Arion memeluk bahu Airyn, menguatkan sepanjang gadis itu menangis di pusara sang papa. Beberapa kali, Arion juga menyeka air mata haru. Dia tidak bisa menghentikan tangis Airyn, sebab dirinya pun tenggelam dalam duka yang sama. Arion sangat mengerti bagaimana luka Airyn.“Sebentar lagi hujan.” Arion melihat langit menggelap, beberapa kali geledek terdengar berisik di atas sana. “Kamu masih sakit, jangan kehujanan dulu.”Airyn menatap langit, lalu beralih pada Arion yang sedang menatap ke arahnya. “A—aku ternyata nggak sekuat itu, Pak Arion.” Bibirnya bergetar dengan napas tertahan, air mata kembali mengalir membasahi pipi Airyn.“Tidak apa kalau masih mau nangis, Ai. Saya tidak akan bilang kamu cengeng, tapi jangan berlarut. Kehilangan seseorang yang kita sayangi memang tidak mudah, saya paham perasaan kamu. Tenang, ya.”Perlahan, Arion mengusap air mata Airyn sambil berusaha menenangkan. Arion merapikan helaian ramput Airyn yang berantakan ke belakang telinga. Gadis yang Arion cintai
"Makanya kalau dibilangin nurut. Lagi musim hujan, banyak nyamuk di sini." Airyn membalurkan cream anti nyamuk pada permukaan tangan dan kaki Arion. Pria itu mengeluh tidak bisa tidur karena segerombol nyamuk menyerang Arion."Leher saya juga, Ai. Apa bisa sekalian ke wajah? Coba kamu lihat, ini pipi saya ada bintik merah. Nyamuk sialan!"Airyn terkekeh, umpatan Arion justru terdengar lucu. "Pipi Pak Arion merah, lain kali kalau pukul nyamuknya jangan keras, Bapak juga yang sakit. Krim ini nggak disaranin ke muka, nanti takut iritasi atau alergi.""Kamu tidak digigit nyamuk?""Udah biasa, Pak. Gantian aja, Bapak yang tidur di atas, aku di bawah. Kayaknya nyamuk bersarang di bawah kasur.""Bahaya. Gimana kalau nyamuk demam berdarah?" Arion memicing. "Tidur berdua saja di atas bagaimana?""Itu mah emang mau Bapak. Nggak mau, Pak Arion mesum!" Airyn menepis tangan Arion, cepat-cepat naik ke ranjang dan menarik selimut. "Tidur, Pak, udah larut. Besok masuk kantor, jangan bolos terus.”"Pa
Tidak sampai jamnya pulang kantor, Airyn menemui Bagas untuk minta izin pulang lebih dulu. Takutnya Sera dan Deri membuat keributan di rumah, karena mereka meminta Airyn segera datang."Kamu sudah hubungi Pak Arion?""Aku cuman berani kirim pesan, itu pun nggak dibalas sama sekali. Dari tadi pagi chat aku cuman dibaca doang, kayaknya Pak Arion terlanjur marah." Seharian mood Airyn buruk sekali akibat Arion, dia dihantui rasa bersalah."Ada masalah apa di rumah? Kalau sampai bikin kamu celaka, saya antarkan saja, mumpung lagi senggang.""Nggak usah, Pak, aku naik ojek aja biar cepat." Airyn mengangguk, kemudian melangkah cepat meninggalkan ruangan Bagas tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.Kurang lebih lima belas menit, akhirnya Airyn tiba di rumah. Veroni ada di sana, tetapi wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa."Lama banget, sampai Mama telepon berkali-kali dulu baru pulang." Sera menghela jengah, kemudian menyerahkan surat rumah beserta tanah kediaman mereka. "Rumah dan tanah ini
Karena tidak punya pilihan, akhirnya rumah yang selama ini Airyn tinggali sejak kecil secara resmi menjadi milik orang lain. Airyn terpaksa melepas semua kenangan di dalamnya dengan tangis yang tak terbendung. Bohong jika Airyn bilang ikhlas, hatinya berteriak tidak rela dan bahkan masih berharap ini semua mimpi.Airyn berharap ada yang menolongnya selama tiga hari ini, ternyata tidak sama sekali. Dia pun tidak bisa memberi tahu Arion, meski sangat ingin. Malu, hutangnya pun sudah tidak terhitung lagi. Airyn tidak boleh semakin terikat, apalagi setelah tahu Arion mencintainya. Jangan sampai Airyn menjadi orang paling jahat dengan memanfaatkan kebaikan Arion, sementara dirinya tak bisa membalas rasa pria itu."Kak, semuanya hilang dari genggaman aku. Aku nggak punya apa-apa lagi. Papa kecewa nggak aku pilih jalan ini?"Sejak tadi Airyn hanya bisa menggenggam Veroni erat, takut pilihannya salah."Mau tinggal sama aku aja, Ai?"Airyn menggeleng. "Aku nggak mungkin repotin Kak Oni terus,
