Marcus mendapati majikannya sedang kesal. Dua anaknya tidak muncul di Batista sejak kemarin. Devin sejak mengambil mobil Levin di Hotel Writz, tidak lagi memasuki Batista. Marcus pulang seorang diri dengan mobil Devin. Dan Levin pergi tanpa pamit saat Andrew membatalkan berangkat ke Billard karena tiba-tiba sakit kepala.
“Dua anak itu membuat kepalaku semakin sakit,” keluh Andrew saat pelayan menyiapkan sarapan. “Mereka tidak pulang dan tidak memberi kabar.”
Marcus tersenyum. Andrew masih saja khawatir pada dua anak lelakinya, seolah mereka masih kecil. Padahal, urusan lelaki dewasa lebih rumit dari lelaki kecil, dan kadang mereka tidak ingin melibatkan orang tua untuk menyelesaikannya.
“Tuan Devin menelpon saya setelah mengambil mobil, katanya dia akan ke pabrik dulu. Mun
Devin membuka pintu garasi rumah persembunyian barunya. Dia terpaksa membeli sebuah rumah baru lagi, masih dalam jangkauan Liliana. Karena dia membutuhkan pelayan untuk membersihkan dan merawat rumah persembunyiannya.Antara mobil dan motor, Devin pun memilih motor. Saat naik ke atas motor, dia berusaha meyakinkan diri bahwa dia akan fokus mengendarainya. Kelebatan wajah Beverly saat dia menghidupkan motornya, ternyata disadarinya membuatnya tidak bisa fokus. Dia lalu mematikan mesin motornya dan pindah ke mobil.Setelah melirik jam tangan, dia pun menghidupkan mesin mobil dan mengeluarkannya dari garasi. Sejenak menatap jalan di depannya yang tampak lengang. Kawasan yang dipilihnya adalah kawasan perumahan dengan banyak rumah bermodel sama, dengan mayoritas penghuninya adalah pekerja. Jam-jam malam seperti ini, bisa dipastikan semua penghuni kawasan ini sedang
Bella membuka mata dan mendapati pemandangan di hadapannya adalah tirai bernuansa biru lembut. Sinar matahari menyusup lembut, menerangi ruangan. Dia tidak terkejut mendapati dirinya tidak terbangun di kamar tidurnya. Juga ketika menurunkan selimutnya, kembali harus merapatkannya ke dada. Dia melongok ke lantai dan melihat pakaiannya berceceran di sana.Sejenak, dia tak tahu harus berbahagia atau tidak telah menjalani malam pertama bersama Levin, yang dia yakini masih terlelap di belakang punggungnya. Malam pertama yang diidamkannya hanya dilaluinya bersama Devin Chayton.Rasanya kemarin adalah mimpi buruk ketika dia mendapati Devin bersama wanita asing. Bukankah bisa jadi mereka tidak serius, sebagaimana Levin dengan wanita-wanita lainnya? Bukankah akan lebih baik bila dia bertanya pada Devin, bukan malah membalasnya dengan memperturutkan nafsunya, tidur denga
Mobil Devin memasuki garasi rumah persembunyian barunya. Setelah mematikan mesin, sejenak dia terdiam. Teringat bagaimana Levin dan Bella berciuman, membuatnya tak percaya bahwa selama ini Bella menyukai Levin. Padahal Devin yakin, Bella menyukainya dan selalu berusaha menghindari Levin.Hanya saja selama ini, Devin tak pernah membuka hatinya pada wanita itu, meski logikanya berjalan normal. Kedekatan Artwater dan Chayton, kadang lintasan pikirannya menduga bahwa ayahnya dan ayah Bella akan menjodohkan mereka berdua. Meski mereka punya pemikiran terbuka, tapi kerapnya dua ayah itu mendekatkan segala urusan Devin dengan Bella, membuat Devin pernah terbetik pikiran seperti itu.Tapi Bella lebih tua darinya, dan itu adalah salah satu kriteria yang akan dijadikannya alasan, bila ada wanita lain yang sudah memenuhi hatinya. Dan dia adalah Beverly Brennon. Entah kena
Semua pekerja dan pelayan sudah berkumpul di ruang kerja Andrew Chayton. Hari ini adalah jadwal pemeriksaan kesehatan rutin semua penghuni Mansion Batista. Bella membantu Cleve memeriksa pegawai sebelum dia pergi ke kandang untuk melakukan pengecekan hewan ternak.Selama Cleve memeriksa pegawai dan pelayan satu per satu, dia sesekali melirik Levin yang duduk di sofa, memperhatikan Bella. Andrew dan Devin tampak sibuk dengan kertas di hadapan mereka. Sedangkan Marcus bertugas mengabsen satu demi satu pekerja dan pelayan.“Sepertinya Levin sudah tidak sabar untuk diperiksa,” ucap Cleve lalu memberi kode pada Levin untuk mendekat. Levin tersenyum dan bangkit dari sofa menuju istri dan mertuanya. Bersamaan dengan itu, giliran Beverly masuk ke dalam ruangan. Memakai baju pelayan dengan rambut terikat rapi seperti pelayan lainnya.
