Budi mengajak Milly untuk membereskan ruangan Julian, Milly mengikuti semua instruksi Budi. Kebetulan saat ini Julian belum datang. Julian adalah manager pemasaran di kantor ini.
"Kamu lakukan seperti pekerjaan rumah saja, gampang kan?" kata Budi sembari memberi contoh apa saja yang harus Milly lakukan.
"Iya, saya mengerti!" kata Milly lalu dia bereskan meja kerja Julian dengan teliti.
"Bagus! Eh, tuh pak Julian datang!" kata Budi dan saat itu memang Julian baru saja masuk ke dalam ruangannya itu.
"Udah selesai?" tanya Julian bossy.
"Sudah," sahut Milly tanpa berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Menjadi seorang karyawan baru memang masih cukup membuatnya nervous, apalagi ada banyak cogan bertebaran di kantor ini.
Setelah itu, Budi mengisyaratkan Milly untuk pergi dari sana, sepertinya Julian tidak tahu dan tidak peduli kalau ada pegawai baru di kantornya saat ini.
Selepas itu Milly dan Budi menepi di dapur kantor, tempat mereka dan Bu arini melepas lelah.
"Yang tadi itu pak Julian, salah satu pimpinan juga di kantor ini, dia cakep kan? Gak kalah sama pak Richie, iya kan?" goda Budi, Milly hanya tersenyum.
"Ini ... teh sama kopinya sudah jadi, sana kalian antarkan!" kata Bu Arini yang sudah menyiapkan beberapa gelas kopi dan teh untuk para staff.
Milly sangat bersemangat hari ini, dia ikuti langkah Budi dan mencoba mengingat apa saja yang harus dia lakukan yang sudah Budi contohkan sejak tadi kepadanya.
***
Saat ini Milly benar-benar mandiri, dia tinggal di sebuah rumah kontrakan yang tak terlalu luas namun dia merasa nyaman disana.
Dia tak akan pernah lupa dengan semua kebaikan Richie, dia akan ingat kebaikannya seumur hidupnya.
'Suatu hari, pasti aku akan balas semua kebaikannya! Aku harus membalas semua kebaikannya itu!' batinnya sebelum benar-benar memejamkan matanya. Esok ia harus melanjutkan harinya ssbagai office girl di kantor Richie.
***
Hari berikutnya di tempat kerja baru.
Milly membawakan nampan berisi beberapa cangkir kopi dan teh menuju ruang kerja para staf kantor.Lalu mengantarkan satu persatu ke meja kerja mereka, Milly sudah cukup hafal harus kepada siapa dia menyajikan teh atau kopi.
"Office girl baru yaa ...." goda seseorang saat Milly meletakan kopi di atas meja kerjanya, Milly hanya tersenyum simpul.
"Waah senyumnya, manis banget! Bisa bikin diabetes nih," goda orang itu lagi membuat Milly malu apalagi staf yang lain mulai memperhatikan.
"Huh, mulai lagi tuh jiwa playboy-nya meronta ronta," celetuk salah seorang temannya.
Milly segera tinggalkan tempat itu, dia merasa tidak nyaman dengan godaan orang tadi.
Tak sengaja Milly berpapasan dengan Julian di koridor, Milly merasa agak canggung, apalagi Julian bersikap sangat dingin padanya.
"Tolong bawakan kopi ke ruangan saya!" kata Julian masih dengan sikap dinginnya.
"Iya pak," jawab Milly dan segera bergegas ke dapur kantor.
Tak berlama-lama lagi setelah kopinya siap, dia segera antarkan ke ruangan Julian.
saat Millly sampai di depannya ia swgera menyajikan kopi itu, dan tak sengaja Julian menangkap wajah Milly dan untuk beberapa saat Julian tak lepas menatapnya.
"Pegawai baru ?" tanya Julian yang baru menyadari hal itu.
"Iya pak," jawab Milly malu-malu, Julian perhatikan terus sosok Milly yang lugu.
"Nama?"
"Milly."
"Kamu bisa bereskan lagi ruangan saya kan?" pinta Julian, sepertinya diam-diam dia langsung tertarik dengan pesona yang Milly pancarkan.
"Tentu." Milly siapkan kain lap dari saku apronnya dan langsung mencari spot yang terlihat kotor.
"Bersihkan meja saya!" kata Julian yang mulai menggoda Milly, Milly ikuti saja perintahnya.
Milly bersihkan meja di depan Julian dan dengan begitu Julian bisa memandangi Milly dengan bebas. Dia terus pandangi gadis manis dihadapannya itu sembari membatin, 'impressif!'.
"Kenapa mau kerja jadi office girl?" tanya Julian yang tak henti-hentinya memandangi Milly yang mulai canggung.
"Kerja apa saja saya mau, asal baik," tukasnya.
"Kamu bisa saja dapat pekerjaan yang lebih baik, jadi ... sales promotion girl misalnya."
Milly hanya menukas dengan senyuman, dan Julian malah semakin terpikat.
"Sudah selesai pak, ada lagi yang harus saya kerjakan?"
"Heum, nanti akan ada banyak tugas buat kamu, sekarang istirahatlah!" kata Julian, Milly tidak mengerti maksud kata-katanya. tapi kemudian Milly tinggalkan ruangan itu dengan penuh tanya di hatinya, dia merasa sikap Julian sangat aneh.
Julian sendiri terlihat sangat terkesan dengan Milly, dia kelihatan sangat tertarik.
Jam makan siang tiba ....
Julian dan Richie makan bersama di cafe yang tak jauh dari kantor."Ada pegawai baru di kantor, cukup manis," kata Julian memulai obrolan, dia tak tahu kalau Milly adalah orang rekomendasi Richie, dia belagak tidak tahu apa-apa.
"Oh ya?"
"Iya, terlihat biasa saja tapi setelah diperhatikan ... dia cukup manis." akui Julian lagi.
"Semua perempuan dimata lo selalu terlihat manis," cibir Richie.
"Gak, yang ini beda. Dia itu menarik, dan gue heran aja kenapa dia mau bekerja sebagai office girl?"
Richie tak terlalu menanggapi, dia tidak ingin Julian tahu apa yang terjadi sebenarnya.
"Lo gak mungkin tertarik, karena di mata lo yang indah itu cuma Daniar, iya kan?" kata Julian dengan nada gurauan, Richie hanya tersenyum getir.
setiap mendengar nama Daniar perasaannya terasa perih. Dan tidak ada yang tahu akan hal itu.
"Gue harus dapat nomor telphonnya!" kata Julian lagi membuat Richie heran.
"Lo lupa sama si Alana?" tanya Richie.
"Dia sibuk, lagian gue cuma butuh anak baru itu buat selingan, kayaknya dia bisa diajak buat sekedar hangout atau nemenin nyari outfit baru," kata Jul lagi santai, Richie tak habis pikir, ternyata saudara sepupunya bisa langsung terpikat begitu saja pada gadis malang yang telah ia selamatkan dari club malam itu.
***
Dengan giat Milly bersihkan koridor kantor, dia gerakan pelnya ke kanan ke kiri dengan penuh semangat.
"Halo Milly ...." sapa seseorang yang tahu-tahu ada di belakangnya, itu cukup mengagetkan. Ternyata itu Feri, orang yang kemarin menggodanya saat Milly mengantarkan kopi.
"Eh ...." Milly sangat kaget.
"Nanti sore mau gak pulang sama saya?" tanya Feri dengan gaya flamboyannya, Milly malah takut.
"Heum ... saya pulang naik bis aja," kata Milly menolak dengan halus.
"kita pulang sama-sama saja, kita bisa sekalian makan malam sama-sama," bujuk Feri.
"Heum ...."
"Nanti saya kasih uang jajan deh!" bujuk Feri yang dengan beraninya membelai rambut Milly, Milly takut.
"Hmmm!" Feri terkaget, ada yang menggeretak di belakang dan itu Richie yang terlihat marah, dia kebetulan melewati koridor itu dan mendengar semua kenakalan Feri.
"Eh ... pak, selamat pagi!" sapa Feri sangat malu, lalu dia pergi begitu saja menuju meja kerjanya.
Milly juga jadi malu, dia mencoba meneruskan pekerjaannya tanpa mempedulikan Richie, godaan Feri tadi membuatnya malu terhadap Richie.
"Banyak pengganggu?" tanya Richie.
Milly hanya menggelengkan kepala, dia gak mau jadi pengadu.
"Kalau ada yang membuat tidak nyaman, bilang saja!" kata Richie lalu dia lanjutkan langkahnya meninggalkan Milly sendiri. Milly merasa terlindungi lagi, dia tidak khawatir selama ada Richie.
Setelah selesai Milly pergi ke dapur, disana ada Budi dan Arini yang sedang bersantai.
"Duduklah! istirahat dulu," kata Bu Arini, Milly duduk bersama keduanya.
"Tadi pak Feri mampir kesini, dia nyariin kamu!" kata Budi, Milly tak mengerti.
"Huh ... dia itu playboy kantor! Gak bisa lihat pegawai bening langsung disambar aja," cibir Bu Arini.
"Jangan mau ya Mil, dia itu emang hobi banget godain pegawai cantik di kantor ini," kata Budi.
"Iya bener, jangan mau!" tegaskan Bu Arini.
Milly hanya menyimak dan mendengarkan kedua teman barunya itu.
"kamu ini cantik lho, kok mau-maunya melamar pekerjaan disini sebagai pegawai kebersihan? Kenapa gak melamar jadi staf aja?" tanya Arini beralih topik.
"Saya cuma lulusan sekolah menengah atas, dan gak ada pengalaman bekerja kantoran seperti itu," sahutnya.
"Oh, m ... waktu itu kamu emang kebetulan ketemu sama pak Richie di depan kantor?" tanya Budi.
"I-iya ...." sahut Milly lagi agak gugup, dia tak ingin Bu Arini mau pun Budi tahu kalau dirinya adalah gadis malam yang telah Richie selamatkan.
"Kebetulan banget ya!" kata Budi.
Memang begitulah, apa yang Milly alami sejauh ini adalah benar-benar berawal dari sebuah kebetulan. Beruntung Milly bertemu Richie malam itu, kalau saja Richie tidak menemukannya di club Tora mungkin Milly sudah tak bisa menghindar lagi dari paksaan Rado dan Tora. Dan mungkin saja saat ini ia telah kehilangan keperawanannya.
Kini Milly sudah terbiasa dengan pekerjaannya.Seperti biasa dia sajikan kopi pada para staf.Tak sengaja Milly mendengar desas-desus para pegawai tentang Richie dan Daniar, mereka membicarakan kabar keretakan hubungan keduanya dan Milly jadi penasaran."Iya yah, padahal ... apa kurangnya coba Pak Richie?" kata salah satu staf."Nah iyaa, ternyata pria sempurna juga tak luput dari pengkhianatan yaaa ...." tanggapi pegawai yang lain. Milly semakin penasaran. Kini apapun tentang Richie merupakan hal penting untuk Milly.'Oh, jadi bener kalau Artis cantik itu pernah menjalin hubungan serius sama Pak Richie? Huh, apa kurangnya Pak Richie ya ... bodoh banget artis itu!' gerutu Milly dalam hatinya.Milly kembali ke dapur, duduk bersantai sejenak bersama Arini dan Budi."Kasian ya pak Richie ... padahal kurang apa dia coba?" kata Arini yang sepertinya juga sedang membahas gosip tentang Richie seperti yang lain."Mungkin sutradara itu lebi
Richie terbangun, dia masih merasa pusing karena semalam dia terlalu banyak menenggak liquor.Dia heran kenapa dia terbaring di kamar tamu. Dia mencoba mengingat, dan yang dia ingat semalam dia minum ditemani Milly.Perlahan Richie bangkit dari pembaringannya lalu keluar dari kamar itu, dia dapati ruangan tempat semalam dia minum sudah dangat rapi, dia juga lihat di meja makan sudah tersaji sarapan, Richie pikir ini semua berkat Milly.Sedangkan Milly, dia sudah datang ke kantor sejak pagi, setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah Richie dia segera pulang dan pergi ke kantor.Dia sudah membersihkan setiap sudut kantor bersama Budi."Kamu benar-benar partner terbaik!" kata Budi memuji, Milly hanya tersenyum.Seperti biasa, Feri selalu mencuri kesempatan untuk bisa menggoda Milly, dia dekati Milly yang sedang membersihkan area ruang kerjanya."Selamat pagi manis!" sapa Feri yang selalu mengagetkan Milly secara tiba-tiba, Milly sangat
Sejak hari itu Julian semakin menaruh perhatian pada Milly, kesederhanaan Milly sungguh membuatnya terkesan. Dia selalu meminta Milly yang membereskan ruangannya, seperti pagi ini.Milly bereskan setiap sudut ruangan Julian, dan julian diam-diam memperhatikannya.Milly sampai harus menaiki bangku kecil untuk membersihkan dinding kaca yang cukup tinggi untuknya, dengan susah payah dia lakukan itu."Hati-hati!" ujar Julian saat Milly sedikit goyah.Milly terus melanjutkan pekerjaannya, dia memang tampak kesulitan meraih sudut jendela yang belum dia bersihkan.sampai akhirnya ....KRRKKK, keseimbangannya goyah dan akhirnya Milly terjatuh juga.BRUUKK, pasti kakinya terkilir, Julian sampai panik dan langsung menghampiri Milly di pojok ruangan. Tapi Milly segera bangkit, dia tidak mau terlihat lemah."Saya bilang hati-hati kan ?" kata Julian lalu membantu Milly berdiri lebih tegak."Iya ... terima kasih Pak."Kini Milly tidak bisa
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Hampir semua karyawan sudah meninggalkan area kantor, hanya tinggal beberapa orang saja. Milly menunggu Budi, beberapa hari terakhir Milly memang sering menumpang pada Budi.Tora dan Dhani kembali mengintai Milly, Tora tampak sangat bernafsu untuk balas dendam pada Milly. Dia memang sangat marah saat Milly kabur dari clubnya bahkan Milly sudah melibatkan Richie, dan Tora merasa itu sebuah ancaman nyata karena Richie menaruh saham di Clubnya."Jadi, rencana kita apa bos? Beneran kita mau nyulik dia?" tanya Dhani yang setia menemani Tora."Kita pantau dulu, kita cari tahu dimana dia tinggal, atau kalau situasinya memungkinkan, kita langsung culik dia!" kata Tora, pandangannya tak lepas dari Milly.Milly masih menunggu, tiba-tiba Feri yang lebih dulu menghampirinya, Feri sudah siap dengan motor sportnya. Semakin hari dia semakin jelalatan. Milly tahu kalau Feri memang punya maksud busuk, Milly makin dan semakin skeptis saja terhadap pria 30 tahunan itu.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya Milly merasa takut, dia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat dia toleh ke belakang, jalanan gang itu masih sepi, tidak ada seorang pun di belakangnya.Sore ini dia dilanda paranoid yang hebat, kata-kata Rado terus terngiang di kepalanya sejak tadi.Akhirnya dia sampai di depan rumahnya kontrakannya, dia segera masuk lalu segera mengunci pintu rapat-rapat. Milly tarik ponselnya dan segera menghubungi Ibunya di Batam."Milly ...." sapa ibu dari sebrang sana."Bu, Ibu baik-baik saja kan?" tanya Milly penuh kepanikan dan kekhawatiran."Baik, ini ibu lagi makan, bu Martha membuatkan sup ayam, enak sekali.""Oh, syukurlah," Milly agak bernafas lega, ternyata tidak terjadi apa pun pada ibunya."Kamu sudah makan?""Sudah, Bu.""Milly, jaga dirimu baik-baik ya!""Iya Bu, kalau ada apa-apa, ibu cepat-cepat hubungi aku ya!""Iya, cepat-cepat kirimi ibu uang ya, ada
Malam terakhir ini terasa begitu lamban untuk Milly. Apa yang terjadi malam ini mungkin tak akan pernah Milly lupakan sepanjang hidupnya.Bagaimana Richie menatapnya, bagaimana Richie menggenggam tangannya, bahkan Richie membiarkannya duduk di atas pangkuannya tadi. Tak hanya itu, bahkan Richie melingkarkan tangannya di perutnya tadi dan satu lagi, berkali-kali berbisik mesra sampai embusan nafasnya membangunkan bulu kuduk Milly berkali-kali.Imbasnya, Milly tak mampu tidur malam ini. Padahal besok pagi ia dan seluruh rekannya harus bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.Milly masih membuka matanya di gelap malam. Hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela resort yang sengaja tak dipasangi tirai. Arini dan Budi sudah sangat pulas bahkan suara dengkuran Budi sudah terdengar lantang, tanda Budi sedang benar-benar menikmati waktu istirahatnya.'Ya Tuhan, bagaimana kalau aku sampai jatuh cinta dengannya? Itu kan naif sekali? Benar-benar naif! Ayo Mil
Pestanya cukup meriah, banyak tamu-tamu penting hadir disana, Milly merasa kikuk.Dan yang mengejutkan, ternyata Daniar dan Abdi hadir juga sebagai tamu disana. Richie hancur lagi, dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berusaha terlihat tenang.Alana dan Julian juga terlihat khawatir dengan situasi ini, ternyata benar Daniar ada dan mereka tahu betapa hancurnya hati Richie saat ini.Tapi Alana dan Julian malah sengaja meninggalkan Richie dan Milly berdua saja, mereka ingin Daniar melihat kebersamaan Richie dan Milly."Kami ada disana yaa! Semoga kalian berdua bisa menjalin kehangatan bersama!" kata Alana lalu menarik tangan Julian jauh-jauh, Milly semakin kikuk saja.Dan tak lama Edo datang menyambut kedatangan Richie, Milly hanya sembunyi di balik punggung kokohnya, dia masih merasa malu dan kikuk."Bos besar akhirnya datang juga," sapa Edo lalu mereka bersalaman."Kelihatannya banyak tamu penting malam ini," kata Richie agak sarka
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia