Tersenyum malu-malu dan menunjukan sedikit keanggunan di depan crush. Ilene itu cantik, tapi saat ingin berhadapan dengan Kayvan ia merasa seperti seekor siput kecebur closet.
Ilene mendapat ilmu dari ibu-ibu anak satu yang menjadi kakak iparnya sekarang. Kata Azyan, cara memikat laki-laki itu dengan berbuat anggun di hadapan mereka. Karena Ilene bisa melihat bagaimana abanganya begitu bucin pada ibu-ibu anak satu. Jadi, Ilene rasa Azyan punya resep khusus dan begitu jawaban ibu muda yang berbahagia tersebut, jadi Ilene menurut saja.
Hari ini, ia memakai potongan dress sederhana yang sedikit pendek di atas lutut menunjukan kaki jenjangnya dengan memakai sneakers warna putih. Jika bunda dan kakaknya suka memakai heels, maka sneakers adalah alas kaki paling nyaman bagi Ilene.
Ilene mengurai rambutnya, ia tersenyum anggun. Wajahnya memang lebih lembut, mirip Dennis versi cewek. Gadis itu memakai bedak tipis untuk menyamarkan wajahnyaa dan juga sedikit pemerah bibir, agar Kayvan melihat dirinya tak pusat-pucat bangat. Karena Ilene bisa menganggap ini adalah ajakan kencan dari Kayvan.
Bahkan, Ilene melupakan banyak tugas yang ia dapatkan dari editor rese dan juga dari dosen pembimbing. Tapi malam ini saja, mari kita sisihkan dual hal itu, terutama editor Moon. Jangan bahas itu, kepala Ilene bisa pecah atau moodnya mendadak terjun bebas karena ia memikirkan mulut tajam dan juga bagaimana kejamnya editor Moon dan juga kerja paksa yang diberikan Moon pada dirinya.
Ilene cukup berpuas dengan menambah jam tangan agar ia terlihat manis. Kulitnya yang putih bersih hampir sama dengan dress yang ia pilih kali ini. Sederhana, tapi ia yakin tak ada yang bisa mengalihkan perhatiannya padanya. Ilene semakin tersenyum.
Semangat mengejar cintamu. Karena setelah ini, banyak scene yang harus ia tulis. Kayvan bisa dibilang kelinci percobaan untuk semua scene romantis yang disukai oleh pembaca, padahal menulis scene romantis itu lumayan susah apalagi jika di real life ia jomblo. Tapi Ilene tak mau menyerah, ia ingin menunjukan jika ia adalah penulis yang serba bisa, bahkan bisa menulis sisi erotis suatu cerita.
Bahkan Ilene sudah bisa menulis, bagaimana Luna begitu panas—baiklah mari kita lupakan bagian ini. Sekarang Ilene ingin berkencan.
π°π°π°π°π°π°π°π°π°π°
Padahal Kayvan hanya memakai jaket berwarna coklat, celana jeans dan sepatu Converse berwarna merah, tapi bisa-bisanya membuat Ilene menahan napas. Dia begitu tampan dan panas, otak Ilene langsung memikirkan adegan seperti novel yang akan ia tulis, saat melihat Kayvan serapi itu. Berarti Kayvan ada niat untuk mengajaknya kencan, apa Ilene bisa merayakan ini sekarang?
"Biasanya kalau malam minggu gini, kalau nggak nonton ya makan."
"Hooh. Kayaknya buat sesuatu yang lain pasti lebih seru."
Kayvan memiringkan wajahnya, dan memandang wajah cantik Ilene yang terlihat anggun sekaligus dewasa dengan penampilannya sekarang.
"Punyda ide lain?" Otak cerdas Ilene langsung berkerja cepat. Jangan sampai kencan pertama gagal, ia juga harus terlihat pintar di hadapan gebetan.
"Belanja." Ilene menjawab asal. Sekarang mereka berada di mall, jadi hal yang mereka lakukan selain makan, atau nonton adalah berbelanja.
"Belanja makanan. Makanan mentah, nanti buat di rumah, kayaknya itu lebih seru. Buat makanan yang beda dari yang lain. Misalnya, mie campur susu coklat. Atau bubur ayam campur meses, ice cream campur kecap." Kayvan menggeleng, cerdas tapi juga gila. Ini namanya memperkosa makanan, memaksa yang tidak semestinya dan merusak estetik dari makanan sendiri.
"Yaudah boleh." Ilene tersenyum. Semenjak menulis, otak gila yang di luar nalar juga harus berjalan, karena ia tak bisa mengerjai Moon jika otaknya tak berjalan. Moon mengajarkan menjadi orang yang licik dan juga cerdas.
Ilene langsung tersenyum lebar, saat melihat tangannya berada dalam genggaman Kayvan. Jika boleh ia ingin memeluk Kayvan dari belakang sekarant. Ilene membayangkan bagaimana keduanya bermesraan saat ia menyandar di bahu Kayvan yang nyaman dan laki-laki itu mengelus-elus rambutnya sambil sesekali mengecup.
"Ayok." Ilene baru sadar saat tangannya ditarik oleh Kayvan. Kebanyakan melamun. Kayvan menarik troli, keduanya berjalan berdampingan. Kayvan begitu rapi, Ilene suka melihat Kayvan dalam bentuk apa saja, bahkan Kayvan yang sedang kepedasan bon cabe level 15.
"Ini benar-benar mau coba mie campur susu krim coklat? Enek nggak sih?" Ilene hanya tertawa. Ia sering makan mie campur mayonaise dan itu sangat enak. Ilene suka mencoba hal baru. Dulu, ia tidak tahu jika makan segala mie dicampurkan perasan jeruk nipis itu adalah surga. Tapi, karena bundanya sering mengomel karena jeruk nipis di rumah sering mubazir, makanya Ilene pindah haluan makan mie dicampur mayoniase, membuat kuah mie jadi kental. Dan rasanya memang surga.
"Ayo coba." Ilene lebih dulu menyambar susu coklat 3 kotak dan meletakan dalam troli dan mencari bahan yang lain untuk eksperimen.
Biarkan Ilene berbuat hal gila, sebelum ia kembali pada rutinitasnya yang terasa seperti berada dalam neraka. Bertemu editor Moon rasanya Ilene sedang stimulasi berada dalam neraka.
Kayvan menurut, dan mereka juga mengambil beberapa makanan ringan. Sepertinya kegiatan malam minggu seperti ini lebih menarik.
"Hey bro." Ilene berbalik dan menganga, bisa-bisanya ada cowok tampan semua di sekelilingnya. Editor Moon pasti senang karena banyak adegan yang bisa ia tulis nanti. Ilene mengatupkan lagi bibirnya, huh kenapa bawa-bawa si rese itu?
"Ai kenalin ini teman kerja aku." Ilene memandangi Kayvan yang tersenyum manis. Pesona Kayvan pudar, ada dua cowok tampan di depannya yang lebih menarik.
"Ini Bang Jared, dan ini Aftar. Aftar kan satu kampus sama kita. Dan kita kerja di percetakan. Cuman freelance."
"Percetakan?" pekik Ilene. Waoh, apa ini ada hubungannya dengan penerbit Suka-Suka?
"Wait, di penerbitan Suka-Suka?" Kayvan dengan semangat mengangguk. Pikiran Ilene langsung tertuju pada editor Moon, tapi ia tahu pasti si Moon pakai nama samaran dan bisa saja si Moon rese itu hanya pakai khusus untuk dirinya dan menyiksa dirinya.
"Tahu penerbit itu?" Ilene hanya nyegir. Tak ada yang boleh tahu, rahasia dirinya dan editor Moon. Karena ia gadis baik yang terlihat polos, dari penampilan bukan seorang penulis dengan menggambarkan adegan erotis dalam adegan.
"Kan itu penerbit besar. Buku cetakan itu, pasti masuk best seller semua." Alibi Ilene sambil otaknya sudah traveling jauh. Membayangkan, editor Moon, menemani dirinya bedah buku di setiap kota karena bukunya laris manis dan banyak yang menggilai sosok Luna karakter dalam novel Ilene. Membayangkan saja, Ilene sudah ngiler duluan. Bahkan ada kemungkinan, bukunya di-filmkan. Itu adalah impian semua penulis.
Ilene langsung tersadar kembali, saat Aftar menyodorkan tangannya.
"Ilene. Tapi bukan Irene Red Velvet." gurau Ilene sambil cengengesan seperti orang bodoh. Aduh, hilang sudah sifat anggun yang harus ia tunjukan di depan crush. Tapi melihat tiga cowok tampan tersebut, bolehkah Ilene borong semua? Ke tiga cowok ini, sosok pacar-able yang bisa ia gunakan sebagai bahan imajinasi dalam menulis novel.
"Aku Aftar. Jurusan Perikanan."
"Waoh keren. Kembaran aku jurusan Oceanografi."
"Berarti satu fakultas."
"Jared." Suara yang terdengar sangat tenang, membuat Ilene seperti segan untuk berkenalan. Kenapa Kayvan bisa menyodorkan semua cowok tampan di sini? Apa Ilene bisa mempunyai suami tiga?
"Aku Ilene. Tapi biasa dipanggil Ai. Biar nggak ribet. Soalnya ada yang nggak biasa manggil Ailin. Malah pada manggil Ilene. Padahal Ilene." Jared hanya terkekeh. Gurauannya garing dan kesan pertama seperti gadis ini berusaha menampakan dirinya agar diterima orang lain.
