Levin adalah Chayton yang tak pernah peduli dengan urusan orang lain. Dalam kamus hidupnya hanya ada satu kata : wanita. Dan hal itu yang kerap menyudutkan Batista Corp dalam masalah, meski bukan masalah fatal.
Beberapa kali skandal Levin menyebabkan Batista Corp terutama Elecupt--pabrik elektronik yang diberikan pada Levin pengelolaannya, nyaris kehilangan saham-saham dari kolega terpercaya. Dan Andrew sudah kewalahan sehingga menghukum Levin dengan tidak mengijinkannya mengelola perusahaan di bawah Batista Corp.
Ditambah satu hukuman lagi, yaitu tidak boleh ada wanita dalam hidupnya hingga di berusia tiga puluh tahun. Usia yang menurut Devin adalah usia matang untuk siap mengelola Elecupt.
Levin melemparkan buku-buku tebal dari pangkuannya. Segala ilmu manajemen dan marketing tak pernah bisa masuk k
Devin mengunci pintu kamar, dan menatap ke arah Beverly yang berdiri di sebelah tempat tidur sembari memeluk cuciannya. “Sampai kapan kau akan membawa cucian itu, Bev?” tanya Devin. “Taruh di sudut sana.” Beverly sedikit tertegun mendengar namanya disebut. Bev adalah panggilan kesayagannya, dan hanya orang-orang terdekatnya saya yang memanggilnya demikian. Namun entah kenapa, Devin diijinkannya memanggilnya dengan nama itu. Padahal dia selalu menolak bila bukan orang terdekatnya memanggil Bev. Beverly mengikuti arah telunjuk Devin, tenyata di sudut kamar ada sebuah keranjang dari anyaman bambu. Tertutup oleh jacket yang digantung dan menjuntai ke atas keranjang. Sepatu kotor Devin ada di sudut seberangnya. Beverly segera mengambilnya dan meletakkan di dekat keranjang. Dia lalu berdiri di sebelah keranjang,
“Aku akan pergi selama beberapa hari, Marcus.” Marcus memandangi punggung Devin Chayton. Mereka berdua berada di kamar Devin dan mengunci pintu. Dibandingkan Andrew, Devin kerap memberikan instruksi pada Marcus di kamarnya, tertutup dan singkat. Dan pada kepala pelayan itu, Devin memberikan kepercayaan penuh sebagaimana dulu sejak Sabrina Brice kabur dengan kekasih gelapnya--Devin hanya percaya pada Marcus. “Boleh saya tahu, apakah ini berkaitan dengan Salina Beauty atau Amanda Harper?” Devin terdiam. Marcus cukup cerdas untuk mengetahui bahwa dia punya pekerjaan lain di luar Salina Beauty, meski tidak tahu apa. Sebagaimana Levin yang menjadi playboy di luar sana, Marcus tak hendak mengurusnya dengan detail. Kecuali Andrew yang memerintahkan. “Keduanya.”
Levin baru saja keluar dari Bank ketika tiba-tiba lengannya digamit seseorang. Dengan cepat lelaki itu menyadari bahwa yang menyeretnya ke sisi samping halaman Bank adalah seorang gadis yang telah dibuatnya kesal.Cindy Lau. Seorang gadis blasteran Asia-Eropa dengan kulit kuning langsat. Wanita yang selalu bisa memenuhi hasratnya namun belakangan ayahnya menunjukkan bukti bahwa dia adalah anak dari mantan ibunya. Jadi, gadis yang menyeret tangannya tanpa peduli Levin berusaha melepasnya tak lain dan tak bukan adalah saudara sedarahnya.“Lepaskan aku,” sergah Levin dan sekali hentak tangannya sudah terlepas dari cengkeraman Cindy. Gadis bermata setengah sipit itu membeliak marah, mengetahui reaksi Levin menolaknya.“Levin!” serunya marah, berkacak pinggang di hadapan lelaki yang lebih ti
“Nurse, apa itu Bella?” Suara berat Cleve dari dalam kamar membuyarkan ketegangan ketiga orang itu di depan kamar Cleve yang terbuka. Levin melepaskan pelukannya dari Bella, lalu membungkuk mengambil buket bunga mawar yang tergeletak di lantai. Sumpah, Bella sangat ingin menginjak-injak buket bunga itu seperti saat mendapatkan buket bunga yang sama di cafe. “Benar, Tuan Cleve. Nona Bella Artwater.” Levin mengerti kenapa perawat di depan mereka berdua memberikan penekanan di nama Bella dan mengucapkannya dengan sedikit menjulurkan lidah--mengejek, sebelum dia berlalu dengan nampan yang sempat disenggolkannya ke lengan Levin. Levin mendenguskan hidung, demikian juga si perawat yang dalam sekejap sudah tak nampak karena berbelok ke selasar yang mengarah ke lift.