Andrew memindai semua wajah di hadapannya. Makan siang kali ini begitu menegangkan, membuatnya keheranan. Terlebih setelah kalimat terakhir yang diucapkannya. Bella terpaku seperti patung lilin, dan Cleve menunduk dalam. Hanya Levin yang berkeringat, menganak sungai di pelipisnya. Devin tidak usah ditanya, dia selalu bisa menguasai gejolak perasaannya.“Cleve, kau terlihat pucat. Apakah, aku salah?” tanya Andrew hati-hati. “Aku hanya mengingatkan janji kita berdua dulu. Dan kurasa, sekarang sudah saatnya mereka berdua tahu.”“Perjodohan itu tidak bisa dilaksanakan!” ucap Levin tiba-tiba. Dia meraih gelas susu dan menandaskannya dalam hitungan detik. Devin sangat ingin melongok ke dalam hati adiknya, pasti badai berkecamuk di sana.Andrew menoleh ke si bungsu.
Umpan Bella termakan Devin. Wanita yang dimaksudnya ternyata memang menjadi prioritas atau setidaknya perhatian Devin. Nampak lelaki itu tidak suka Bella menyebutnya.Langkah Devin mendekat ke arah Bella, hingga jarak mereka sejengkal saja. Tatapan lelaki itu tajam ke sepasang mata Bella yang juga menatapnya tak berkedip. Wanita itu hendak menantang Devin, menunjukkan bahwa dia sekarang berada di atas angin. Rahasia Devin ada di tangannya, dan dia bisa menjadikannya kartu As. Meski lelaki itu tampak tak menyukainya."Katakan," ucap Devin, tiba-tiba begitu dingin. Lelaki ini kembali ke wujud aslinya. Pada Bella, dia tak pernah bersikap sedingin ini, meski tak bisa dikatakan selalu ramah dan menyenangkan. Sikap dingin Devin inilah yang membuat Bella selama ini selalu kebat kebit. Levin adalah lelaki yang panas dan mudah membakarnya. Tapi Devin, entah kenapa lebih
Kedatangan Komisaris pengganti Komisaris Hoggart mendapat sambutan hangat dari Andrew Chayton, meski kedua anaknya sangat tahu bahwa akting ayah mereka benar-benar luar biasa. Andrew tak pernah menyukai segala hal yang berbau dengan penegak hukum. Dan untuk menghindari keluarganya dari hukum, dia memilih untuk membiayai kepolisian. Dalam hal ini, Hoggart adalah orang yang sangat senang mendapatkan uang dari Chayton.Komisaris Aland Walker adalah komisaris pengganti yang dikirim gubernur ternyata jauh lebih muda dari mendiang Hoggart, namun tampak lebih cerdas dan teliti. Sepanjang interogasi ketiga Chayton--yang Andrew bersikukuh tidak ingin dipisah dari kedua anaknya, dia mengamati gerak tubuh ketiga lelaki di hadapannya. Sementara ketiga anak buahnya--yang sebelumnya adalah anak buah Hoggart, kali ini harus bekerja mengikuti irama atasan baru. Mereka sibuk mencatat, merekam dan mengambil gambar seolah ru
Berita digelandangnya Levin ke Kantor Polisi merebak dengan cepat. Baik Cleve maupun Bella tidak mengetahuinya dari Batista, padahal baru kemarin mereka berdua berkunjung ke sana. Para pegawai klinik Cleve dan cafe Bella sibuk berbisik-bisik tentang Levin Chayton yang dikaitkan dengan kematian Cindy Lau.Nyaris semua orang tahu, bahwa Levin kerap kepergok sembunyi-sembunyi di sudut cafe bersama Cindy Lau. Gadis itu juga teman berkendaranya. Entah hubungan mereka serius atau tidak, tapi reputasi Chayton sudah jelas tercemar bila memang benar. Namun bila menilik rekam jejak Levin yang juga kerap menggandeng gadis-gadis lain, maka hanya gelar mata keranjang yang disandangkan padanya.Levin belum enam jam di Kantor Polisi, Andrew sudah meminta anak bungsunya itu dipulangkan. Karena dia tidak yakin Levin tidak tenggelam dalam keringatnya sendiri selama di Kantor Pol