"Kita ikut mereka aja." Ilene langsung mengangguk. Sudah banyak adegan yang ia atur dalam otaknya. Bagaiamana adegan bersama Kayvan, bersama Aftar atau Jared.
"Ngikut aja." Kayvan tetap membeli makanan yang sudah mereka isi di troli. Dia berpikir lain kali bisa mengajak Ilene lebih private untuk berduaan saja.
"Ini kalian lagi kencan?" tanya Aftar. Ilene bingung harus menjawab apa, jadi ia hanya pura-pura tidak mendengar, tapi melihat tatapan Jared yang seperti menunggu jawaban darinya.
"Nggak bro. Belanja makanan aja." Kayvan sebelas-dua belas seperti Editor Moon. Membuat mood Ilene terjun bebas. Enteng sekali berbicara seperti itu? Apa editor Moon adalah Kayvan? Oh shit! Orang pembawa sial dalam hidupnya adalah orang yang juga membuat moodnya naik.
Ilene berusaha menahan hatinya. Jangan jadi gadis cengeng, kamu kuat. Kamu sudah terbiasa menghadapi si rese jadi omongan Kayvan itu seperti kapas saja. Anggap seperti permen kapas yang manis.
Ke empat muda-mudi itu langsung menuju cafe yang berada di supermarket depan mereka yang menjual kopi dan juga roti. Wanginya membuat perut semua orang bergejolak ingin makan.
"Mau pesan apa Ai?" tanya Kayvan. Ilene menarik napas panjang, harusnya ia tak mengambil hati karena nyatanya ia cinta sendiri. Kayvan tak pernah tahu perasaannya dan mungkin dari sini tanda agar ia tak terlalu berharap.
"Yang dingin aja deh." Walau menu utama kopi, cafe tersebut juga menyediakan minuman segar seperti jus buah.
"Mungkin jus apel atau strawberry. Butuh yang segar-segar." Sebentar Ilene sedikit menyindir Kayvan. Tapi laki-laki itu memgangguk. Hufh... Kayvan tidak peka pada perasaannya.
Para laki-laki memesan kopi di cangkir kecil. Ilene yakin, cangkir kecil tapi membutuhkan waktu berjam-jam sampai habis, bukan seperti miliknya yang habis dalam satu tegukan. Ingatkan Ilene untuk menjadi wanita anggun seperti ibu-ibu anak satu. Sebenarnya Azyan penasaran siapa laki-laki itu, karena selama ini Ilene seperti tertutup dan tak terlihat tertarik pada siapapun. Apa mungkin sudah saatnya? Karena dirinya sudah punya anak, dan Ilene masih jomblo. Tapi bukankah takdir setiap orang berbeda?
Para laki-laki mulai membahas percetakan tempat kerja. Ilene ingin sekali bertanya editor Moon, tapi entah kenapa ia yakin nama itu memang khusus untuk dirinya, agar si rese itu bebas menyiksa dirinya tanpa ada yang tahu identitas aslinya.
"Nanti udah tamat kerja apa?"
"Sastra Inggris biasanya ngapain?" tanya Ilene kembali. Ia tak punya pekerjaan impian kecuali menjadi penulis. Yang ia yakini akan ditentang keluarganya. Tapi Ilene yakin, jika orang tuanya tahu pekerjaan menjadi penulis itu menjajikan, maka mereka akan mendukung. Sekarang Ilene menurut seperti sapi dicocok hidung sebelum ia bisa berkuasa dan ia bisa menyuruh editor Moon seperti yang si rese itu lakukan padanya. Ilene ingin memastikan, ia harus membalas bagaimanapun caranya.
"Kalian kerja apa?"
"Awalnya freelance. Tapi udah kerasan di sana. Temannya enak-enak semua. Atasan yang kooperatif."
"Oh iya?" Ilene iri sekali mendengarnya. Ia ingin ikut bergabung, tapi editor Moon akan memgenali dirinya dan memangnya ia memginginkan posisi apa? Cita-cita Ilene hobby yang dibayar. Hobby yang dibayar itu adalah sesuatu yang langka yang tak semua orang mendapatkan kesempatan. Saat Ilene suka menulis, suka mengkhayal dan semua hasil jerih payahnya serta makian dari editor Moon menjadikan pundi-pundi rupiah. Tapi untuk sekarang Ilene belum merasakan sedikitpun.
