Richie terbangun, dia masih merasa pusing karena semalam dia terlalu banyak menenggak liquor.
Dia heran kenapa dia terbaring di kamar tamu. Dia mencoba mengingat, dan yang dia ingat semalam dia minum ditemani Milly.
Perlahan Richie bangkit dari pembaringannya lalu keluar dari kamar itu, dia dapati ruangan tempat semalam dia minum sudah dangat rapi, dia juga lihat di meja makan sudah tersaji sarapan, Richie pikir ini semua berkat Milly.
Sedangkan Milly, dia sudah datang ke kantor sejak pagi, setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah Richie dia segera pulang dan pergi ke kantor.
Dia sudah membersihkan setiap sudut kantor bersama Budi.
"Kamu benar-benar partner terbaik!" kata Budi memuji, Milly hanya tersenyum.
Seperti biasa, Feri selalu mencuri kesempatan untuk bisa menggoda Milly, dia dekati Milly yang sedang membersihkan area ruang kerjanya.
"Selamat pagi manis!" sapa Feri yang selalu mengagetkan Milly secara tiba-tiba, Milly sangat kaget.
Budi yang ada di sekitar sana juga cuma bisa menonton, dia sebal dengan sikap genit pria tiga puluh tahunan itu, tapi dia sendiri tak bisa berbuat apa-apa.
"Eh ... iya ... selamat pagi." Milly menyapa balik, lalu dia hendak pergi tapi dengan lancang Feri menahan langkahnya.
"Kamu yakin area saya sudah bersih?" tanya Feri, matanya sungguh jelalatan. Feri menahan tubuh Milly di dekat mejanya sehingga Milly tak bisa lewat begitu saja, matanya lurus menatap area dada Milly, walau tertutup rapi oleh seragam tapi mata Feri masih saja jeli melihat penampakannya yang bulat dan ranum. Milly semakin ketakutan.
"Su-suudah pak!"
"Coba pastikan lagi!"
Milly terpaksa kembali memeriksa hasil kerjanya, dia tidak mau melewatkan pekerjaannya sedikit pun.
"Sayang sekali yaa ...." kata Feri, Milly masih fokus memastikan pekerjaannya sudah benar.
"Kalau saya jadi pacar kamu, saya gak akan biarkan kamu kerja seperti ini!" tambah Feri dan tak hentinya dia memandangi Milly, dia seperti orang yang kehausan, dan itu membuat Milly Risih.
"Sudah selesai pak!" Milly cepat-cepat meninggalkan Feri dan bergegas pergi sampai ....
BRUUKK, karena tergesa-gesa Milly sampai bertabrakan dengan Alia, salah satu staf, salah satu yang selalu memandang sinis pada Milly sejak Milly pertama kali bekerja.
"Maaf bu," ucap Milly lalu membungkukkan badannya beberapa kali tanda ia begitu menyesal.
"Punya mata gak sih?" tanya Alia ketus.
"Maaf ...."
"Maafkan dia, dia gak sengaja kan?" kata Feri yang melihat kejadian itu, Alia curiga, Alia curiga kalau Feri menaruh perhatian lebih terhadap Milly, dan memang seperti itu lah adanya.
"Heh! Mau-mau nya kamu menggoda dia, kayak yang gak ada gadis lain aja buat digoda," cibir Alia lalu dengan angkuhnya dia lewati Milly yang masih mencoba meminta maaf padanya.
"Lihat dia! Diaa manis, aku gak bisa tahan buat gak menggodanya," kata Feri.
Milly segera tinggalkan tempat itu, Feri dan Alia membuatnya tidak nyaman. Dia menepi ke dapur dan Budi mengikuti langkahnya dari belakang.
"Jangan diambil hati! Bu Alia memang begitu orangnya, judes!" kata Budi mencoba menenangkan, Milly mengambil air minum dan meneguknya, dia mencoba menenangkan dirinya sendiri.
"Dulu dia sempat dekat sama pak Feri, mungkin dia jealous sama kamu," tambah Budi.
Milly malas untuk menanggapinya, dia masih agak kesal dengan keangkuhan staf itu. Tapi ya mau bagaimana lagi, Milly harus menerima sebagai karyawan dengan strata terendah di kantor itu.
Seperti biasa, Milly antarkan kopi keruangan Richie.
Sebenarnya kejadian semalam masih membuat Milly merasa canggung, tidak dengan Richie! Dia terlihat biasa-biasa saja seolah-olah tak ada apa-apa semalam.
"Kapan kamu pulang dari rumah saya?" tanya Richie.
"Tadi pagi, Pak!" jawab Milly pelan.
"Jadi kamu juga yang menyiapkan sarapan untuk saya?"
Milly hanya mengangguk pelan.
Tok ... tok ... tok, ada yang mengetuk pintu ruangan kerja Richie.
"Masuk!" seru Richie.
CKTT, pintu terbuka. Yang datang Alia, melihat ada Milly di ruangan itu, Alia kelihatan sinis dan tak suka, dia memicingkan matanya kearah Milly.
"Ada beberapa berkas yang harus ditandatangani pak!" Kata Alia lalu maju beberapa langkah.
"Ada lagi yang bisa saya bantu pak?" tanya Milly sebelum dia pergi undur diri.
"Cukup."
Milly pergi, Alia masih terlihat jutek. Kejadian tadi pagi masih membuatnya terganggu dan kesal.
Richie mulai menandatangani berkas yang Alia bawa.
"Pegawai baru itu genit banget! Iih, gak tahu diri," cibir Alia mencoba mempengaruhi Richie.
"Kenapa?" tanya Richie seolah-olah dia tak pernah mengenal Milly sebelumnya.
"Yang tadi pak, huh! Pagi-pagi udah bertingkah, dia sengaja menggoda Feri," hasud Alia.
Richie tidak percaya begitu saja, yang dia tahu Milly bukan tipe gadis seperti itu.
"Makasih pak." Setelah selesai Alia pergi dari ruangan Richie.
Tak cukup Feri, Julian pun diam-diam menaruh perhatian pada Milly, dia sangat tertarik dengan sosok Milly yang sederhana.
Tak sadar dia sedang memperhatikan Milly yang sedang mengantarkan minuman pada para staf. tiba-tiba ....
"kamu ini yaaaa!"
Terjadi sedikit keributan, Alia terlihat memarahi Milly, Milly jadi malu, semua orang memperhatikannya, dan belum begitu jelas apa yang terjadi sebenarnya.
"Ada apa sih?" tanya Feri yang sigap menengahi.
"Kamu sudah membuat saya kesal dua kali hari ini! Mau kamu apa heh?" hardik Alia, masih belum jelas apa kesalahan Milly.
"Kenapa, bisa dibicarakan baik-baik kan?" kata Feri lagi.
"Diam ya kamu! Gak usah ya sok bela-belain dia!" semprot Alia, semburan kata-katanya serupa semburan api dari mulut naga saja.
"Maaf Bu, ada apa dengan teh-nya?" tanya Milly, dia tahu Alia mulai marah saat dia meneguk teh yang baru dia bawakan.
"Teh nya terlalu manis! Kamu mau bikin saya diabetes, hehh?" lagi-lagi hardik Alia.
Semua orang hanya geleng-geleng kepala, mereka pasti menyayangkan sikap Alia yang berlebihan menanggapi kesalahan sepele yang Milly buat.
"Ya ampun Alia, cuma karena itu kamu bentak-bentak anak baru ini?" kata Feri tak habis pikir.
"Maaf Bu, biar saya ganti teh nya ya ...." kata Milly dan hendak mengambil kembali cangkir teh itu tapi ....
BYUUUUR
Hal yang lebih mengejutkan terjadi, Alia menghempaskan minumannya itu tepat ke arah Milly, tepat ke mukanya. Semua orang terhenyak dengan tindakan kasar Alia, Milly terkaget, rasa sakitnya benar-benar sebanding dengan rasa Malunya.
"Alia!" hardik Feri.
"Apa? Dia pantas dapatkan itu! Dia masih baru dan dia mencoba menjadi dominan disini!" sahutnya.
Milly gak tahu bagaimana dia harus menanggapi Alia yang super julid padanya.
"Ada apa ini?"
Keadaan semakin tegang saat Julian datang menghampiri, Julian menyaksikan keributan itu dari awal dan dia tak bisa membiarkannya begitu saja. Alia sudah sangat keterlaluan. Dia nenar-benar tak tahan melihat tindakan kasar Alia pada Milly.
Saat Julian datang tak ada yang berani menjawab.
"Alia!" ujar Jul menuntut penjelasan.
"Dia ... dia mencoba menyabotase saya pak," jawab Alia ngawur.
"Maksudnya apa?" tanya Julian lebih menekan lagi.
"Dia menaruh gula terlalu banyak di teh saya," dalihnya tanpa berani mengangkat wajah innocent-nya.
"Hanya karna itu?" Julian sangat marah, dia tak mengerti kenapa Alia se-tega itu.
Milly sangat Malu, mukanya juga memerah, karena teh itu masih cukup panas.
Semuanya diam, tidak ada yang berani menjawab Julian.
"Alia, kamu dalam pantauan saya!" kecam Julian tegas. lalu dia melirik kearah Milly yang benar-benar malu.
"Kamu boleh kembali ke belakang!" kata Julian masih bersikap bossy di depan orang-orang, dia belum menunjukan kalau dia tertarik pada Milly.
"Iya pak." Milly menarik langkahnya, setengah berlari menuju dapur. Dan saat sudah sampai disana tangisnya pecah, dia merasa sakit hati dengan Alia.
Saat itu di dapur tidak ada siapa-siapa, mungkin Bu Arini dan Budi sibuk mengerjakan tugas lain.
Milly menangis sendirian, hatinya perih sekali dan ternyata Julian mengikuti langkahnya. Julian gak tega melihat Milly seperti itu, walaupun agak ragu dia pun mendekat.
"Muka kamu jadi merah, apa itu sakit?" tanya Julian cukup mengagetkan, Milly segera menyeka air matanya.
"Kamu gak usah terlalu menanggapi dia ya, dia memang kadang begitu," Kata Julian lagi sembari mencari sesuatu di lemari es, dia ambil beberapa bongkah kecil es batu lalu dia tarik handuk kecil yang ada disana dan membalut es batu itu.
"Coba kompres muka mu dengan ini." Dia memberikan kompresan itu pada Milly.
"Terima kasih banyak, Pak!" Kata Milly dan dia mulai letakkan handuk itu tepat di pipinya yang terkena percikan teh panas Alia tadi.
Julian perhatikan Milly, ada rasa iba dan rasa yang lainnya yang ia rasakan saat ini.
"Mungkin dia iri ...." kata Julian lagi, Milly hanya tersenyum, dia jadi salah tingkah dengan perlakuan manis Julian saat ini.
"Saya ... saya lupa kalau Bu Alia memang gak terlalu suka manis, itu memang kesalahan saya," akui Milly dengan besar hati.
"Gak! Itu bukan salah kamu, Alia terlalu berlebihan dan dia marah bukan karena teh-nya, tapi karena dia iri dengan kamu!" Julian mencoba menguatkan, Milly hanya tersenyum simpul, dan jujur saja, senyuamnnya itu semakin memikat hati Julian.
Sejak hari itu Julian semakin menaruh perhatian pada Milly, kesederhanaan Milly sungguh membuatnya terkesan. Dia selalu meminta Milly yang membereskan ruangannya, seperti pagi ini.Milly bereskan setiap sudut ruangan Julian, dan julian diam-diam memperhatikannya.Milly sampai harus menaiki bangku kecil untuk membersihkan dinding kaca yang cukup tinggi untuknya, dengan susah payah dia lakukan itu."Hati-hati!" ujar Julian saat Milly sedikit goyah.Milly terus melanjutkan pekerjaannya, dia memang tampak kesulitan meraih sudut jendela yang belum dia bersihkan.sampai akhirnya ....KRRKKK, keseimbangannya goyah dan akhirnya Milly terjatuh juga.BRUUKK, pasti kakinya terkilir, Julian sampai panik dan langsung menghampiri Milly di pojok ruangan. Tapi Milly segera bangkit, dia tidak mau terlihat lemah."Saya bilang hati-hati kan ?" kata Julian lalu membantu Milly berdiri lebih tegak."Iya ... terima kasih Pak."Kini Milly tidak bisa
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Pestanya cukup meriah, banyak tamu-tamu penting hadir disana, Milly merasa kikuk.Dan yang mengejutkan, ternyata Daniar dan Abdi hadir juga sebagai tamu disana. Richie hancur lagi, dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berusaha terlihat tenang.Alana dan Julian juga terlihat khawatir dengan situasi ini, ternyata benar Daniar ada dan mereka tahu betapa hancurnya hati Richie saat ini.Tapi Alana dan Julian malah sengaja meninggalkan Richie dan Milly berdua saja, mereka ingin Daniar melihat kebersamaan Richie dan Milly."Kami ada disana yaa! Semoga kalian berdua bisa menjalin kehangatan bersama!" kata Alana lalu menarik tangan Julian jauh-jauh, Milly semakin kikuk saja.Dan tak lama Edo datang menyambut kedatangan Richie, Milly hanya sembunyi di balik punggung kokohnya, dia masih merasa malu dan kikuk."Bos besar akhirnya datang juga," sapa Edo lalu mereka bersalaman."Kelihatannya banyak tamu penting malam ini," kata Richie agak sarka
Malam terakhir ini terasa begitu lamban untuk Milly. Apa yang terjadi malam ini mungkin tak akan pernah Milly lupakan sepanjang hidupnya.Bagaimana Richie menatapnya, bagaimana Richie menggenggam tangannya, bahkan Richie membiarkannya duduk di atas pangkuannya tadi. Tak hanya itu, bahkan Richie melingkarkan tangannya di perutnya tadi dan satu lagi, berkali-kali berbisik mesra sampai embusan nafasnya membangunkan bulu kuduk Milly berkali-kali.Imbasnya, Milly tak mampu tidur malam ini. Padahal besok pagi ia dan seluruh rekannya harus bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.Milly masih membuka matanya di gelap malam. Hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela resort yang sengaja tak dipasangi tirai. Arini dan Budi sudah sangat pulas bahkan suara dengkuran Budi sudah terdengar lantang, tanda Budi sedang benar-benar menikmati waktu istirahatnya.'Ya Tuhan, bagaimana kalau aku sampai jatuh cinta dengannya? Itu kan naif sekali? Benar-benar naif! Ayo Mil
Hampir semua karyawan sudah meninggalkan area kantor, hanya tinggal beberapa orang saja. Milly menunggu Budi, beberapa hari terakhir Milly memang sering menumpang pada Budi.Tora dan Dhani kembali mengintai Milly, Tora tampak sangat bernafsu untuk balas dendam pada Milly. Dia memang sangat marah saat Milly kabur dari clubnya bahkan Milly sudah melibatkan Richie, dan Tora merasa itu sebuah ancaman nyata karena Richie menaruh saham di Clubnya."Jadi, rencana kita apa bos? Beneran kita mau nyulik dia?" tanya Dhani yang setia menemani Tora."Kita pantau dulu, kita cari tahu dimana dia tinggal, atau kalau situasinya memungkinkan, kita langsung culik dia!" kata Tora, pandangannya tak lepas dari Milly.Milly masih menunggu, tiba-tiba Feri yang lebih dulu menghampirinya, Feri sudah siap dengan motor sportnya. Semakin hari dia semakin jelalatan. Milly tahu kalau Feri memang punya maksud busuk, Milly makin dan semakin skeptis saja terhadap pria 30 tahunan itu.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya Milly merasa takut, dia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat dia toleh ke belakang, jalanan gang itu masih sepi, tidak ada seorang pun di belakangnya.Sore ini dia dilanda paranoid yang hebat, kata-kata Rado terus terngiang di kepalanya sejak tadi.Akhirnya dia sampai di depan rumahnya kontrakannya, dia segera masuk lalu segera mengunci pintu rapat-rapat. Milly tarik ponselnya dan segera menghubungi Ibunya di Batam."Milly ...." sapa ibu dari sebrang sana."Bu, Ibu baik-baik saja kan?" tanya Milly penuh kepanikan dan kekhawatiran."Baik, ini ibu lagi makan, bu Martha membuatkan sup ayam, enak sekali.""Oh, syukurlah," Milly agak bernafas lega, ternyata tidak terjadi apa pun pada ibunya."Kamu sudah makan?""Sudah, Bu.""Milly, jaga dirimu baik-baik ya!""Iya Bu, kalau ada apa-apa, ibu cepat-cepat hubungi aku ya!""Iya, cepat-cepat kirimi ibu uang ya, ada
Malam terakhir ini terasa begitu lamban untuk Milly. Apa yang terjadi malam ini mungkin tak akan pernah Milly lupakan sepanjang hidupnya.Bagaimana Richie menatapnya, bagaimana Richie menggenggam tangannya, bahkan Richie membiarkannya duduk di atas pangkuannya tadi. Tak hanya itu, bahkan Richie melingkarkan tangannya di perutnya tadi dan satu lagi, berkali-kali berbisik mesra sampai embusan nafasnya membangunkan bulu kuduk Milly berkali-kali.Imbasnya, Milly tak mampu tidur malam ini. Padahal besok pagi ia dan seluruh rekannya harus bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.Milly masih membuka matanya di gelap malam. Hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela resort yang sengaja tak dipasangi tirai. Arini dan Budi sudah sangat pulas bahkan suara dengkuran Budi sudah terdengar lantang, tanda Budi sedang benar-benar menikmati waktu istirahatnya.'Ya Tuhan, bagaimana kalau aku sampai jatuh cinta dengannya? Itu kan naif sekali? Benar-benar naif! Ayo Mil
Pestanya cukup meriah, banyak tamu-tamu penting hadir disana, Milly merasa kikuk.Dan yang mengejutkan, ternyata Daniar dan Abdi hadir juga sebagai tamu disana. Richie hancur lagi, dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berusaha terlihat tenang.Alana dan Julian juga terlihat khawatir dengan situasi ini, ternyata benar Daniar ada dan mereka tahu betapa hancurnya hati Richie saat ini.Tapi Alana dan Julian malah sengaja meninggalkan Richie dan Milly berdua saja, mereka ingin Daniar melihat kebersamaan Richie dan Milly."Kami ada disana yaa! Semoga kalian berdua bisa menjalin kehangatan bersama!" kata Alana lalu menarik tangan Julian jauh-jauh, Milly semakin kikuk saja.Dan tak lama Edo datang menyambut kedatangan Richie, Milly hanya sembunyi di balik punggung kokohnya, dia masih merasa malu dan kikuk."Bos besar akhirnya datang juga," sapa Edo lalu mereka bersalaman."Kelihatannya banyak tamu penting malam ini," kata Richie agak sarka
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia