"Hati-hati, Jen." Edward menggandeng tangan Jenifer sejak turun dari mobil. Ia tidak membiarkan siapa pun untuk menyenggol atau mengenai tubuh maupun gaun pestanya Jenifer. "Ed, jangan berlebihan." bisik Jenifer."Kenapa?" Edward menaikkan alisnya. "Kau adalah tunanganku dan aku akan dengan sangat senang hati memperhatikan dan memanjakanmu." ucap Edward sambil mengelus punggung polos Jenifer.Jenifer merinding, kulitnya meremang mendapat sentuhan telapak tangan Edward yang berulang, bahkan sampai di atas pinggulnya."Ada apa?" Edward memperhatikan raut wajah Jenifer yang terlihat tidak nyaman."Ed, Jeny, ayo bergegaslah. Kita naik dengan lift yang sama!" panggil Casandra yang berusaha menahan pintu besi itu dengan kedua tangannya."Casei, hati-hati. Tanganmu bisa terluka." Eric memperingatkan istrinya yang masih saja bertingkah sama seperti sebelum menikah dulu. Seorang wanita yang sangat pintar adu otot dalam melawan penjahat."Maaf, Mom." Edward buru-buru mengiringi langkah Jenifer
"Tunggu …!"Jenifer berlari sekencangnya, berusaha menjauhi Edward. Air matanya berlinang sangat deras, tidak pernah ia menangis semengenaskan ini. Bahkan saat perceraiannya dengan Anthony atau putusnya hubungan dengan Gustaf. Edward adalah laki-laki pertama yang membuatnya jatuh cinta hingga ia tidak bisa mengukur kedalamannya. Edward pula laki-laki pertama yang mengenalkannya dengan kenikmatan bercinta secara oral maupun make out.Angannya melayang tinggi saat laki-laki itu memujinya dan menatapnya dengan tatapan penuh cinta. Jennifer yakin dengan instingnya jika laki-laki itu tulus mencintainya. Tapi kenapa tadi, Edward mengatakan malu bersamanya? Atau Kah selama ini matanya telah buta karena pesona ketampanannya dan perilaku manisnya yang pura-pura memujanya? Ah sungguh Jenifer tidak bisa berpikir jernih, segalanya terlihat abu-abu dan membingungkan. Harus kepada siapa ia percaya setelah peristiwa ini.Edward berusaha mengejar Jenifer, tapi ponselnya bergetar tiada henti. Ia seger
Jennifer terdiam menatap keluar lewat jendela kamarnya. Gadis itu pulang ke kota Texas setelah menunggu kedatangan Edward selama satu jam di apartemennya. Namun laki-laki yang ditunggunya itu, tidak menampakkan batang hidungnya. Edward juga tidak menghubunginya maupun mengirimkan sebuah pesan padanya. Gadis itu menjadi putus asa. Jennifer memutuskan untuk menenangkan diri dan kembali ke rumah ayahnya di Kota Texas. Saat tiba di Texas pada dini hari, ayahnya kaget dengan kedatangan Jennifer yang tiba-tiba tanpa memberikan kabar. Bahkan kakak laki-lakinya yang bernama Jason, menduga-duga jika sudah terjadi sesuatu dengan adik kesayangannya."Ed, aku rindu," bisik Jenifer. Sejak pergi meninggalkan apartemennya, tak sedetik pun matanya bisa terpejam. Bahkan pikirannya selalu tertuju pada mantan tunangannya itu. Ah, mantan tunangan. Memang benar ia sudah memutuskan pertunangannya dengan Edward. Walaupun laki-laki itu tidak menerima keputusan sepihaknya. Tapi apa bedanya? Bahkan sekarang sa
Edward semakin emosi saat melihat sesuatu yang tidak diharapkan berada di hadapannya. Anthony berada di atas tubuh Jenifer karena saat melintasi gadis itu. Laki-laki itu terpelanting dan menabrak Jenifer. Tanah yang basah membuat Anthony tidak seimbang dalam berjalan.Edward tidak tahan lagi menahan amarah. Dirinya yang tadinya sengaja bersembunyi langsung keluar dan bergegas mendekati mereka berdua."Anthony, apa yang kau lakukan? Cepat bangun dari atas tubuhku." Jennifer berusaha mendorong tubuh Anthony setelah kaget karena dirinya tiba-tiba ditabrak oleh mantan suaminya itu.""I-iya, maaf," Anthony berpura-pura untuk bangun. Padahal ia menikmati momen itu dan ingin merasakan lebih lama kelembutan dada montok Jenifer yang berada di bawahnya."Anthony, cepat bangun!" teriak Jenifer karena merasa tidak nyaman. Ia risih jika bersentuhan dengan laki-laki lain selain Edward. Apalagi mengenang masa lalunya yang buruk bersama Anthony. Jennifer merasa muak."Maaf, Jen. Aku sedang …." Anth
"Hentikan, Jason. Hentikan!" Robert terperangah melihat putra kandungnya sedang memukuli seseorang. Laki-laki setengah baya itu mendorong tubuh Jason hingga terjatuh ke belakang."Apa yang kau lakukan hah?! bentak Robert.Jennifer langsung menghambur menghampiri Edward. "Bagaimana keadaanmu, Ed?" Jennifer menangis sedangkan Edward sudah tidak bisa bergerak. Laki-laki itu sudah sangat lemah dan merasakan sakit di sekujur tubuhnya."Tenang, Sayang. Jangan menangis. Biar Papa akan memanggil ambulans kemari." Robert dengan cekatan merogoh saku celananya lalu menelepon ambulans.Anthony yang sedang duduk di rerumputan, merasa iri ketika Jennifer sangat mengkhawatirkan Edward laki-laki yang telah memukulnya dengan membabi buta."Pa, dia telah menyakiti Jenny itu sebabnya kenapa Jenu pulang ke rumah kita dan bersedih." ucap Jason."Apapun masalahnya, kau tidak berhak untuk main tangan. Semuanya harus kita selesaikan secara baik-baik dan semua keputusan berada di tangan adikmu. Bagaimanapun j
"Aku hanya menagih janjiku, Jes." Alex mengungkung tubuh Jessica, sehingga wanita itu tidak dapat bergerak. "Jika mereka benar-benar berpisah, aku akan memenuhi janjiku." Jessica mencari alasan untuk menolak keinginan Alex malam ini."Jangan mencari alasan. Aku sudah membuktikannya, tapi kau mencari-cari alasan""Aku tidak mau, kau baru saja menyentuh wanita lain." tolak Jessica."Itu karena kau selalu menolakku. Aku laki-laki normal yang punya kebutuhan. Bagaimana denganmu, setelah aku pindah ke luar negri. Berapa banyak laki-laki yang kau tiduri? Bukankah kau akan berganti pacar, satu minggu sekali?""Bukan urusanmu!""Jangan sok suci setelah bertemu dengan laki-laki pujaanmu itu!" hardik Alex."Tidak ada sangkut pautnya dengan Edward!""Kalau laki-laki itu bisa membuatmu berhenti berpetualang dari laki-laki satu ke laki-laki lainnya. Aku juga bisa berbuat yang sama. Aku mencintaimu, terima aku dan aku hanya akan menyentuh satu wanita. Yaitu kamu, cuma kamu, Jes.""Tapi masalahnya,
"Ed, hentikan!" rintih Jenifer."Bagaimana aku bisa berhenti kalau rasanya senikmat ini, Jen." Edward menghisap puncak Dada Jenifer setelah membuka kancing kemejanya Jenifer dan menarik cup bra yang menutupi kedua buah dada montok itu."Tapi jangan sekarang ….""Ayolah, aku sangat merindukanmu. Dua hari setelah berpisah denganmu, sudah membuat kepalaku ingin meledak." rayu Edward."Ed, kalau kita teruskan aku takut kau akan semakin babak belur.""Siapa lagi yang akan menghajarku?""Aku yakin, Papa dan Kak Jason sedang menuju kemari. Ahhh …," Jennifer mendesah karena Edward tidak berhenti menyerangnya."Mereka?" seketika Edward menghentikan aksinya."B-benar," suara Jennifer tertahan karena menahan nafsu yang sudah mulai memuncak."Tapi sepertinya kau sangat kesakitan sebelum kau mengeluarkan air cinta itu." ledek Edward karena melihat wajah Jenifer merah padam."Tidak apa, aku bisa menahannya …." desah Jennifer sambil menahan napasnya."Ayolah, aku bantu.""Jangan, tidak usah." tolak
"Itu tidak bisa!" Jennifer dan Edward bersamaan menjawab.Robert dan Jason memicingkan matanya melihat sepasang calon pengantin itu."M-maksudku, aku harus mengurus kafeku dulu sebelum kutinggalkan untuk acara pernikahan dan persiapannya." dusta Jennifer, ia paham jika Edward tidak akan membiarkannya untuk berpisah dengannya terlalu lama."Benar, saya juga ingin mengajak Jenifer untuk memilih tempat, makanan dan gaun pengantin. Walaupun semuanya sudah ada yang mengurus. Tapi bagian tertentu kami juga punya andil dalam persiapan nanti." Edward menambahkan."Baiklah, kami akan memberikan waktu satu minggu. Setelah itu kami akan menjemput Jenny pulang ke Texas. Kalian akan dilarang untuk bertemu hingga hari pernikahan nanti." tegas Jason.Jennifer dan Edward saling lirik, mereka sama-sama tidak setuju dengan keputusan dari Robert dan Jason."Tidak ada pembantahan, Kakakmu berkata benar, Sayang. Lagipula setelah itu kalian akan segera berstatus sebagai suami istri." ucap Robert. "Kalian be