Arion baru saja dari polsek, mengurus permasalahan antara Guntur dan Deri. Kedua pria itu bertengkar hebat, terlihat dari wajahnya satu sama lain babak belur.Setelah melihat kondisi Airyn dan diceritakan semuanya secara jujur oleh Arion, rupanya Guntur ingin memberi pelajaran pada Sera. Namun karena wanita itu memiliki kekasih, alhasil Deri yang menjadi tameng untuknya. Perkelahian tidak terelakkan, padahal Sera berkali-kali coba memisahkan. Meski baru sembuh, sejatinya Guntur memang ketua preman yang pandai bela diri, mau tidak mau, Deri menerima banyak luka hingga hampir melayang nyawanya dibenturkan oleh Guntur ke aspal jalan. Guntur sangat marah dan kecewa pada perlakuan Sera, apalagi yang jadi korbannya adalah Airyn—putri kesayangan yang selama ini susah payah Guntur perjuangkan.Dari sekian banyak perempuan, kenapa Sera mengorbankan Airyn demi uang? Itulah yang sangat Guntur sesalkan. Sekali dua kali bisa Guntur maafkan. Dia bahkan memilih diam belakangan ini, tapi kalau sudah
Airyn berdecak geram, bahkan tadi tak segan memukul dada Arion yang tengah cengengesan tanpa dosa. Usai memperbaiki penampilannya, Airyn keluar dari kamar mandi, berusaha menetralkan detak jantung yang hampir saja kehilangan fungsi akibat ulah Arion.“Aldo, maaf ya. Tadi aku buang air.”Melihat wajah Airyn merona kemerahan, Aldo gesit menempelkan tangan pada dahinya. “Cuman hangat, tapi muka lo merah. Gue kira demam tinggi. Lo nggak kenapa-kenapa, ‘kan?”“A—ah! Aku? Aku nggak pa-pa kok, a—aku baik-baik aja. Ini merah karena habis aku usap pakai tisu. Aku sehat, besok udah boleh pulang. Kamu repot banget jengukin aku.” Airyn duduk di sofa, mempersilakan Aldo juga sambil mencicipi beberapa makanan yang ada di meja itu.Aldo menatap Airyn, sebelum akhirnya mengamati seluruh penjuru ruangan mewah yang sepertinya sangat tidak mungkin untuk Airyn inap meski hanya satu hari satu malam. Aldo bisa memperhitungkan semua biayanya yang cukup menguras kantong.“Gue pikir tadi salah kamar.” Aldo t
Wajah Arion sangat datar seolah ingin menelan manusia yang saat ini sedang was-was duduk di hadapannya.“Pak Arion, saya … saya minta maaf. S—sebenarnya saya nggak sengaja mendorong Airyn sampai kepalanya terbentur. Saya nggak mengira bakalan separah itu. Airyn biasanya suka bohong buat menghindari saya, makanya saya tinggalin, karena saya pikir dia pura-pura pingsan.” Sera berucap panjang lebar dengan mimik sedih yang dibuat-buat, berharap Arion iba. Sera takut, sebab kali ini Arion terlihat akan balas dendam.Kalau Sera pikir-pikir, terserah dirinya mau memerlakukan Airyn seperti apa, sebab anak itu darah dagingnya. Hanya saja, Arion bisa melaporkan Sera ke polisi dengan berbagai tuduhan agar dia membusuk di penjara. Andai bukan Arion orangnya, Sera pasti melawan. Dia tipikal tidak gampang minta maaf, dan punya kepribadian sangat angkuh.“Yakin?” Sera mengangguk cepat. “Tidak perlu saya tunjukkan rekaman cctv kalian kemarin, ‘kan? Toh Anda bohong sejak awal. Saya semakin tidak minat
Arion merawat Airyn yang sedang demam tinggi setelah pemakaman Guntur. Bahkan cuaca hari ini sejak tadi tak berhenti hujan, Airyn berjam-jam kehujanan hanya untuk menangis di atas gundukan tanah sang papa. Tidak pernah Arion lihat gadis itu sangat lemah hingga tak bertenaga dengan pandangan kosong, kini dunia Airyn benar-benar direnggut habis tanpa sisa.Kata Veroni, dia dan Guntur sengaja keluar bersama untuk membelikan Airyn beberapa hadiah spesial, karena besok gadis itu berulang tahun yang ke-21. Namun, ketika Veroni asyik memilih liontin yang cocok untuk Airyn di sebuah toko perhiasan, terdengar suara gaduh tak jauh darinya. Guntur menjadi korban tabrak lari setelah berhasil membeli buket mawar merah untuk putri kesayangannya.Kelopak mawar berhamburan di jalan bersama darah yang mengalir dari kepala Guntur, menjadi saksi bisu betapa besar rasa cinta seorang papa kepada buah hatinya. Ini perayaan istimewa yang Guntur rencanakan sejak lama ketika memiliki uang lebih—sebab sebelumn
"Capek? Ayo, tidur lagi." Arion menatap jam yang menunjukkan pukul dua dini hari. Airyn betah menangis sejak dua jam yang lalu ketika dia membuka mata dan kembali menyadari keadaannya. "Demam kamu maasih tinggi, mau dirawat di rumah sakit saja?" Arion sambil mengompres Airyn, tidak berhenti merawat gadis itu meski sangat mengantuk. Akal sehat Arion mulai hilang, dia beberapa kali tertidur dan kembali bangun. Bayangkan saja, sejak kemarin Arion belum tidur sama sekali. Dia tidak bisa meninggalkan Airyn barang sekejap, gadis itu tidak boleh merasa sendirian dan terpuruk begitu dalam."Saya tahu kamu terluka, tapi jangan terlalu keras menghukum diri kamu."Wajah Airyn pucat pasi, tetapi semakin berjalannya waktu, tangis itu perlahan mulai mereda. Tersisa isak yang begitu menyayat hati, bibir Airyn yang kering terus bergetar merasakan kepiluan. Arion tidak tega melihatnya. Andai bisa berbagi kesedihan, Arion siap menanggung sebagian rasa itu agar Airyn tidak terluka sendirian."Kamu la
Arion memeluk bahu Airyn, menguatkan sepanjang gadis itu menangis di pusara sang papa. Beberapa kali, Arion juga menyeka air mata haru. Dia tidak bisa menghentikan tangis Airyn, sebab dirinya pun tenggelam dalam duka yang sama. Arion sangat mengerti bagaimana luka Airyn.“Sebentar lagi hujan.” Arion melihat langit menggelap, beberapa kali geledek terdengar berisik di atas sana. “Kamu masih sakit, jangan kehujanan dulu.”Airyn menatap langit, lalu beralih pada Arion yang sedang menatap ke arahnya. “A—aku ternyata nggak sekuat itu, Pak Arion.” Bibirnya bergetar dengan napas tertahan, air mata kembali mengalir membasahi pipi Airyn.“Tidak apa kalau masih mau nangis, Ai. Saya tidak akan bilang kamu cengeng, tapi jangan berlarut. Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang tidak mudah, saya paham perasaan kamu. Tenang, ya.”Perlahan, Arion mengusap air mata Airyn sambil berusaha menenangkan. Arion merapikan helaian ramput Airyn yang berantakan ke belakang telinga. Gadis yang Arion cintai
"Makanya kalau dibilangin nurut. Lagi musim hujan, banyak nyamuk di sini." Airyn membalurkan cream anti nyamuk pada permukaan tangan dan kaki Arion. Pria itu mengeluh tidak bisa tidur karena segerombol nyamuk menyerang Arion."Leher saya juga, Ai. Apa bisa sekalian ke wajah? Coba kamu lihat, ini pipi saya ada bintik merah. Nyamuk sialan!"Airyn terkekeh, umpatan Arion justru terdengar lucu. "Pipi Pak Arion merah, lain kali kalau pukul nyamuknya jangan keras, Bapak juga yang sakit. Krim ini nggak disaranin ke muka, nanti takut iritasi atau alergi.""Kamu tidak digigit nyamuk?""Udah biasa, Pak. Gantian aja, Bapak yang tidur di atas, aku di bawah. Kayaknya nyamuk bersarang di bawah kasur.""Bahaya. Gimana kalau nyamuk demam berdarah?" Arion memicing. "Tidur berdua saja di atas bagaimana?""Itu mah emang mau Bapak. Nggak mau, Pak Arion mesum!" Airyn menepis tangan Arion, cepat-cepat naik ke ranjang dan menarik selimut. "Tidur, Pak, udah larut. Besok masuk kantor, jangan bolos terus.”"Pa
Tidak sampai jamnya pulang kantor, Airyn menemui Bagas untuk minta izin pulang lebih dulu. Takutnya Sera dan Deri membuat keributan di rumah, karena mereka meminta Airyn segera datang."Kamu sudah hubungi Pak Arion?""Aku cuman berani kirim pesan, itu pun nggak dibalas sama sekali. Dari tadi pagi chat aku cuman dibaca doang, kayaknya Pak Arion terlanjur marah." Seharian mood Airyn buruk sekali akibat Arion, dia dihantui rasa bersalah."Ada masalah apa di rumah? Kalau sampai bikin kamu celaka, saya antarkan saja, mumpung lagi senggang.""Nggak usah, Pak, aku naik ojek aja biar cepat." Airyn mengangguk, kemudian melangkah cepat meninggalkan ruangan Bagas tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.Kurang lebih lima belas menit, akhirnya Airyn tiba di rumah. Veroni ada di sana, tetapi wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa."Lama banget, sampai Mama telepon berkali-kali dulu baru pulang." Sera menghela jengah, kemudian menyerahkan surat rumah beserta tanah kediaman mereka. "Rumah dan tanah ini