Secara mengejutkan Richie membawa Milly ke rumahnya. Milly semakin tidak mengerti, dia juga takjub dengan rumah Richie yang cukup besar untuk seorang lajang sepertinya.
Mereka sudah masuk ke dalam rumah, Milly semakin takjub saja, interior dan segala isinya sungguh membuat nyaman walau hatinya masih sedikit skeptis, Milly mungkin masih takut kalau Richie kembali memintanya untuk melayaninya.
"Tunggu, duduklah!" kata Richie saat sampai di sebuah ruang, Milly duduk di sofa yang ada disana. Dia masih mengagumi rumah seorang Richie.
Richie pergi ke ruangannya di lantai atas.
Milly menunggu, dia tatap dua box pizza yang ada di meja, perutnya keroncongan sekali. Sebenarnya dari kemarin dia malas untuk makan dan sekarang dia mulai merasa sangat kelaparan. Pizza itu memang sengaja Richie beli tadi saat di perjalanan.'Huh, ternyata baik juga orang ini, semoga dia gak berubah pikiran lagi!' pikir Milly yang sudah merasa lebih aman saat ini.
Beberapa menit kemudian Richie turun dari kamarnya lalu kembali mendekat dan duduk di ruangan itu.
"Pakai ini," Richie menyodorkan t-shirt-nya, mungkin dia ingin Milly merasa lebih nyaman.
Milly meraihnya dan segera mengenakannya, t-shirt itu cukup kedodoran untuk Milly tapi dia senang karena setidaknya saat ini dia bisa lebih menutup tubuhnya.
Richie tertawa kecil melihatnya, Milly tersipu malu, Milly kelihatan manis sekali saat mengenakan t-shirt extra large milik Richie.
"Terimakasih ...." ucap Milly malu-malu.
"Sekarang kita makan, huh ... terlalu banyak memikirkan masalah sampai lupa buat makan!" kata Richie dan dia sedikit mendengus lalu dia buka box pizza itu, perut Milly makin keroncongan. Lelehan mozzarela di atas smoked beef yang tertata rapi di atas roti pizza itu sungguh membuatnya lapar.
"Makanlah!" kata Richie lalu menyodorkan box pizza itu mendekat kepada Milly.
Walau agak malu dia segera ambil satu potong pizza dan melahapnya. Yumm, enak sekali! pikirnya.
"Jadi setelah ini kamu mau pulang ke Batam?" tanya Richie kembali memulai obrolan.
"Iya ...."
"Kamu bisa adukan ini sebagai kasus human trafficking."
"Gak ah, udah bisa pergi dari sana aja saya sudah sangat bersyukur."
Keduanya masih menikmati cemilan malam mereka. Rasanya Milly merasa percaya tak percaya bisa sampai di rumah Richie malam ini, skenario Tuhan yang tak pernah terbayang olehnya sebelumnya.
"Aaah iya ...." sepertinya Milly ingat sesuatu, tiba-tiba dia tampak ketakutan lagi.
"Kenapa?" tanya Richie.
"Barang-barang saya kan masih tertinggal disana, bahkan kartu identitas dan beberapa dokumen penting juga masih disana! duuh, gimana yaa?" Milly kelihatan sangat menyesal dan kebingungan pastinya. Bagaimana bisa ia pulang ke Batam sementara semua barang-barangnya masih tertahan di mess club itu. Milly juga yakin, kalau dia kembali untuk mengambil barang-barang itu, Tora dan Rado tak akan mungkin melepaskan kepergiannya.
"Besok saya ambilkan!" cetus Richie, lagi-lagi mengejutkan Milly. Semua kebaikannya sungguh membuat Milly berdecak berkali-kali.
Entah bagaimana Milly bisa berterima kasih pada Richie. Richie benar-benar seperti malaikat tak bersayap untuknya saat ini, Milly sampai terharu dibuatnya.