Sesuai janji, sore ini Airyn berkebun di kediaman Bagas. Mereka sudah mempersiapkan segala peralatan kebun untuk mempercantik taman ibu Bagas. Ada beberapa tanaman yang harus dipindah tempat, ada juga kedatangan member baru yang sempat mereka beli di perjalanan tadi. Airyn tidak sabar ingin melakukan keseruan ini, dia terlihat paling bersemangat."Kamu bawa yang ringan saja, biar saya yang angkat tanah dan pupuk. Tunggu saya di sana, tidak usah angkat tanaman yang besar, nanti kejatuhan saya yang diamuk Pak Arion.""Apa, sih? Aku nggak ada apa-apa sama Pak Arion. Jangan diledekin mulu!" Airyn menggertakkan gigi, lalu melenggang pergi membawa beberapa peralatan kebun yang ringan. Dia menyusun beberapa pot yang akan ditambahkan tanah untuk tanaman baru."Pakai, biar tidak kotor dan lecet." Bagas memberikan sarung tangan khusus berkebun, setelah itu mulai mengisi tanah pada pot yang tersedia. "Nanti kalau tanaman ini besar, perlu dipindahkan ke tempat yang baru lagi?""Iya, semoga dia tu
Karena kerjaan Arion baru selesai tadi sore, alhasil sekitar jam setengah sembilan malam, barulah pria itu tiba. Dari Bandara, Arion langsung menuju kediaman Sera untuk menemui Airyn. Sayang, setibanya di sana Airyn malah tidak berada di rumah. Kata Sera, gadis itu keluar bersama teman laki-laki.Tanpa diberi tahu lebih lanjut, Arion sudah tahu dengan siapa Airyn keluar."Cari mereka di sekitar pedagang kaki lima sini. Saya yakin mereka tidak pergi jauh."Tidak lama mengitari pedagang kaki lima, Arion melihat Airyn dan Aldo sedang makan di salah satu tenda pecel lele. Tanpa menunggu Bagas mencari parkir, Arion lebih dulu turun dari mobil. Langkah kakinya terlihat lebar dan buru-buru. Dari mimik wajah dan tatapan elangnya, Arion marah.Kemarin mereka bertengkar akibat cowok itu, dan sekarang Airyn malah dengan santai makan bersamanya sambil ngobrol. Emosi Arion naik ke ubun-ubun, rasanya ingin langsung melempar Aldo dari hadapan Airyn."Lancang sekali kamu memandangi pacar saya sambil
Airyn bantu Arion membongkar koper. Beberapa pakaian kotor dan bersih dia pisahkan, sampai akhirnya menemukan sebuah paperbag di bagian paling bawah. Awalnya tidak mengira jika itu berisikan berintilan cewek, andai sebuah jepit rambut bulat tidak menggelinding keluar.“Pak Arion, ini punya siapa? Salah bawa apa gimana?” Airyn cukup kaget, karena menemukan banyak sekali barang lucu yang membuatnya menjerit suka. Mata Airyn bahkan tak berhenti berbinar ketika menemukan jepit rambut gemas warna pastel. Airyn juga punya koleksi aksesoris untuk memperindah rambutnya, tetapi belum ada seperti di paperbag itu. Semuanya cantik dan pasti mahal. Bisa dilihat dari bahan dan bentuknya, tidak mudah patah dan bukan terbuat dari plastik biasa.Arion mendatangi Airyn sambil mengenakan kaos. Setelan malam ini hanya celana kain hitam setengah paha longgar, dan atasan senada polos. Berpakaian seperti ini, Arion terlihat lebih muda.“Ah, iya, kayaknya. Buang saja.”“A—apa? Kok dibuang, sih?” Airyn kaget
“Pak, udah!” Airyn berusaha menjauhkan wajah, tetapi Arion masih sibuk mengecupi pipinya sambil memeluk. Entah kenapa, setiap dipangku dengan posessif, jantung Airyn berdebar tidak keruan. Dia bahkan tidak bisa berpikir jernih, semacam hilang kendali diri.“Diam, saya lagi isi daya. Meski hari libur, kerjaan saya menumpuk. Saya perlu energi.”“Kayak hp aja perlu isi daya segala. Manusia cuman perlu istirahat, Pak.”“Saya bukan manusia, mungkin saya semacam malaikat.” Arion terkekeh, menaikkan bahu tak peduli jika Airyn mencibir kepercayaan dirinya setinggi langit. “Nyaman sekali pelukan sama kamu, saya jadi semangat. Pegal saya hilang, tanpa dipijat.”“Aku pengap, mulai sesak napas. Lama banget isi dayanya, udah terhitung setengah jam lebih. Aku belum beberes, belum siapin sarapan. Memangnya Pak Arion nggak laper?”“Kalau sama kamu, saya tidak kenal laper.”Airyn tertawa cemooh. “Udah, Pak, jangan kebanyakan bercanda dan ngegombal. Aku mau cepat pulang, Pak Arion suka ngulur waktu.”“