Devin sudah mendapatkan kamar hotel sekaligus tiket konser. Hotel itu terletak tepat di depan stadion sepak bola yang akan menyelenggarakan konser. Devin menyewa dua kamar. Satu kamar untuk dirinya sendiri, dan satu kamar tepat di sebelahnya untuk melakukan eksekusi. Dia akan melakukannya serapi mungkin hingga polisi akan mengira kalau hater yang melakukannya. Kekuatan media sangat membantu Devin menjalankan rencananya. Meski kandidat terkuat, Jack Northeen adalah orang yang paling dibenci di kotanya. Banyak bukti mengarah padanya terutama peredaran serbuk terlarang. Namun, produk amalnya untuk memerangi kecanduan narkoba jauh lebih dipublikasi daripada isu-isu di belakang. Uang, bagaimanapun telah memenangkan segalanya. Malam sudah larut. Devin bersiap memasang snipernya di kamar sebelah. Dia keluar dari jendela
Entah kenapa, sebelum melakukan pekerjaan kecilnya, Devin terpikir Beverly Brennon. Karena dia adalah target pembunuhan sebelumnya. The Vow berjanji memberikan konfirmasi terkait pekerjaannya yang direcoki oleh pekerja lain, meski Devin yakin jawabannya pasti perintah untuk bungkam dan tidak usah banyak bertanya.Urusan politik dan jalur hukum adalah urusan The Vow. Devin hanya eksekutor.“Marcus? Kau di rumah apa main bilyard?”Marcus yang sedang menerima sambungan telpon darinya, berpamitan pada Andrew Chayton untuk keluar dari ruang bilyard yang berisik. Dia meminta Devin menunggu hingga sampai di area parkir.“Ya, aku besama Tuan Andrew Chayton.”“Masuklah ke mobil, aku mau bica
Devin memutar otak, berpikir keras begitu mengetahui bahwa Kick101, wanita panggilan yang disewanya adalah ibu kandungnya sendiri. Keluarga Chayton sudah lama tahu bahwa Sabrina Brice berprofesi sebagai wanita panggilan dan menjadi simpanan orang-orang penting, baik itu di pemerintahan ataupun di dunia bisnis. Dia adalah wanita yang paling dibenci oleh istri-istri pejabat, namun tak ada yang bisa membuktikan perselingkuhan suami-suami mereka.Baik Devin maupun Levin sama jijiknya dengan Andrew mengetahui profesi Sabrina Brice. Wanita buruk selamanya akan buruk, meski dia bertemu dengan lelaki yang baik. Namun Devin tak pernah mengingkari bahwa Sabrina adalah wanita yang melahirkannya.Darah pendosa telah mengalir dalam tubuhnya. Membuatnya merasa bahwa melakukan sebuah dosa adalah bagian dari menangkap para penjahat yang tak tersentuh hukum. Bahkan Robinh
Devin membuka mata ketika mendengar pintu kamarnya diketuk. Dia sontak duduk dan mereload memorinya sejenak, dengan mengambil ponsel di sebelahnya dan melihat jam. Dia baru tidur dua jam. Dan sekarang masih dini hari.Sebuah panggilan dari ayahnya yang tak terjawab lima menit yang lalu. Lalu beberapa pesan. Belum sempat dia membukanya, pintu diketuk semakin keras. Perlahan Devin bangkit dan mengintip melalui lobang kecil di pintu.Andrew Chayton berdiri di depan pintu dengan mantel tebal selutut dan syal melilit leher. Andrew selalu melindungi dirinya dari dinginnya angin malam dengan mengenakan mantel dan syal seperti biasanya.Mana Amanda?Devin membuka pintu.“Lama sekali,” gerutu Andr