"Malam ini, istirahat dulu disini besok saya akan antar kamu ke kantor Dinas Sosal, itu kamar tamunya, istirahatlah!" Richie menunjuk sebuah pintu kamar di salah satu sudut rumahnya yang luas itu.
Dan setelah beberapa saat, Richie pergi menuju kamarnya. Milly masih merasa ini seperti mimpi. Dia pikir masa depannya akan hancur di club itu, tapi malam ini dia mulai bisa bernafas lega lagi, setidaknya dia masih bisa mempertahankan kehormatannya sampai detik ini.
***
Pagi-pagi sekali Milly bangun, dia berinisiatif untuk membereskan seisi rumah Richie. Dia juga membuatkan toastbread dengan telur mata sapi di atasnya, dia ingin membalas kebaikan Richie semalam. Walau agak ragu, tapi dia mencoba memberanikan diri untuk memakai dapur nyaman milik Richie.
Saat Richie turun, dia sangat terkejut dengan hal kecil yang Milly lakukan. Dia sudah berpakaian rapi seperti biasanya. Dia hampiri Milly yang sedang menyiapkan sarapan di meja makan.
"Heum ... maaf saya lancang, anggap saja ini bentuk rasa terima kasih saya atas semua kebaikanmu semalam," kata Milly malu-malu, Richie menyambutnya dengan senyum simpul. Dia tidak menyangka kalau Milly membereskan rumahnya bahkan menyiapkan sarapan sederhana untuknya.
"Kamu gak perlu lakukan ini semua," kata Richie.
"Tadi saya lihat rumah kamu ini sangat berantakan dan saya terbangun sejak pagi, karena bingung harus ngapain ... ya saya bereskan saja sembari menunggu waktu," kata Milly, saat ini ketegangannya mulai hilang, dia mulai merasa nyaman.
"Terima kasih," ucap Richie yang cukup terkesan.
"Oh iya, saya juga buatkan ini ... semoga cukup untuk mengganjal perut." Milly sodorkan roti telur itu, Richie duduk di meja makannya dan dia mulai nikmati hasil masakan Milly, dia tersenyum.
"Oh iya, pagi ini saya ada meeting penting, mendadak, mungkin saya baru bisa antar kamu nanti sore, saya juga harus bawa barang-barang kamu terlebih dahulu ke club itu, jadi gimana? gak apa-apa kan kamu menunggu sampai sore?"
Milly agak ragu tapi mau bagaimana lagi, dia tidak mungkin mengganggu kesibukan Richie.
"Heum .. iya, kalau kamu gak keberatan, saya akan menunggu disini."
"Istirahat saja dulu, kalau lapar kamu bisa memasak sesuatu."
Milly lega karena Richie masih bersikap baik padanya. Dan tanpa terasa, roti telurnya habis Richie lahap.
"Saya berangkat dulu!" Richie bersiap untuk pergi. Dan Milly hanya menganggukn kepalanya dengan sangat takzim. Sungguh, Richie sudah seperti pahlawan super untuknya.
Entah kenapa Richie percaya begitu saja pada Milly, dia tidak ragu sedikit pun meninggalkan orang yang baru saja dia kenal tinggal sendiri di rumahnya.
***
Richie memang sibuk hari ini di kantor, setelah melakukan meeting dengan para staf-nya dia juga harus segera menyelesaikan laporan penting pada Ayahnya sendiri. Dia sampai kelelahan.
Tok tok tok, ada yang mengetuk pintu.
"Masuk!" seru Richie.
Budi sang officeboy masuk dengan secangkir kopi yang sejak tadi Richie pesan. Dia agak kesal karena Budi terlambat membawakan pesanannya.
"Maaf pak lama," kata Budi.
"Kenapa lama?" tanya Richie kesal.
"Hari ini saya sendiri, bu Arin gak masuk, si dea juga resign pak, makanya saya kewalahan hari ini," kata Budi berdalih, dia tampak sangat kecapean.
Budi kembali meninggalkan Richie sendiri lagi tapi tak lama kemudian setelah itu Julian masuk.
Julian adalah saudara sepupu Richie, dia juga punya jabatan cukup penting di perusahaan.
"Malam ini kakek mau kita makan malam bersama di rumah," kata Julian, Richie ingat hari ini dia masih harus membantu Milly.
"Gue gak bisa," jawabnya dan masih fokus dengan layar laptopnya.
"Kenapa?"
"Ada urusan."
"Sama Daniar?" tanya Julian, saat mendengar nama itu seketika Richie menghentikan fokusnya, hatinya sesak lagi saat mendengar nama Daniar.
"Ayolah, katanya kakek kangen kita berkumpul bersama," kata Julian membujuk.
"Kalau sempat gue akan datang nanti malam!" kata Richie, dia jadi malas melanjutkan laporannya.
"Ajak Daniar sekalian, gue juga mau ajak Alana nanti, jangan lupa ya!" Julian pergi meninggalkan Richie dan rasa sesaknya.
Dia jadi ingat Daniar lagi, ingin marah tapi percuma. Richie jadi benar-benar malas untuk melanjutkan pekerjaannya.
Dan setelah jam kerjanya selesai ....
Seperti janjinya, Richie mengunjungi club sepulang kerja. Club masih tutup tapi dia bisa langsung menemui Tora di ruangannya.
Tora kaget karena Richie datang sendiri saja, dia terheran-heran karena Milly tidak pulang bersama Richie.
"Lhoo bos, si Milly mana?" tanya Tora.
"Gue punya satu permintaan, mungkin ini cukup sulit untuk lo penuhi. Tapi, kita akan buat kesepakatan!" kata Richie yang duduk santai di depan Tora.
"Maksudnya bos?" Tora belum mengerti apa maksud Richie terlebih dia tak mengerti karena dia tak bisa melihat Milly sama sekali.
"Tolong bebaskan gadis itu!" pinta Richie to the point. Tora terkaget bukan main, dia benar-benar belum mengerti dengan jelas maksud Richie.
"Kelihatannya dia gak senang bekerja disini!" tambah Max lalu dia mencoba menyentil Tora.
"Dia bicara yang macam-macam sama bos?" tanya Tora dengan nada agak mengecam.
"Gak! Dia gak bicara apa-apa, tapi gue tahu dia terpaksa bekerja disini, gimana? Bolehkan gue bebaskan dia?"
Tora tak tahu harus apa, dia tak mungkin menolak permintaan Richie karena Richie adalah salah satu investor penting di clubnya ini tapi dia juga sangat membutuhkan Milly. Milly bisa menjadi aset berharga untuk club, pikirnya.
"Sepertinya dia dijebak, dan bisa saja lo dituntut karena sudah memperjual belikan orang seperti ini!" tekan Richie ,Tora makin dilema.
"Tapi Bos, gue udah bayar dia mahal-mahal!" kata Tora berdalih.
"Oh, begitu ya? Kalo gitu gue akan pergi dari sini, dan kita akhiri kerjasama kita selama ini!" ancam Richie semakin menekan Tora.
"Jangan! Jangan bos!" tahan Tora.
Richie menatap Tora penuh tekanan dengan tatapan tajam yang juga telah membius para wanita yang selalu mendambanya di luaran sana. Dan pada akhirnya Tora pun menyerah.
"Oke, gue lepaskan dia!"
"Tolong bawakan barang-barangnya! Jangan sampai ada yang tertinggal!" pinta Richie.
"Iya Bos!"
Tora pasrah, akhirnya dia mau memenuhi permintaan Richie walaupun sebenarnya dia kesal karena harus kehilangan salah satu aset berhargannya.