"Bukankah aku sudah transfer kemarin?" bantah Levin di sambungan telepon."Itu untuk penyelidikan dalam kota Tuan Chayton. Dan kami menemukan petunjuk bahwa Bella Artwater pergi ke luar negeri."Levin terdiam. Ke luar negeri pasti membutuhkan lebih banyak lagi dana. Tidak hanya untuk melacak, tapi juga untuk membawa Bella pulang. Sedangkan dia tidak punya lagi uang simpanan. Beberapa orang yang dikerahkannya selalu meminta uang tambahan bila penyelidikan semakin berlanjut karena menemukan bukti baru.Levin tak ingin melibatkan polisi. Melaporkan istrinya telah menghilang di kantor polisi hanya akan mempermalukannya karena status mereka belum tercatat resmi di negara. Apalagi Cleve tak lagi menghendaki Bella bersama Levin. Hanya karena kesalahan yang menurutnya sangat sepele. Toh dia biasa meladeni wanita-wanita peng
“Kau adalah satu-satunya orang yang tahu kalau aku sudah menikah.”Bella tercekat. Menatap Devin yang juga menatapnya dengan wajah berseri-seri dan pipi bersemu merah. Kepuasan dan kebahagian terpancar jelas di wajahnya. Mereka duduk berhadapan, di sebuah cafe dengan pemandangan menara Eiffel yang berselimut senja. Devin memintanya menunggu di sini, dan baru muncul dua jam kemudian.Pasti Devin masih menyelesaikan permainannya yang terhenti karena kedatangan Bella. Sementara Bella menanti di cafe, setelah mendapat pesan dari Devin untuk menunggunya di sana. Pesan yang dikirimkannya satu menit setelah lelaki itu menutup pintu rumahnya dan meninggalkan Bella berdiri di seberang rumahnya seperti perempuan bodoh.“Siapa dia?”“Istr
“Anda tidak akan percaya, Devin Chayton ada di Paris.” Bella tercekat, ludahnya terasa tertahan di kerongkongannya. Bagaimana mungkin Devin bisa ada di kota romantis itu? Kota idamannya yang akan dikunjunginya dengan lelaki pujaannya, Devin. “Bagaimana kau bisa menemukannya?” tanya Bella di sambungan telepon. Tangannya terasa gemetar dan dadanya serasa meledak, ketika mendengar kabar dari Detektif yang disewanya. Untuk mendapatkan Devin kembali, dia nekad melakukan apa saja, bahkan mengeluarkan uang tabungannya. Dia harus mendapatkan cinta Devin karena pada Levin dia tak lagi punya harapan. Meski sudah menyerahkan jiwa raganya pada bungsu Chayton, lelaki itu itu masih saja haus dan mereguknya dari wanita lain. Seolah Bella tak pernah bisa memuaskannya. Padahal setiap malam Bella selalu
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Andrew merasa hidup seorang diri. Makan malamnya sejak kepergian Devin, hanya ditemani Marcus. Dia meminta Marcus duduk di sebelahnya, bukan untuk melayaninya makan, tapi untuk makam malam bersamanya.“Sebentar lagi Tuan Levin pasti datang,” hibur Marcus, melihat gurat kecewa di wajah majikannya. Sudah hampir tengah malam, Levin belum juga memberi kabar apakah akan pulang ke Batista atau tidak. Sejak kepergok Marcus di cafe milik Bella, Marcus belum melihat Levin memasuki Batista hampir dua hari. Lelaki itu pasti disibukkan dengan memohon maaf pada Bella Artwater.Dan Andrew tak pernah menyebut nama Levin semenjak surat dari Devin datang. Lelaki sebaya Marcus itu diliputi kerinduan pada anak sulungnya, tapi tak bisa berbuat apa-apa. Kadang tanpa sadar dia menanyakan pada Marcus apakah Devin sudah pula
Andrew meremas surat di tangannya. Dadanya terasa berat, sepertinya sesak napasnya akan kambuh. Marcus yang berada di sebelahnya, sudah melihat gelagat majikannya. Napas Andrew mulai pendek dan berat.“Saya ambilkan obat, Tuan?”Andrew menggeleng. Dia lalu melemparkan surat yang sudah diremasnya ke lantai. Marcus hanya melirik gumpalan kertas itu jatuh tak berdaya. Masih bagus Andrew tidak merobeknya, jadi dia bisa menyimpan surat itu nanti. Biasanya Andrew akan mencari surat itu lagi bila hati dan kepalanya sudah dingin.“Mana Levin?”Marcus menelan ludah. Pertanyaan tentang Levin adalah soal yang paling sulit untuk dijawab. Marcus tidak ingin anak itu menjadi sasaran kemarahan ayahnya lagi. Lagipula dengan dimarahi, tidak akan membuat Levin menj
Devin tak melepas sedetik pun tangan istrinya. Meski Beverly berjanji untuk tidak melepaskan diri, namun kini Devin bukan lagi orang yang sama dengan dua puluh empat jam sebelumnya. Kini mereka sama-sama tahu bahwa pasangan mereka adalah orang yang diberi tugas untuk membunuh pasangannya.Bukan hal yang mudah bagi keduanya kini untuk membangun rasa saling percaya, meski setelah semua rahasia itu terbongkar, napas dan kulit mereka menyatu berbalur peluh. Baik Devin maupun Beverly tak hendak menanyakan apakah masih ada cinta di dada mereka masing-masing setelah apa yang terjadi. Bahwa mereka telah saling mengejar untuk saling membunuh–demi sebuah tugas dari organisasi tempat mereka bernaung.Kapal yang ditumpangi keduanya sudah memasuki perairan lepas dan mereka kini bebas hendak pergi ke manapun. Meski yakin para polisi pasti akan memburu bahkan mungkin me
Wajah Andrew mengerut, menampakkan usianya yang semakin renta. Ditambah dengan kemarahan yang tampak berusaha ditahannya. Napasnya tak lagi sesak, tapi semua orang bisa melihat lelaki yang masih tampak gagah di usianya itu, mengepal kedua tangan hingga gemetar. Marcus menarik lengan Levin, menyuruhnya menyingkir, masuk ke dalam kamar. Semula Levin menolak. Dia ingin menikmati momen di mana akhirnya Devin berhasil membuat Andrew Chayton murka. Selama ini, hanya Levin yang selalu berulah, membuat Mansion Batista berkali-kali heboh, kisruh dan pusing tujuh keliling. Kini giliran Devin, begitu mudahnya terkuak di depan semua orang. Dan tanpa ada yang bersangkutan hadir untuk membela diri. “Sejak kapan kau tahu, Irene? Apa yang sudah mereka lakukan?” tanya Andrew, sembari melangkah mendekati Irene, mengesampingk
Mansion Batista bangun sebelum waktunya. Para pelayan dikumpulkan di halaman oleh polisi, dan Irene menjadi orang yang paling sibuk. Semua pelayan diinterogasi, membuat suasana dini hari menjadi sangat kacau, karena mereka terpaksa dibangunkan oleh suara tembakan.Andrew berada di ruang kerjanya, mengenakan piyama. Duduk di kursi dengan kening berkerut. Polisi telah mengganggu istirahatnya, dan itu artinya harus ada harga yang harus dibayar. Mereka telah masuk dengan paksa dan membuat Andrew benar-benar marah.Komisaris berdiri di hadapannya dengan beberapa anak buahnya.“Kalian telah mengusik mansionku, tanpa seijinku!” sergah Andrew dengan nada meninggi, dan Marcus terpaksa menyentuh bahu majikannya, berusaha agar Andrew lebih tenang. Bagaimana tidak, Komisaris baru pengganti Komisaris Ho
“Berapa orang yang diperlukan untuk menangkap Devin Chayton?” gumam Devin, sembari merunduk di balik sebongkah batu. Cahaya senter tak satupun mengenainya. Para pengejar telah melewatinya, membuat Devin bisa beristirahat sejenak. Namun tak lama kemudian, terdengar langkah mendekat. Devin mengintip dari balik batu, dan dia mengenali gestur dalam kegelapan–yang rupanya ketinggalan jauh dari teman-temannya. Saat gestur itu mendekat, Devin langsung melompat dan menyergapnya. Mereka berdua jatuh terguling-guling, dan semakin terguling-guling karena ternyata berada di lereng bahu sungai. Seingat Devin, sungai ini sudah lama kering karena hulunya sudah dibuntu. Orang yang berhasil ditangkapnya, hanya mengerang kesakitan dalam pelukannya saat mereka akhirnya terbanting dan sama-sama terkapar di dasar sungai yang dipenuhi daun kering.