesungguhnya dia tak tahu, dia tadi h

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 312

    Laras memang tidak memasak layaknya Alisya, tapi wanita itu bukan wanita manja penuntut dan pemarah. Meski kadang keras kepala tapi Laras sosok yang penurut dan yang pasti dia bisa membuat Pram nyaman di apartemennya yang sudah lama sepi. Menjahili Laras menjadi kebiasan baru yang sangat menyenangkan untuknya.Tak ada pembantu tetap di sini, hanya orang yang dia bayar untuk membersihkan dan mengurus baju mereka, tapi sejak ada Laras dia yang mengurus semua itu. Dalam urusan membersihkan apartemen Laras sangat detail, sehingga apartemennya selalu bersih dan tak pernah ada lagi barang yang tergeletak sembarangan. “Mau kemana?” Padahal biasanya pada hari libur seperti ini jika mereka tidak janjian keluar rumah, mereka akan menghabiskan waktu dengan nonton televisi sambil ngemil, tapi hari ini Laras sepertinya punya rencana tersendiri. “Aku ada janji sebentar.” “Dengan siapa? Kenapa kamu tidak izin padaku?” tanya Pram sambil menaikkan alisnya sombong. Laras kesal dong, dengan muka

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 311

    “Kalau iya memangnya kenapa?” tanya Laras dengan tak kalah lantang membuat ibu tiri Pram itu terperangah kaget. “Memangnya kamu tidak, lihat tas dan baju kamu, itu pasti uang suamimu. Ckkk siapa di sini yang matre dan jalang.” Kali ini Laras sudah lebih siap saat tangan Clara mengayun akan menampar pipinya, dia langsung menangkap tangan wanita itu dan memutarnya dengan keras hingga terdorong ke belakang, sayangnya yang tidak Laras antisipasi wanita itu memilih jatub terjerembab di pelukan Pram. Pram yang dari tadi hanya melongo menikmati opera di depannya kaget dan refleks langsung memeluk pinggang Clara yang hampir jatuh. “Lihat, Pram. Istrimu dia sama sekali tidak ada hormat padaku, dia bahkan berani merayu papamu.” Wanita itu menangis sesenggukan di pelukan Pram, Laras yang tahu itu hanya modus dan si suaminya yang bego itu malah melihat sang ibu tiri dengan wajah bingung segera bertindak. “Bilang aku mau rayu papa, wong kamu yang gatel gih. Sana jauh-jauh jangan sampai badan

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 310

    Laras menatap ponsel yang bergetar dengan gelisah. Nomer baru yang sama sekali tidak dia ketahui. Dulu mendapat telepon dari nomer baru adalah bencana untuknya, karena biasanya sang ayah yang meminjam ponsel entah siapa untuk menghubunginya dan meminta uang. Meski dia jarang memberikannya tapi sang ayah terlihat pantang menyerah dan tentu saja menggunakan sang ibu sebagai ancaman membuat Laras tak berkutik lagi. Tapi bukankah sang ayah punya banyak uang sekarang? Ataukah sudah habis di meja judi lagi? “Angkat, Ras. Berisik tahu,” gerutu teman di samping kubikelnya yang pasti terganggu. Laras meringis minta maaf, padahal dia sudah meminimalkan suaranya tapi mungkin telinga rekan kerjanya ini setara kelelawar. Tak ingin menimbulkan masalah lagi Laras mengangkat panggilan itu. “Akhirnya kamu mengangkat panggilan papa jug,” kata suara yang dikenali Laras di ujung sana. “Papa?” “Iya, Ras. Ini papa, baru kemarin kita bertemu masak kamu lupa dengan suara papa.” Lagi dan lagi, Lara

  • Maaf, Aku Bukan Wanita Lemah   Bab 309

    Laras pikir sang mertua kan berbohong atau apa demi harga dirinya, tapi laki-laki itu malah mengangguk dengan bangga. "Papa tidak curiga tujuannya melakukan itu?" cecar Laras lagi. "Kenapa kamu cemburu Pram dekat dengan mantan tunangannya?" tanya sang mertua. Laras terperangah saat melihat sang mertua malah tertawa senang. "Kenapa papa dulu nekad menikahi tunangan Pram?" tanyanya lugas. "Apa lagi, Nak. Karena aku tertarik padanya tentu saja.""Dan tidak peduli itu milik anak anda sendiri? Kenapa saya merasa anda sengaja menikahi wanita itu untuk menggagalkan pertunangan Pram?" Pemikiran itu awal ada di benak Laras, hanya saja dia masih ragu untuk mengatakannya pada Pram dan sekarang kebetulan ayah mertuanya tiba-tiba datang dan membicarakan masalah ini. "Wah ternyata kamu mempunyai pemikiran penuh drama juga," kata laki-laki itu sambil tertawa. "Jika kamu memang curiga ada maksud lain dari Clara, kamu bisa bertanya sendiri kalau bertemu nanti," lanjutnya dengan manis. Lara

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status