Milly masih menunggu dengan sabar, dia yakin kalau Richie memang sudah ditakdirkan untuk menolongnya.Kriiiiing, ponselnya tiba-tiba berbunyi ....Milly terpaku, yang menelphone itu adalah ibunya. Kejadian tadi malam membuatnya lupa pada ibu, Milly tak tahu harus menjelaskan apa pada ibunya saat ini.Dia mulai berpikir kalau dia jujur dan pulang begitu saja pada ibu pasti ibu akan sangat kecewa.Kriiiing, ponselnya terus berdering, dia pun mengangkatnya."Halo Bu ...." sapanya mencoba terdengar baik-baik saja."Milly, bagaimana kabarmu? Ibu ingin sekali menelphonemu sejak kemarin, tapi takut kamu sibuk," Terdengar suara ibu yang begitu antusias di sebrang sana, Milly jadi merasa bersalah."Heum ... aku baik Bu, Ibu gimana?""Ya begini lah, tapi kemarin bu Marta antar ibu chek up ke rumah sakit, Rado memberikan Ibu uang cukup untuk beli obat selama sebulan, katanya itu sebagai tunjangan awal, ya begitulah ... Ibu senang sekali, akhirnya ki
Budi mengajak Milly untuk membereskan ruangan Julian, Milly mengikuti semua instruksi Budi. Kebetulan saat ini Julian belum datang. Julian adalah manager pemasaran di kantor ini."Kamu lakukan seperti pekerjaan rumah saja, gampang kan?" kata Budi sembari memberi contoh apa saja yang harus Milly lakukan."Iya, saya mengerti!" kata Milly lalu dia bereskan meja kerja Julian dengan teliti."Bagus! Eh, tuh pak Julian datang!" kata Budi dan saat itu memang Julian baru saja masuk ke dalam ruangannya itu."Udah selesai?" tanya Julian bossy."Sudah," sahut Milly tanpa berani mengangkat wajahnya sedikitpun. Menjadi seorang karyawan baru memang masih cukup membuatnya nervous, apalagi ada banyak cogan bertebaran di kantor ini.Setelah itu, Budi mengisyaratkan Milly untuk pergi dari sana, sepertinya Julian tidak tahu dan tidak peduli kalau ada pegawai baru di kantornya saat ini.Selepas itu Milly dan Budi menepi di dapur kantor, tempat mereka dan Bu arin
Kini Milly sudah terbiasa dengan pekerjaannya.Seperti biasa dia sajikan kopi pada para staf.Tak sengaja Milly mendengar desas-desus para pegawai tentang Richie dan Daniar, mereka membicarakan kabar keretakan hubungan keduanya dan Milly jadi penasaran."Iya yah, padahal ... apa kurangnya coba Pak Richie?" kata salah satu staf."Nah iyaa, ternyata pria sempurna juga tak luput dari pengkhianatan yaaa ...." tanggapi pegawai yang lain. Milly semakin penasaran. Kini apapun tentang Richie merupakan hal penting untuk Milly.'Oh, jadi bener kalau Artis cantik itu pernah menjalin hubungan serius sama Pak Richie? Huh, apa kurangnya Pak Richie ya ... bodoh banget artis itu!' gerutu Milly dalam hatinya.Milly kembali ke dapur, duduk bersantai sejenak bersama Arini dan Budi."Kasian ya pak Richie ... padahal kurang apa dia coba?" kata Arini yang sepertinya juga sedang membahas gosip tentang Richie seperti yang lain."Mungkin sutradara itu lebi
Richie terbangun, dia masih merasa pusing karena semalam dia terlalu banyak menenggak liquor.Dia heran kenapa dia terbaring di kamar tamu. Dia mencoba mengingat, dan yang dia ingat semalam dia minum ditemani Milly.Perlahan Richie bangkit dari pembaringannya lalu keluar dari kamar itu, dia dapati ruangan tempat semalam dia minum sudah dangat rapi, dia juga lihat di meja makan sudah tersaji sarapan, Richie pikir ini semua berkat Milly.Sedangkan Milly, dia sudah datang ke kantor sejak pagi, setelah menyelesaikan pekerjaannya di rumah Richie dia segera pulang dan pergi ke kantor.Dia sudah membersihkan setiap sudut kantor bersama Budi."Kamu benar-benar partner terbaik!" kata Budi memuji, Milly hanya tersenyum.Seperti biasa, Feri selalu mencuri kesempatan untuk bisa menggoda Milly, dia dekati Milly yang sedang membersihkan area ruang kerjanya."Selamat pagi manis!" sapa Feri yang selalu mengagetkan Milly secara tiba-tiba, Milly sangat