Ilene mengaduk-aduk jus apel yang hanya berisi ampas. Mendegar pembicaraan seriusu para lelaki. Huh, semua orang punya pengelaman hanya dirinya yang berkutat dalam kamar. Tak pernah berpacaran, atau mungkin pernah tapi Ilene tak pernah menganggap mereka pacar. Ilene hanya akan menjalin hubungan yang serius saat ia sudah dewasa nanti. Seperti sekarang, ia sudah mendapatkan pekerjaan yang tetap atau menjadi penulis best seller. Tak perlu bekerja dan uang mengalir setiap bulan, dari royalty penjualan buku miliknya. Walau harus dipotong pajak yang tak kalah makan hati, tapi Ilene yakin jerih payahnya nanti cukup menjanjikan semoga memang tulisannya best seller. Semoga semua caci-maki dari editor Moon menjadikan Ilene sebagai best selling author.
"Mungkin bisa dipikir kalau. Jadi penerjamah di sana. Karena memang permintaan untuk novel luar juga laris manis." Ilene hanya tersenyum. Ia suka jadi tranlsator. Tapi impiannya, ia dikenal karena dunia yang ia ciptakan. Jika jadi translator namanya, hanya akan tercetak di balik cover dan tak ada orang yang mengenalnya. Ilene tak mau, Ilene ingin namanya yang terkenal di sana.
Ilene sudah menargetkan satu atau dua tahun mendatang, ia akan jadi best selling author dengan label buku mega best seller dan segera di-filmkan. Membiat bundanya bangga dan tak meremehkan orang menulis, walau Ilene masih sembunyi-sembunyi. Terkadang Ilene membohongi bundanya ingin mengerjakan skiripsi dan ujungnya ia kerjakan novel. Karena nyatanya mengkhayal lebih seru daripada menulis data yang valid. Karena mengkhayal bebas membawa pikiran Ilene, dan apa yang hatinya mau menulis. Bukan banyak data yang konkrit yang harus sesuai dengan perkataan para ahli bukan perkataan dirinya. Ilene adalah manusia pecinta fiksi, bukan manusia pecinta fakta.
Dunia khayalan lebih menjajikan daripada dunia nyata yang tak pernah adilnya. Dalam dunia menulis, Ilene bebas menentukan tokoh siapa yang ingin ia habisi nyawanya, tokoh siapa yang ingin ia siksa atau beri penyakit keras. Seorang penulis iti ibarat Tuhan. Kapan lagi jadi Tuhan untuk bisa menyiksa orang lain?
Dengan dunia tulisan, Ilene bebas mengkahyal menjadi kekasih Kayvan, kencan dengan Kayvan, berciuaman dengan Kyavan. Ngomong ciuman, padahal Ilene sudah membayangkan adegan ciuman pertamanya akan hilang hari ini, tapi sepertinya akan gagal. Kayvan tidak akan mencium dirinya.
"Ai ngantuk?" Ilene tak sadar, ia melamun dari tadi. Karena ia lebih sibuk dengan dunia khayalan miliknya. Ilene dan khayalan seperti dua hal yang sulit dipisahkan. Dua sisi yang berlawanan tapi tak bisa dipisahkan seperti dua sisi mata uang.
"Iya nih." Ilene terpaksa berbohong dan juga sekarang sudah pukul 10. Ia harus begadang lagi malam ini, atau melanjutkan besok tugas yang diberi editor Moon.
Kayvan mengantarkan Ilene pulang. Dan benar seperti dugaannya tak ada adegan ciuman dalam bayangan dirinya yang sudah ia khayalkan sebelumnya. Mungkin memiliki Kayvan hanya ada dalam bayangan liar Ilene.
Apa Ilene akan jadi jomblo seumur hidup?
Ilene membaringkan tubuhnya di atas kasur, mencoba mengumpulkan kembali kekutannya sebelum ia kembali berkutat dengan naskah yang tidak pernah selesai. Sepertinya memang editor rese itu sengaja agar ia menyerah dengan cita-citanya.
Ilene membuka ponselnya, takut si rese itu tahu ia pergi kencan.
Tentang : π°π°π°π°π°π°π°π°
Dear Gigi Kelinci,
Saya adalah salah satu di antara tiga orang tadi.
Tertanda,
Moon.
Ilene langsung menegakan tubuhnya. Feelingnya mengatakan kalau Moon itu Kayvan. Tapi bagaimana membuktikannya?
_________________________Aku suka tebakan, ayo tebak. Siapa editor Moon kita yg sexyπππ.
Masih awal jadi main-main dulu. Sebelum kita tebak-tebakan beneran. Tapi nanti, Ilene harus memilih di antara 3 cowok ganteng ituπ―π―π―πππ. The real editor Moon kita yg sexyπππ.
