Milly masih menunggu dengan sabar, dia yakin kalau Richie memang sudah ditakdirkan untuk menolongnya.
Kriiiiing, ponselnya tiba-tiba berbunyi ....
Milly terpaku, yang menelphone itu adalah ibunya. Kejadian tadi malam membuatnya lupa pada ibu, Milly tak tahu harus menjelaskan apa pada ibunya saat ini.Dia mulai berpikir kalau dia jujur dan pulang begitu saja pada ibu pasti ibu akan sangat kecewa.
Kriiiing, ponselnya terus berdering, dia pun mengangkatnya.
"Halo Bu ...." sapanya mencoba terdengar baik-baik saja.
"Milly, bagaimana kabarmu? Ibu ingin sekali menelphonemu sejak kemarin, tapi takut kamu sibuk," Terdengar suara ibu yang begitu antusias di sebrang sana, Milly jadi merasa bersalah.
"Heum ... aku baik Bu, Ibu gimana?"
"Ya begini lah, tapi kemarin bu Marta antar ibu chek up ke rumah sakit, Rado memberikan Ibu uang cukup untuk beli obat selama sebulan, katanya itu sebagai tunjangan awal, ya begitulah ... Ibu senang sekali, akhirnya kita bisa mendapatkan awal untuk kehidupan yang lebih baik."
Milly tak kuasa menahan air matanya mendengar semangat ibu, dia jadi dilema. Ibu pasti akan sangat kecewa kalau tahu yang sebenarnya. Apalagi kalau Ibu tahu Milly kabur dan akan segera pulang.
"Milly ...." panggil Ibu.
"Iya," sahut Milly lalu perlahan menyeka air matanya itu.
"Apa cafe sedang ramai? Kamu sibuk? Ya sudah, sana lanjutkan pekerjaanmu! Jangan buat bos mu marah, ya ...."
Milly semakin sedih mendengar kata-kata Ibu, pada kenyataannya saat ini dia sedang menunggu Julian untuk membawakan barang-barangnya. Entah lah, entah bagaimana Milly bisa menjelaskan pada ibunya saat nanti dia kembali ke Batam, Milly sudah menghancurkan ekspektasi ibunya.
Dia sampai tak sadar kalau Richie sudah pulang dan menyaksikan kesedihannya itu. Milly berjalan mendekat.
"Siapa?" tanya Richie sangat mengejutkan, Milly segera mengusap air matanya lagi.
"Siapa yang menelphone?" tanya Richie lagi, dia penasaran, lalu dia duduk di hadapan Milly yang hanya menunduk malu.
"Ibu, ibu saya," jawabnya pelan sekali.
"Oh, dia sudah tahu kamu akan pulang?"
Milly bingung, dia tak mungkin pulang begitu saja, dia tidak mau ibunya kecewa. Kini dia menjadi sangat gamang.
"Ya sudah, ayo sekarang kita pergi! barang-barang kamu sudah ada di mobil," ajak Richie.
Milly benar-benar dilema, dia masih diam untuk beberapa saat. Dan Milly harus segeta memutuskan.
"Ayo, sebentar lagi kantor Dinas Sosial akan segera tutup," ajak Richie lagi.
"Terima kasih banyak ya ... tapi, kamu gak perlu antar saya," kata Milly pelan.
"Memangnya kamu tahu dimana kantor itu berada?"
"Terima kasih banyak untuk semua yang sudah kamu lakukan untuk saya, saya gak tahu harus membalasnya dengan cara seperti apa. Kalau gak ada kamu semalam, entah apa yang akan terjadi pada saya, terima kasih banyak yaa ... dan maaf sudah merepotkan," kata Milly panjang lebar, dia bingung harus bicara apa pada Richie.
"Saya akan bantu kamu sampai kamu benar-benar aman dan sampai di kota asal kamu!"
"Gak usah, heum ... sepertinya, saya gak jadi pulang sekarang."
Richie belum mengerti maksud Milly, dia menyimak dan mencoba mendengar penjelasan Milly.
"Saat pamit pada ibu, dia terlanjur sudah menyimpan harapan yang besar pada saya, kalau saat ini saya pulang dan dia tahu apa yang terjadi sebenarnya, pasti dia ... pasti dia sedih dan kecewa!" cerita Milly, Richie masih menyimak dan mencoba memahami.
"Tapi saya gak mungkin melanjutkan pekerjaan di club itu, dan sudah saya putuskan, saya gak akan pulang! Saya akan coba cari pekerjaan lain!" pungkasnya.
Kini Richie mengerti maksudnya.
"Kamu sudah tahu mau tinggal dan kerja dimana?" tanya Richie.
"Saya akan cari, saya akan cari rumah kontrakan, saya juga akan cari pekerjaan, kebetulan saya bawa CV lengkap, mungkin bisa saya gunakan untuk melamar pekerjaan," jawab Milly optimistis.
Richie seprtinya ikut memikirkan nasib Milly, dia sedang berpikir keras, dia tak tega melihat gadis malang di depannya saat ini. Tiba-tiba dia ingat kata-kata Budi tadi siang, kantornya sedang sangat membutuhkan tenaga.
"Kamu mau kerja di kantor saya?" tawarkan Richie, Milly terpaku menerima kebaikan Richie selanjutnya, dia bahkan belum menggubris dan malah bengong.
"Kebetulan sekali saya butuh pegawai tambahan!" tambah Richie.
"Benarkah?" yakinkan Milly penuh harapan.
"Ya, tapi cuma jadi seorang office girl."
"Mau! Kalau boleh, saya sangat mau, saya mau bekerja di kantor kamu!" sambut Milly penuh antusias.
"Jadi office girl?" yakinkan Richie.
"Iya, jadi apapun asal pekerjaan yang baik dan halal!"
Richie senang akhirnya dia bisa mencarikan solusi untuk Milly, senyum Milly rekah begitu saja, dia sangat bersyukur. Dia tak tahu lagi harus membalas Richie dengan cara seperti apa. Richie sudah begitu banyak membantunya Richie benar-benar figur pahlawan yang sesungguhnya untuk Milly saat ini padahal pada awalnya Richie hendak membooking dan membeli layanan Milly.
"Oke, besok kamu ikut saya ke kantor!"
"iya, terima kasih banyak, terima maaih banyak sekali lagi!"
***
Ternyata nasib buruk Milly sudah berlalu dengan cepat. Beruntung dia bertemu pria baik seperti Richie, selain menyelamatkannya dari jerat hitam dunia malam di club Tora, Richie juga memberi tempat tinggal dan pekerjaan untuk Milly.
Milly dan Richie datang pagi sekali ke kantor, bahkan sebelum pegawai lain datang. Richie tidak mau orang-orang curiga kalau Milly adalah gadis malang yang telah ia selamatkan berkali-kali.
Kebetulan Bu Arini dan Budi datang lebih awal, mereka lumayan heran dan kaget saat mendapati Milly dan Richie ada disana.
"Selamat pagi pak," sapa Arini dengan penuh hormat. Dan matanya tak lepas memperhatikan gadis manis yang berdiri di samping Richie.
"Kita kekurangan orang di bagian kebersihan kan?" tanya Richie pada bu Arini.
"Iya pak, dea resign dua hari yang lalu jadi hanya tinggal saya dan Budi," tukas bu Arini.
"Oke Milly, kamu boleh bekerja mulai hari ini," kata Richie, Milly sangat senang.
"Iya pak," sahutnya sigap dan penuh semangat.
Bu Arini masih heran dengan sosok Milly begitu pun dengan Budi.
"Kalau ada yang ingin kamu tanyakan, tanyakan pada mereka," kata Richie lagi.
"Salam kenal ya, saya Milly ...." Milly memperkenalkan dirinya dengan sangat ramah, Arini dan Budi cukup pleasure dengan Milly.
"Salam kenal juga, saya Budi," kata Budi yang dengan genitnya segera meraih tangan Milly.
"Iiih, genit! Saya Arini, semoga betah kerja bersama kami yaa," kata Arini dengan keramahan yang sama sampai membuat Milly mendapatkan semangat ekstra pagi ini.
Milly benar-benar senang karena dengan sekejap mata dia mendapat lingkungan dan orang-orang yang baik, terutama Richie.
Richie juga tampak lega karena akhirnya dia bisa membantu Milly, sekali lagi, Richie adalah pahlawan terbaik untuk Milly sampai sejauh ini.