Sejak hari itu Julian semakin menaruh perhatian pada Milly, kesederhanaan Milly sungguh membuatnya terkesan. Dia selalu meminta Milly yang membereskan ruangannya, seperti pagi ini.Milly bereskan setiap sudut ruangan Julian, dan julian diam-diam memperhatikannya.Milly sampai harus menaiki bangku kecil untuk membersihkan dinding kaca yang cukup tinggi untuknya, dengan susah payah dia lakukan itu."Hati-hati!" ujar Julian saat Milly sedikit goyah.Milly terus melanjutkan pekerjaannya, dia memang tampak kesulitan meraih sudut jendela yang belum dia bersihkan.sampai akhirnya ....KRRKKK, keseimbangannya goyah dan akhirnya Milly terjatuh juga.BRUUKK, pasti kakinya terkilir, Julian sampai panik dan langsung menghampiri Milly di pojok ruangan. Tapi Milly segera bangkit, dia tidak mau terlihat lemah."Saya bilang hati-hati kan ?" kata Julian lalu membantu Milly berdiri lebih tegak."Iya ... terima kasih Pak."Kini Milly tidak bisa
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Hampir semua karyawan sudah meninggalkan area kantor, hanya tinggal beberapa orang saja. Milly menunggu Budi, beberapa hari terakhir Milly memang sering menumpang pada Budi.Tora dan Dhani kembali mengintai Milly, Tora tampak sangat bernafsu untuk balas dendam pada Milly. Dia memang sangat marah saat Milly kabur dari clubnya bahkan Milly sudah melibatkan Richie, dan Tora merasa itu sebuah ancaman nyata karena Richie menaruh saham di Clubnya."Jadi, rencana kita apa bos? Beneran kita mau nyulik dia?" tanya Dhani yang setia menemani Tora."Kita pantau dulu, kita cari tahu dimana dia tinggal, atau kalau situasinya memungkinkan, kita langsung culik dia!" kata Tora, pandangannya tak lepas dari Milly.Milly masih menunggu, tiba-tiba Feri yang lebih dulu menghampirinya, Feri sudah siap dengan motor sportnya. Semakin hari dia semakin jelalatan. Milly tahu kalau Feri memang punya maksud busuk, Milly makin dan semakin skeptis saja terhadap pria 30 tahunan itu.
Di sepanjang perjalanan menuju rumah kontrakannya Milly merasa takut, dia merasa ada yang mengikutinya. Tapi saat dia toleh ke belakang, jalanan gang itu masih sepi, tidak ada seorang pun di belakangnya.Sore ini dia dilanda paranoid yang hebat, kata-kata Rado terus terngiang di kepalanya sejak tadi.Akhirnya dia sampai di depan rumahnya kontrakannya, dia segera masuk lalu segera mengunci pintu rapat-rapat. Milly tarik ponselnya dan segera menghubungi Ibunya di Batam."Milly ...." sapa ibu dari sebrang sana."Bu, Ibu baik-baik saja kan?" tanya Milly penuh kepanikan dan kekhawatiran."Baik, ini ibu lagi makan, bu Martha membuatkan sup ayam, enak sekali.""Oh, syukurlah," Milly agak bernafas lega, ternyata tidak terjadi apa pun pada ibunya."Kamu sudah makan?""Sudah, Bu.""Milly, jaga dirimu baik-baik ya!""Iya Bu, kalau ada apa-apa, ibu cepat-cepat hubungi aku ya!""Iya, cepat-cepat kirimi ibu uang ya, ada
Malam terakhir ini terasa begitu lamban untuk Milly. Apa yang terjadi malam ini mungkin tak akan pernah Milly lupakan sepanjang hidupnya.Bagaimana Richie menatapnya, bagaimana Richie menggenggam tangannya, bahkan Richie membiarkannya duduk di atas pangkuannya tadi. Tak hanya itu, bahkan Richie melingkarkan tangannya di perutnya tadi dan satu lagi, berkali-kali berbisik mesra sampai embusan nafasnya membangunkan bulu kuduk Milly berkali-kali.Imbasnya, Milly tak mampu tidur malam ini. Padahal besok pagi ia dan seluruh rekannya harus bersiap untuk kembali pulang ke Jakarta.Milly masih membuka matanya di gelap malam. Hanya ada cahaya rembulan yang masuk dari jendela resort yang sengaja tak dipasangi tirai. Arini dan Budi sudah sangat pulas bahkan suara dengkuran Budi sudah terdengar lantang, tanda Budi sedang benar-benar menikmati waktu istirahatnya.'Ya Tuhan, bagaimana kalau aku sampai jatuh cinta dengannya? Itu kan naif sekali? Benar-benar naif! Ayo Mil
Pestanya cukup meriah, banyak tamu-tamu penting hadir disana, Milly merasa kikuk.Dan yang mengejutkan, ternyata Daniar dan Abdi hadir juga sebagai tamu disana. Richie hancur lagi, dia tak bisa berbuat apa-apa, dia hanya berusaha terlihat tenang.Alana dan Julian juga terlihat khawatir dengan situasi ini, ternyata benar Daniar ada dan mereka tahu betapa hancurnya hati Richie saat ini.Tapi Alana dan Julian malah sengaja meninggalkan Richie dan Milly berdua saja, mereka ingin Daniar melihat kebersamaan Richie dan Milly."Kami ada disana yaa! Semoga kalian berdua bisa menjalin kehangatan bersama!" kata Alana lalu menarik tangan Julian jauh-jauh, Milly semakin kikuk saja.Dan tak lama Edo datang menyambut kedatangan Richie, Milly hanya sembunyi di balik punggung kokohnya, dia masih merasa malu dan kikuk."Bos besar akhirnya datang juga," sapa Edo lalu mereka bersalaman."Kelihatannya banyak tamu penting malam ini," kata Richie agak sarka
Para staf masih asik bermain di Luwus Camp ini. Ada yang asyik menantang adrenalin dengan bermain flying fox ada juga yang menapaki trek terjal dengan ATV.Tidak dengan Milly, dia ingin beristirahat total, dia menepi di saung bambu sendiri. Arini dan Budi malah sibuk bermain seperti anak kecil, Milly hanya memperhatikan dan dia jadi ketawa-ketawa sendiri melihat tingkah kedua rekannya itu.Alana datang menghampiri dan Milly cukup terkaget dengan kedatangannya."Kenapa kamu gak ikut main?" sapa Alana yang langsung duduk bergabung dengan Milly. Walau sempat cemburu, tapi Alana tetap bersikap baik pada Milly."Heum ... saya takut dengan ketinggian, hehe," sahut Milly lalu nyengir dengan malu-malu."Sama berarti yaa," Alana mencoba akrab dengan Milly."Pak Richie sama pak Julian kemana?" tanya Milly."Tuh, mereka rebahan di saung bambu, mungkin mereka ketiduran."Milly mencari sosok kedua bosnya dan dia lihat mereka memang tampak bersantai
Walaupun hanya diikuti oleh beberapa orang saja tapi employe gathering ini terasa begitu menyenangkan.Hari ini mereka bersepeda di sekitar Luwus Camp. Mengayuh pedal menyisir jalan kecil dengan pemandangan hamparan sawah yang menghijau di sisi kanan kirinya, udaranya pun terasa segar dan menyejukan jiwa.Milly tidak terlalu pandai bersepeda, dia lumayan tertinggal jauh dari teman-temannya.Ini seperti jadi kesempatan untuk Alya untuk menyabotase Milly yang akhir-akhir ini membuatnya kesal karena dianggap dominan dan sok cari-cari perhatian.Alia melambatkan kayuhannya, sampai Milly berhasil menyusulnya, mereka pun kini sejajar."Ayo bu Alia, semangat!" kata Milly yang sudah tampak kecapean, Alia mensejajarkan lagi laju sepedanya dengan Milly."Ada banyak sekali yang mau saya bicarakan dengan kamu!" kata Alia."Oh ... iya silakan bicarakan sekarang, Bu!" sahut Milly sembari menjaga konsentrasi untuk mengayuh."Kamu suka goda-goda