See youππππππ
Tentang : πππππππDear Gigi Kelinci,Jangan penasaran saya siapa. Haram hukumnya! Cukup tahu, kita berkerja sama.P.S : Saya selalu mengawasi kamu. Saya tahu, apa yang kamu lakukan. Jadilah anak yang pintar.Yours,Moon."Dih sok yours." cibir Ilene. Rupanya Moon membalas lagi email miliknya sebelum ia sempat membalas. Gercep juga nih si rese!Tentang : π¦π¦π¦π¦π¦π¦π¦π¦Hi Moon,Kamu bukan ibu sayaπ΄π΄π΄π΄π΄.Saya memang dari dulu pintar π€ͺπ€ͺπ€ͺ.Regards,Gigi KelinciIlene memegang ponselnya dengan keras."Dih, sok akrab lu. Tapi dia siapa sih? Aftar? Kayvan menurut aku sebenarnya. Tapi gimana nanyanya? Aku yakin, dia pasti nggak bilang." Ilene bermonolog sambil membaca kembali email mereka. Bagaimanapun, ia harus membuktikan siapa Moon sebenarnya. Biar Ilene bisa balas dendam dengan melemparkan laptop 14 inch miliknya ke kepala Moon,
Sepanjang pagi Ilene tersenyum. Walau Moon gila, tapi Ilene suka. Cara memaksa Moon itu membuat Ilene kesal tapi seperti hiburan untuk dirinya."Moon gila... Tapi aku suka." teriak Ilene tersenyum dan memeluk gulingnya. Andai sekarang ada Moon apakah laki-laki itu mengizinkan dirinya untuk memeluk Moon?"Tapi kan, aku belum tahu siapa. Kayvan? Berarti dia juga suka sama aku? Emang Moon suka sama aku? Tapi kan dia maksa jadi kekasihnya. Dih, Moon maksa amat."Tentang : Dih MaksaHi Moon,Tunjukan dulu identitasmu. Jangan bersembunyi di balik Moon. Karena Moon sudah kuanggap manusia reseπ€¬π€¬π€¬π€¬π€¬π€¬.Regards,Gigi KelinciIlene membaca ulang dan mengerucutkan bibirnya. Walau ia tidak munafik, ia suka kehadiran Moon di hidupnya. Tapi sampai kapan Moon akan bersembunyi di balik layar? Akankah Moon jadi pengecut selamanya? Huh, membahas Moon memang tak ada habisnya.Tentang : Tunjukan Kr
"Ugh... Jack ya di situ baby.""Seperti ini?" tanya Jack dengan suara parau saat memasukan jari-jarinya dalam inti Luna, wanita itu menutup matanya. Luna berhasil menggoda Jack dan sekarang Jack merasa terbakar dengan ramuan murahan yang berhasil Luna campurkan dalam minuman laki-laki itu."Ouh please. No please..." Luna mengeluh kecewa saat Jack malah mengelurkan jarinya. Wanita itu menatap bossnya kecewa. Apa-apaan ini? Kenapa Jack mempermainkan dirinya?"Bukankah kau juga menginginkan diriku?" tanya Luna tanpa malu seperti seorang jalang murahan. Jack menatap lawannya dengan kabut gairah yang terlihat jelas di matanya, tapi apalagi yang ditunggu laki-laki ini? Luna sudah sangat siap sekarang?"Pelan-pelan sweety. Tiger tidak akan senang, jika kamu langsung pada intinya. Tiger ingin dimanja terlebih dahulu." Goda Jack dengan memegang pucuk payudara Luna dan meremasnya. Awalnya ia memberi rangsangan ringan, tapi lama-lama Jack memeras
Salah jika Ilene berharap Moon ada di depannya? Aneh jika Ilene merindukab omelan jelek Moon. Kelainan bila Ilene lebih suka Moon membalas email dengan kata yang sangat tidak pantas bagi mata orang normal?Entah kenapa, Moon menghilang dan Ilene seperti tidak bersemangat untuk melakukan sesuatu.Ilene merasakan lengannya dicolek-colek tapi ia menepisnya."Aelah Ai. Udah macam putus cinta aja. Udah di ACC juga tuh proposal, tinggal ngurus syarat ikut seminar." Ilene langsung menendang kembarannya. Keduanya sedang makan ice cream di kedai ice cream. Darris yang traktir ia lagi senang, dan sepertinya banyak hal yang bisa ia ceritakan. Walau rese Ilene sangat menyayangi kembarannya. Jika Moon dibaratkan nyawa ke sepuluh baginya, maka Darris nyawa ke dua bagi Ilene. Baiklah, Ilene bukan kucing."Kau tahu Ai. Net kembali, dan bahkan dia jadi dosen aku. Anjirrr, gila beningnya ngalahin Galgadot parah emang." Darris menggeleng, masih belum percaya i
"Ai! Ai tunggu!" pekik Kayvan. Ilene menarik napas panjang. Entah kenapa ia baru menyadari telah melakukan kebodohan. Tentu saja Moon akan mengejek dirinya. Tapi entah kenapa, ia terlalu berharap banyak pada Moon?Ilene berbalik. Jatuh lagi harga dirinya depan Moon. Si rese itu akan semakin memandang dirinya rendah."Kenapa?" Ilene menggeleng menyadari kebodohan dirinya untuk kesekian kali. Ilene akhirnya mengikuti Kayvan. Walau rasanya sudah tak nyaman. Ya ia bodoh, kenapa harus ke kecewa? Bukankah Moon juga mempunyai kehidupan pribadi? Kenapa ia yang heboh seperti cacing?"Mau ikut main nggak?" Ilene menggeleng. Gadis itu diam, saat melihat ke tiga cowok itu bermain bahkan sampai coret spidol di wajah. Ilene masih menganalisa Moon, tapi rasanya sulit sekali mendeteksi Moon, seperti Moon makhluk angkasa. Dasar makhluk astral!"Kalian nggak kerja?" Ke tiga laki-laki itu kompak menoleh padanya. Huh, yang mana Moon coba. Kenapa sulit sek
Tentang : BoyfriendDear Gigi Kelinci,If I was your boyfriend, I'd never let you goKeep you on my arm girl, you'd never be aloneI can be a gentleman, anything you wantIf I was your boyfriend, I'd never let you go, I'd never let you goTell me what you like yeah tell me what you don'tI could be your Buzz Lightyear, fly across the globeI don't never wanna fight yeah, you already knowI am 'ma a make you shine bright like you're laying in the snow burr*Bacanya jangan pakai nada.P.S : Saya seriusYour,Moon"Sedeng emang manusia satu ini kirim-kirim langsung nawarkan boyfriend. Bifrin. Hilih bacot!"Tentang : Bodo Amat πΉπΉπΉπΉHi Moon,Kamu makin tak jelas. Dan saya jujur malas melayani kamu.
Kesesatan bisa membawa seseorang menuju jurang gelap dan terperangkap selamanya di dalamnya dan tak ada yang bisa menyelamatkan dirinya.Ilene percaya jika ia sedang berada dalam kesesatan Moon tapi ia sendiri bingung bagaimana membuktikan atau tahu minimal tahu siapa dalang di balik layar. Si rese itu memang sok misterius.Ilene berlari tergopoh-gopoh tanpa memakai alas kaki. Berlari di atas pasir putih yang lembut, ia merasa seperti berada dalam film India kejar-kejaran di pantai hanya saja tak ada yang mengejarnya karena ia yang mengejar orang sekarang. Ilene merasa dibodohi, tapi sial sekali ia tak bisa membuktikan sedikitpun atau minimal ia punya bukti, Ilene kesal. Ia mengepalkan tangannya sambil memegang ponsel dan menggertakan giginya. Bisa saja Moon sedang menertawakan kebodohannya sekarang. Ilene menggeleng, tidak ia tidak bodoh ia cerdas bisa membuktikan Moon sekarang.Ilene berlari pelan mengatur napasnya dan melihat ke belakang,
"Kau lebih suka seks yang keras atau lembut?"Tangan besar Jack menjelajahi wajah cantik Luna. Laki-laki itu memegang bibir Luna yang sudah ia ikat tangannya di belakang. Ia suka menjadi budak seperti ini. Sebenarnya Luna ingin memilih mundur, tak jadi ia menaklukan Jack karena si iblis ini memang bukan tandingannya, tapi Luna seperti terjebak dalam labirin dan tak bisa kembali.Luna menatap Jack penuh permusuhan, sepertinya pertemuan-pertemuan mereka hanya diisi dengan seksβlebih tepatnya Jack yang memperkosa Luna. Terkadang Luna ingin meludah ke arah Jack, tapi ia tak berani, apa yang Jack bicarakan tidak main-main. Sekali Jack bicara menyakiti maka, akan ia lakukan.Jack berbalik dan membuka lemari besar berisi barang-barang untuk memuaskan kegilaan seksnya. Tiba-tiba, Jack mengambil sebuah tongkat panjang dan mengelus-elusnya. Luna tak yakin, ia bisa melaksanakan kali ini. Terkadang Jack menawarkan kekayaan dan juga memanjakan dirinya, tapi sa
"Hari ini ujian? Sebelum ujian berdoa dan minum susu. Baca soal baik-baik dan jawab dengan benar." peringat Ilene pada kedua putrinya. Usia mereka sudah 10 tahun.Candy dan Crystal akan melaksanakan ujian kenaikan kelas. Ilene tersenyum dan tak berhenti bersyukur dengan semua anugerah yang ia dapatkan dalam hidupnya. Penyakit Crystal masih kambuh. Kabar baiknya mereka akan melaksanakan transplantasi jantung. Setelah pencarian dan penantian selama 10 tahun, semua kesabaran Ilene dan Jared akan berbuah manis.Jared sedang membuat sarapan untuk kedua putri kembarnya. Laki-laki itu menjalani perannya sebagai kepala rumah tangga yang luar biasa. Candy dan Crystal ingin makan nasi goreng dengan banyak hiasan lucu-lucu yang membuat mereka semangat dan sayang untuk makan.Jadi, Jared akan membentuk nasi goreng tersebut berbentuk karakter lucu. Kali ini dia akan membentuk karakter Rilakuma memakai selimut."Ayah, udah?" Candy langsung berla
"Buna, Kis kenapa?" tanya Candy sambil mendongak melihat ibunya.Ilene mengendong Candy menahan tangisnya, penyakit jantung Crystal kambuh membuat dia harus dilarikan ke rumah sakit. Ilene dan Jared sedang berusaha untuk mencari transplatasi jantung untuk Crystal namun saat ini belum juga dapat.Ilene menoleh ke belakang, tak kuat akhirnya menangis juga. Membayangkan Crystal yang kecil harus menderita seperti itu. Ilene tak ingin menangis di depan Candy membuat bocah itu terus bertanya dan mungkin tahu kesedihan apa yang tengah menimpa keluarga ini.Crystal bisa bermain tapi terkadang penyakit itu datang tanpa diundang. Sudah beberapa tahun mereka mencari transplatasi jantung yang cocok tapi tak kunjung berjodoh.Jared sedang berbicara dengan dokter pribadi Crystal. Dokter yang sudah dianggap keluarga dan menganggap Crystal anal sendiri karena ke sini.Ilene mencium-cium kepala Candy dengan sayang.Candy m
She's become a Momma. A proud Momma for her twins.Ini adalah hari terbahagia Ilene, bukan hari-hari yang ia jalani kini hanya terisi dengan kebahagiaan. Kilas balik tahun sebelumnya saat dia menderita sebuah penyakit aneh yang membuatnya hampir menyerah dan sangat percaya diri. Tapi lihatlah kini, dia mengendong dua putri kembarannya ke rumah Nenek mereka.Candy dan Crystal memakai dress mini lucu berwarna putih dengan rambut kucir dua diikat ke atas. Setiap melihat kedua putrinya dia selalu menumpahkan air mata kebahagiaan. Dia terlalu bangga dengan anak-anaknya.Kedua bocah itu berlari menuju ke dalam rumah neneknya. Mereka sudah tahu, jadi paling semangat jika berangkat ke rumah Nenek, Nenek baik, Nenek sangat memanjakan mereka."Nenek!" teriak Candy dan Crystal kompak. Lihat? Ilene hanya bisa geleng-geleng sambil membawa kantung berwarna putih yang barusan ia beli buah untuk Bundanya. Setiap minggu Ilene ajak anak-anaknya ke r
Ilene tersenyum malu-malu pada suaminya. Masih diliputi oleh rasa bersalah, takut, dan gagal, walau Bundanya telah meyakinkan jika semuanya baik-baik saja. Ilene bisa normal asal dia melawan ketakutannya sendiri dan dibantu terapi."Sini." Ilene tersenyum dan mendekati laki-laki itu. Bagaimana mungkin kamu merasa aneh dan asing dengan suami sendiri, apalagi merasa risih jika dia memegang kamu. Dengan perlahan Ilene mendekati Jared dan dengan rasa sayang yang penuh dia memeluk laki-laki itu. Ilene menutup matanya bersandar di dada laki-laki ini. Dia luar biasa, dia begitu sabar menghadapi sifat Ilene yang kekanakan. Ilene tahu, jika dia mendapatkan laki-laki lain dia sudah dipukul atau lebih parahnya lagi dicampakkan."Terima kasih." Ilene mengelus-elus dada Jared membentuk pola abstrak, walau gadis itu tak tahu jika laki-laki itu menahan dengan sekuat tenaga untuk tidak menerkam gadis itu. Jared begitu sabar, Jared bertahan dan sepertinya dia layak mendapat
"Bunda, Ai nggak bisa. Ai mau sama Bunda aja." Ilene merengek pada Bundanya seperti anak kecil, dan menangis.Pulang dari bulan madu Ilene langsung kabur ke rumahnya karena merasa gagal, merasa takut, dia sudah berusaha untuk mengalahkan rasa takut itu tapi berkali-kali gagal."Enakan jadi anak Bunda aja. Ai nggak siap jadi istri orang." Ilene jujur. Dia ingin menceritakan ketakutan yang terus menggerogoti dirinya, membuat dia tak bisa tidur dengan nyenyak. Ilene seperti dihantui mimpi buruk setiap waktu."Mana ada orang udah punya suami, ngadu-ngadu nangis kayak orang pacaran." Ilene berbalik melihat Darris yang menegurnya. Dulu dia bangga dan songong mengatakan ingin menikah, saat sudah terjadi dia menyesali hal itu."Huwaaaaaa, aku lebih baik kelahi sama kau daripada harus jadi istri orang." Ilene bangkit dan ingin memeluk Darris saat Darris sudah membentengi dirinya agar dipeluk Ilene."No. No! Haram pegang-pegang.
"Hi, Darris, aku akan berjumpa dengan salah satu saudaramu di sini. Mau nitip salam apa sama mereka?" tanya Ilene dengan suara cempreng di ujung telpon sambil menaikkan kaca mata hitam ke atas kepalanya. Gadis itu sedang berada di sebuah bukit dan melihat banyak pemandangan indah di sekelilingnya. Jared membawanya bulan madu ke Pulau Komodo."Siapa?""Komodo. Kamu hidup di jaman T-rex, jadi mau nitip salam-salam apa sama mereka?""Kau kan kembaran aku, jadi kamu juga komodo." sanggah Darris tak mau kalah."Sialan! Benar juga."Ilene mengubah panggilan jadi video chat. Dan terlihat wajah kusut Darris di layar, laki-laki itu hanya memakai kaos lusuh berwarna abu-abu. Ilene moodnya sangat baik sekarang bahkan memakai baju berwarna cerah, berwarna kuning."Kasian kembaran aku. Nikah sana. Biar bisa bulan madu kayak aku." perintah Ilene dengan songong. Mereka baru saja tiba di Labuan Bajo dan Ilene langsu
Terdiam. Kamar itu terasa mencekam, Ilene hanya menunduk dia tak berani menatap Jared. Laki-laki itu pasti semakin kecewa."Abang kecewa?" Pertanyaan bodoh itu keluar dari mulut si pendosa yang membuat lawannya hanya berdiri kaku seperti menahan napas bahkan bernapas saja rasanya sulit, Ilene menggigit bibirnya dan air mata itu mengalir dengan sendirinya.Jared mendekat, Ilene beringsut mundur hingga tubuhnya mentok di headboard dan menatap lawannya."Abang pasti kecewa kan?" tuduh Ilene. Jared masih diam. "Kamu tak bahagia?" tanya Jared. Ilene menggeleng, demi Tuhan dia bahagia, dia bahagia menikah, tapi ketakutan itu yang membuatnya hancur. Ilene menunduk dan memeluk lututnya sendiri, dia mengalami ketakutan seorang diri.Jared duduk di tepi ranjang dan terdiam. Ilene semakin menangis, sial! Dia harus bersifat sangat kekanakan sekarang."Mari kita coba! Abang buahi aku! Aku ingin melawan ketakutan ini!" Ilene berdiri
Kegiatan pengantin baru yang Ilene pelajari di internet barusan adalah menonton bersama dan memasak bersama.Gadis itu hanya membuat roti, masih serba canggung. Pagi-pagi sekali, Ilene sudah bangun, mandi, bahkan ia sedang membuat sarapan sekarang. Padahal di rumahnya dia jadi kebo, tidak akan bangun sebelum matahari merangkak tinggi dan Bundanya mengomel baru bangun, setelah bangun ia makan dan malas-malasan lagi. Tapi sekarang bukan lagi alasan dan Ilene merasa punya tanggung jawab besar sekarang.Ilene tak tahu selera minum Jared, kopi pahit tanpa gula atau takaran gula setengah sendok. Dia bahkan tak pernah membuat kopi untuk ayahnya. Ilene baru sadar dia tak berguna jadi anak dan hanya jadi beban keluarga, beruntung ada laki-laki yang mengambil alih itu hingga membuat Ilene harus turun tangan dan belajar.Ilene juga tak tahu cara memanggang roti. Gadis itu mengambil ponselnya sebentar dan melihat cara memanggang roti, ada susu coklat yang
Kekasihku, satu jam mendatang kamu akan menjadi istriku. Tiba saatnya semuanya disatukan, cinta tak pernah datang ke orang yang salah. Kamu bukan hanya masa depanku, tapi juga seorang sahabat yang akan selalu ada untuk menghabiskan seluruh sisa hidupku bersamamu. Kita akan minum susu lansia bersama, hingga rambut memutih, hingga urat-urat jari tangan menonjol, tangan kita terus bergandengan walau tak sekokoh dulu, walau tangan keriput dan penglihatan memudar."Aaahhhhhh. Aku nggak sanggup baca ini." Itu adalah surat cinta dari Jared buat dirinya, dia juga memberi surat pada Jared sebagai ungkapan cinta dan rasa terima kasih pada pasangan masing-masing."Gimana mau nikah, kalau makeup dihapus terus. Lihat udah berapa kali bedak tuh ulang-ulang terus." omel Ilona pada putrinya, mau nikah tapi malah menangis seperti orang gagal menikah."Bunda nggak romantis. Bunda pasti nikah nggak kayak gini kan? Ai nggak tahu dan nggak nyangk