Tidak sampai jamnya pulang kantor, Airyn menemui Bagas untuk minta izin pulang lebih dulu. Takutnya Sera dan Deri membuat keributan di rumah, karena mereka meminta Airyn segera datang."Kamu sudah hubungi Pak Arion?""Aku cuman berani kirim pesan, itu pun nggak dibalas sama sekali. Dari tadi pagi chat aku cuman dibaca doang, kayaknya Pak Arion terlanjur marah." Seharian mood Airyn buruk sekali akibat Arion, dia dihantui rasa bersalah."Ada masalah apa di rumah? Kalau sampai bikin kamu celaka, saya antarkan saja, mumpung lagi senggang.""Nggak usah, Pak, aku naik ojek aja biar cepat." Airyn mengangguk, kemudian melangkah cepat meninggalkan ruangan Bagas tanpa memberi penjelasan lebih lanjut.Kurang lebih lima belas menit, akhirnya Airyn tiba di rumah. Veroni ada di sana, tetapi wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa."Lama banget, sampai Mama telepon berkali-kali dulu baru pulang." Sera menghela jengah, kemudian menyerahkan surat rumah beserta tanah kediaman mereka. "Rumah dan tanah ini
Karena tidak punya pilihan, akhirnya rumah yang selama ini Airyn tinggali sejak kecil secara resmi menjadi milik orang lain. Airyn terpaksa melepas semua kenangan di dalamnya dengan tangis yang tak terbendung. Bohong jika Airyn bilang ikhlas, hatinya berteriak tidak rela dan bahkan masih berharap ini semua mimpi.Airyn berharap ada yang menolongnya selama tiga hari ini, ternyata tidak sama sekali. Dia pun tidak bisa memberi tahu Arion, meski sangat ingin. Malu, hutangnya pun sudah tidak terhitung lagi. Airyn tidak boleh semakin terikat, apalagi setelah tahu Arion mencintainya. Jangan sampai Airyn menjadi orang paling jahat dengan memanfaatkan kebaikan Arion, sementara dirinya tak bisa membalas rasa pria itu."Kak, semuanya hilang dari genggaman aku. Aku nggak punya apa-apa lagi. Papa kecewa nggak aku pilih jalan ini?"Sejak tadi Airyn hanya bisa menggenggam Veroni erat, takut pilihannya salah."Mau tinggal sama aku aja, Ai?"Airyn menggeleng. "Aku nggak mungkin repotin Kak Oni terus,
Sesuai janji, sore ini Airyn berkebun di kediaman Bagas. Mereka sudah mempersiapkan segala peralatan kebun untuk mempercantik taman ibu Bagas. Ada beberapa tanaman yang harus dipindah tempat, ada juga kedatangan member baru yang sempat mereka beli di perjalanan tadi. Airyn tidak sabar ingin melakukan keseruan ini, dia terlihat paling bersemangat."Kamu bawa yang ringan saja, biar saya yang angkat tanah dan pupuk. Tunggu saya di sana, tidak usah angkat tanaman yang besar, nanti kejatuhan saya yang diamuk Pak Arion.""Apa, sih? Aku nggak ada apa-apa sama Pak Arion. Jangan diledekin mulu!" Airyn menggertakkan gigi, lalu melenggang pergi membawa beberapa peralatan kebun yang ringan. Dia menyusun beberapa pot yang akan ditambahkan tanah untuk tanaman baru."Pakai, biar tidak kotor dan lecet." Bagas memberikan sarung tangan khusus berkebun, setelah itu mulai mengisi tanah pada pot yang tersedia. "Nanti kalau tanaman ini besar, perlu dipindahkan ke tempat yang baru lagi?""Iya, semoga dia tu
Karena kerjaan Arion baru selesai tadi sore, alhasil sekitar jam setengah sembilan malam, barulah pria itu tiba. Dari Bandara, Arion langsung menuju kediaman Sera untuk menemui Airyn. Sayang, setibanya di sana Airyn malah tidak berada di rumah. Kata Sera, gadis itu keluar bersama teman laki-laki.Tanpa diberi tahu lebih lanjut, Arion sudah tahu dengan siapa Airyn keluar."Cari mereka di sekitar pedagang kaki lima sini. Saya yakin mereka tidak pergi jauh."Tidak lama mengitari pedagang kaki lima, Arion melihat Airyn dan Aldo sedang makan di salah satu tenda pecel lele. Tanpa menunggu Bagas mencari parkir, Arion lebih dulu turun dari mobil. Langkah kakinya terlihat lebar dan buru-buru. Dari mimik wajah dan tatapan elangnya, Arion marah.Kemarin mereka bertengkar akibat cowok itu, dan sekarang Airyn malah dengan santai makan bersamanya sambil ngobrol. Emosi Arion naik ke ubun-ubun, rasanya ingin langsung melempar Aldo dari hadapan Airyn."Lancang sekali kamu memandangi pacar saya sambil
Airyn bantu Arion membongkar koper. Beberapa pakaian kotor dan bersih dia pisahkan, sampai akhirnya menemukan sebuah paperbag di bagian paling bawah. Awalnya tidak mengira jika itu berisikan berintilan cewek, andai sebuah jepit rambut bulat tidak menggelinding keluar.“Pak Arion, ini punya siapa? Salah bawa apa gimana?” Airyn cukup kaget, karena menemukan banyak sekali barang lucu yang membuatnya menjerit suka. Mata Airyn bahkan tak berhenti berbinar ketika menemukan jepit rambut gemas warna pastel. Airyn juga punya koleksi aksesoris untuk memperindah rambutnya, tetapi belum ada seperti di paperbag itu. Semuanya cantik dan pasti mahal. Bisa dilihat dari bahan dan bentuknya, tidak mudah patah dan bukan terbuat dari plastik biasa.Arion mendatangi Airyn sambil mengenakan kaos. Setelan malam ini hanya celana kain hitam setengah paha longgar, dan atasan senada polos. Berpakaian seperti ini, Arion terlihat lebih muda.“Ah, iya, kayaknya. Buang saja.”“A—apa? Kok dibuang, sih?” Airyn kaget
“Pak, udah!” Airyn berusaha menjauhkan wajah, tetapi Arion masih sibuk mengecupi pipinya sambil memeluk. Entah kenapa, setiap dipangku dengan posessif, jantung Airyn berdebar tidak keruan. Dia bahkan tidak bisa berpikir jernih, semacam hilang kendali diri.“Diam, saya lagi isi daya. Meski hari libur, kerjaan saya menumpuk. Saya perlu energi.”“Kayak hp aja perlu isi daya segala. Manusia cuman perlu istirahat, Pak.”“Saya bukan manusia, mungkin saya semacam malaikat.” Arion terkekeh, menaikkan bahu tak peduli jika Airyn mencibir kepercayaan dirinya setinggi langit. “Nyaman sekali pelukan sama kamu, saya jadi semangat. Pegal saya hilang, tanpa dipijat.”“Aku pengap, mulai sesak napas. Lama banget isi dayanya, udah terhitung setengah jam lebih. Aku belum beberes, belum siapin sarapan. Memangnya Pak Arion nggak laper?”“Kalau sama kamu, saya tidak kenal laper.”Airyn tertawa cemooh. “Udah, Pak, jangan kebanyakan bercanda dan ngegombal. Aku mau cepat pulang, Pak Arion suka ngulur waktu.”“
Arion melipat kedua tangannya di dada, menatap Airyn yang tampak ngos-ngosan. “Habis lari maraton kamu?” tanyanya setengah mencibir. Belum ada satu jam setelah Arion antarkan tadi, gadis itu kembali muncul di hadapannya. “Luka kamu sembuh?”“Bukan waktunya bertanya, Pak.” Arion menaikkan sebelah alis. Tidak sempat mencecar lebih lanjut, Airyn menerobos masuk. “Gawat, Pak Arion. Kita dapat masalah besar!” paniknya masih berusaha mengatur napas. Pusat kota sedang macet, dia rela lari-larian dari perempatan jalan menuju ke gedung apartemen ini. Kira-kira jaraknya sekitar lima ratus meter, dengan posisi matahari berada di atas kepala.“Minum dulu. Pelan-pelan saja, saya santai orangnya.” Arion mengambilkan air, membukakan tutupnya juga. Kurang perhatian apa lagi dia? Modelan begini saja masih ditolak puluhan kali oleh Airyn.“Pak, Mama laporin Bapak ke polisi.”Tidak kaget, Arion justru tertawa. “Bapak jangan ketawa, aku serius. Mama udah pergi dari tadi buat bikin laporan. Gimana ini?”
Dengan segala ketidaksiapan, serba buru-buru, dan perasaan campur aduk—kini Airyn sudah resmi menikah dengan Arion. Mereka melakukan pemberkatan nikah tanpa gaun pengantin, tanpa tamu undangan, dan tanpa pesta. Bahkan Airyn hanya mengenakan dress yang Bagas belikan secara dadakan, untung Arion peka untuk memanggil penata rias, meski riasan wajah Airyn pun tetap natural.Orang tua Arion tahu, sebab sebelum mengucapkan janji suci, mereka sempat bicara dulu melalui telepon. Abimayu marah dan kecewa mengetahui pemberitaan yang beredar luas menjadi konsumsi massa, kemudian semakin dibuat jantungan dengan keputusan sepihak Arion untuk menikahi Airyn.Abimayu ingin bantu menyelesaikan masalah, mencari jalan keluar bersama tanpa pernikahan secara buru-buru ini, tetapi Arion tetap keras dengan pendiriannya. Megan menangis tersedu-sedu, tidak ingin bicara sepatah kata pun karena terlampau kecewa. Belum lagi ketika Megan mengetahui siapa sebenarnya Airyn. Tidak pernah terbayang olehnya akan memi