Mereka sepakat untuk pergi ke Tanah Lot dengan mengendarai sepeda motor sewaan. Milly tak menyangka kalau dia akan dapat liburan yang penuh kejutan seperti ini. Saat berboncengan dengan Richie, Milly benar-benar tak bisa mengehentikan deburan hasrat. Dia merasa begitu istimewa.Kini Milly takut karena Richie memacu tunggangannya dengan kecepatan yang cukup tinggi, tapi dia juga tak berani memeluk Richie, atau sekedar perpegangan pun dia tak kuasa, dia merasa canggung dan takut dianggap tak tahu diri."Pegangan!" kata Richie sambil menoleh ke belakang, Milly masih malu, dia hanya memegang pinggang Richie tapi Richie malah menariknya sampai tangan Milly melingkar tepat di perut sixpack nya. Sungguh-sungguh membuat hatinya dag dig dug ser.Deg deg deg, Milly sampai tak bisa mengendalikan frekuensi detak jantungnya sendiri, yang dia alami saat ini benar-benar terlalu manis untuk dilewatkan begitu saja.'Ya Tuhan! Kenapa dia perlakukan aku seperti ini? Bagaimana k
Hari ini semua pegawai di kantor tampak sangat bahagia, baru saja bos besar mereka yakni Aria Widjaya yang notabene adalah ayahnya Richie mengumumkan rencana liburan ke Bali untuk seluruh karyawan, tak terkecuali untuk para pegawai kebersihan juga. Milly, Budi dan Arini sangat bahagia menyambut kabar bahagia itu."Waah, liburan ke Bali ...." kata Budi girang."Baik banget ya big boss kita, makin sayang deh sama perusahaan ini," sahut Arini.Milly juga sangat senang karena angan-angannya untuk berlibur ke pulau Bali sebentar lagi akan terwujud. Sebagai gadis biasa yanh hanya mengisi hari-harinya dengan bekerja dan berangan-angan, rencana liburan ke Bali seperti sekarang ini adalah seperti mimpi yang menjadi kenyataan. Terkesan berlebihan tapi itu memang benar adanya."Kapan kita berangkat?" tanya Milly antusias."Katanya sih lusa, waaah, jadi gak sabar ya," sahut Arini tak kalah bahagia padahal dia sudah sering mengikuti employe gathering sepe
Hari ini Milly tidak masuk kerja, Kakinya masih sedikit bengkak, Milly tidak ingin mengambil resiko jika dia paksakan untuk terus bekerja.Dia hanya rebahan di tempat tidurnya ditemani beberapa cemilan untuk mengganjal perut.Saat sedang melamun dan bersantai tiba-tiba ada pesan masuk, dia lihat itu dari Rado. Hatinya mulai kembali resah, dia jadi tak enak hati.[kamu cari mati!] begitulah isinya.Sontak perasaannya jadi semakin resah, dia benar-benar takut. Walaupun pesan dari Rado sangat singkat tapi itu benar-benar membuatnya ketakutan.Milly mencoba menghubungi nomor itu tapi dalam sekejap nomornya sudah tidak bisa dihubungi, itu semakin membuatnya khawatir.'Ya Tuhan, bagaimana kalau Bang Rado mencariku? Huh, kenapa perasaanku gak enak begini yaa?'Dan Keadaan di kantor jadi terasa hampa karena Milly tidak masuk hari ini, itulah yang tiba-tiba dirasakan Julian. Sepertinya dia benar-benar terjerat pesona Milly yang sederhana. Dia