Budi mengajak Milly untuk membereskan ruangan Julian, Milly mengikuti semua instruksi Budi. Kebetulan saat ini Julian belum datang. Julian adalah manager pemasaran di kantor ini."Kamu lakukan seperti pekerjaan rumah saja, gampang kan?" kata Budi sembari memberi contoh apa saja yang harus Milly lakukan."Iya, saya mengerti!" kata Milly lalu dia bereskan meja kerja Julian dengan teliti."Bagus! Eh, tuh pak Julian datang!" kata Budi dan saat itu memang Julian baru saja masuk ke dalam ruangannya itu."Udah selesai?" tanya Julian bossy."Sudah," sahut Milly tanpa berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Menjadi seorang karyawan baru memang masih cukup membuatnya nervous, apalagi ada banyak cogan bertebaran di kantor ini.Setelah itu, Budi mengisyaratkan Milly untuk pergi dari sana, sepertinya Julian tidak tahu dan tidak peduli kalau ada pegawai baru di kantornya saat ini.Selepas itu Milly dan Budi menepi di dapur kantor, tempat mereka dan Bu arin
Kini Milly sudah terbiasa dengan pekerjaannya.Seperti biasa dia sajikan kopi pada para staf.Tak sengaja Milly mendengar desas-desus para pegawai tentang Richie dan Daniar, mereka membicarakan kabar keretakan hubungan keduanya dan Milly jadi penasaran."Iya yah, padahal ... apa kurangnya coba Pak Richie?" kata salah satu staf."Nah iyaa, ternyata pria sempurna juga tak luput dari pengkhianatan yaaa ...." tanggapi pegawai yang lain. Milly semakin penasaran. Kini apapun tentang Richie merupakan hal penting untuk Milly.'Oh, jadi bener kalau Artis cantik itu pernah menjalin hubungan serius sama Pak Richie? Huh, apa kurangnya Pak Richie ya ... bodoh banget artis itu!' gerutu Milly dalam hatinya.Milly kembali ke dapur, duduk bersantai sejenak bersama Arini dan Budi."Kasian ya pak Richie ... padahal kurang apa dia coba?" kata Arini yang sepertinya juga sedang membahas gosip tentang Richie seperti yang lain."Mungkin sutradara itu lebi
Richie terbangun, dia masih merasa pusing karena semalam dia terlalu banyak menenggak liquor.Dia heran kenapa dia terbaring di kamar tamu. Dia mencoba mengingat, dan yang dia ingat semalam dia minum ditemani Milly.Perlahan Richie bangkit dari pembaringannya lalu keluar dari kamar itu, dia dapati ruangan tempat semalam dia minum sudah dangat rapi, dia juga lihat di meja makan sudah tersaji sarapan, Richie pikir ini semua berkat Milly.Sedangkan Milly, dia sudah datang ke kantor sejak pagi, setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah Richie dia segera pulang dan pergi ke kantor.Dia sudah membersihkan setiap sudut kantor bersama Budi."Kamu benar-benar partner terbaik!" kata Budi memuji, Milly hanya tersenyum.Seperti biasa, Feri selalu mencuri kesempatan untuk bisa menggoda Milly, dia dekati Milly yang sedang membersihkan area ruang kerjanya."Selamat pagi manis!" sapa Feri yang selalu mengagetkan Milly secara tiba-tiba, Milly sangat
Sejak hari itu Julian semakin menaruh perhatian pada Milly, kesederhanaan Milly sungguh membuatnya terkesan. Dia selalu meminta Milly yang membereskan ruangannya, seperti pagi ini.Milly bereskan setiap sudut ruangan Julian, dan julian diam-diam memperhatikannya.Milly sampai harus menaiki bangku kecil untuk membersihkan dinding kaca yang cukup tinggi untuknya, dengan susah payah dia lakukan itu."Hati-hati!" ujar Julian saat Milly sedikit goyah.Milly terus melanjutkan pekerjaannya, dia memang tampak kesulitan meraih sudut jendela yang belum dia bersihkan.sampai akhirnya ....KRRKKK, keseimbangannya goyah dan akhirnya Milly terjatuh juga.BRUUKK, pasti kakinya terkilir, Julian sampai panik dan langsung menghampiri Milly di pojok ruangan. Tapi Milly segera bangkit, dia tidak mau terlihat lemah."Saya bilang hati-hati kan ?" kata Julian lalu membantu Milly berdiri lebih tegak."Iya ... terima kasih Pak."Kini Milly tidak bisa
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Hampir semua karyawan sudah meninggalkan area kantor, hanya tinggal beberapa orang saja. Milly menunggu Budi, beberapa hari terakhir Milly memang sering menumpang pada Budi.Tora dan Dhani kembali mengintai Milly, Tora tampak sangat bernafsu untuk balas dendam pada Milly. Dia memang sangat marah saat Milly kabur dari clubnya bahkan Milly sudah melibatkan Richie, dan Tora merasa itu sebuah ancaman nyata karena Richie menaruh saham di Clubnya."Jadi, rencana kita apa bos? Beneran kita mau nyulik dia?" tanya Dhani yang setia menemani Tora."Kita pantau dulu, kita cari tahu dimana dia tinggal, atau kalau situasinya memungkinkan, kita langsung culik dia!" kata Tora, pandangannya tak lepas dari Milly.Milly masih menunggu, tiba-tiba Feri yang lebih dulu menghampirinya, Feri sudah siap dengan motor sportnya. Semakin hari dia semakin jelalatan. Milly tahu kalau Feri memang punya maksud busuk, Milly makin dan semakin skeptis saja terhadap pria 30 tahunan itu.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya Milly merasa takut, dia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat dia toleh ke belakang, jalanan gang itu masih sepi, tidak ada seorang pun di belakangnya.Sore ini dia dilanda paranoid yang hebat, kata-kata Rado terus terngiang di kepalanya sejak tadi.Akhirnya dia sampai di depan rumahnya kontrakannya, dia segera masuk lalu segera mengunci pintu rapat-rapat. Milly tarik ponselnya dan segera menghubungi Ibunya di Batam."Milly ...." sapa ibu dari sebrang sana."Bu, Ibu baik-baik saja kan?" tanya Milly penuh kepanikan dan kekhawatiran."Baik, ini ibu lagi makan, bu Martha membuatkan sup ayam, enak sekali.""Oh, syukurlah," Milly agak bernafas lega, ternyata tidak terjadi apa pun pada ibunya."Kamu sudah makan?""Sudah, Bu.""Milly, jaga dirimu baik-baik ya!""Iya Bu, kalau ada apa-apa, ibu cepat-cepat hubungi aku ya!""Iya, cepat-cepat kirimi ibu uang ya, ada
Malam terakhir ini terasa begitu lamban untuk Milly. Apa yang terjadi malam ini mungkin tak akan pernah Milly lupakan sepanjang hidupnya.Bagaimana Richie menatapnya, bagaimana Richie menggenggam tangannya, bahkan Richie membiarkannya duduk di atas pangkuannya tadi. Tak hanya itu, bahkan Richie melingkarkan tangannya di perutnya tadi dan satu lagi, berkali-kali berbisik mesra sampai embusan nafasnya membangunkan bulu kuduk Milly berkali-kali.Imbasnya, Milly tak mampu tidur malam ini. Padahal besok pagi ia dan seluruh rekannya harus bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.Milly masih membuka matanya di gelap malam. Hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela resort yang sengaja tak dipasangi tirai. Arini dan Budi sudah sangat pulas bahkan suara dengkuran Budi sudah terdengar lantang, tanda Budi sedang benar-benar menikmati waktu istirahatnya.'Ya Tuhan, bagaimana kalau aku sampai jatuh cinta dengannya? Itu kan naif sekali? Benar-benar naif! Ayo Mil
Pestanya cukup meriah, banyak tamu-tamu penting hadir disana, Milly merasa kikuk.Dan yang mengejutkan, ternyata Daniar dan Abdi hadir juga sebagai tamu disana. Richie hancur lagi, dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berusaha terlihat tenang.Alana dan Julian juga terlihat khawatir dengan situasi ini, ternyata benar Daniar ada dan mereka tahu betapa hancurnya hati Richie saat ini.Tapi Alana dan Julian malah sengaja meninggalkan Richie dan Milly berdua saja, mereka ingin Daniar melihat kebersamaan Richie dan Milly."Kami ada disana yaa! Semoga kalian berdua bisa menjalin kehangatan bersama!" kata Alana lalu menarik tangan Julian jauh-jauh, Milly semakin kikuk saja.Dan tak lama Edo datang menyambut kedatangan Richie, Milly hanya sembunyi di balik punggung kokohnya, dia masih merasa malu dan kikuk."Bos besar akhirnya datang juga," sapa Edo lalu mereka bersalaman."Kelihatannya banyak tamu penting malam ini," kata Richie agak sarka
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia