“A-” Hana yang ternganga menoleh. Gadis yang baru saja melempar ke arah para penembak itu belum menyadari apa yang terjadi.Dan begitu fokusnya kembali, ia melihat wajah ayahnya yang sedang panik. Lalu, ia mengalihkan pandangannya ke arah apa yang membuatnya panik. Dan ia melihat seorang pengendara motor dengan helm hitamnya yang tengah mengacungkan pistol ke arahnya.Dan sebelum ia bergerak-“Dor!”Moncong pistol itu mengeluarkan bunga api ketika menyalak. Dan peluru yang meluncur dari moncong pistol itu meluncur ke arah Hana.Mata Hana melotot. Ia hendak menghindar, tapi peluru itu tak terhentikan.Dan tiba-tiba-“Agh!” Tanpa ragu Henry bergerak. Ia menghalangi peluru yang memburu Hana.“A-” Hana membeku ketika peluru itu menebus punggung ayahnya dan tembus ke jantung.Andro dan Dans yang mendengar suara tembakan dari belakang menoleh dengan cepat. Mereka melihat ketika tubuh Henry roboh ke tanah.Suara tubuh Henry yang bergedebum di tanah membuat orang-orang yang dikirim Neo menole
“Max ...,” keluh Zan lelah. Lalu, ia menghela napas dalam. “Tidak sekarang.”Max menelan kejengkelannya.“Saat ini aku belum bisa mengatakan apa pun. Semuanya masih belum jelas.” Zan menambahkan. “Untuk sekarang, akan lebih baik jika mobil ini segera sampai di Teta Hospital.”“Ugh!” Max mengeluarkan sedikit yang mengganjal di dadanya. Lalu, dia mempercepat laju mobil mereka.Sekilas ia melihat ke belakang dan melihat bagaimana Zan memeluk Hana. Tapi, sekali lagi, ia harus menahan apa yang berkecamuk dalam pikirannya. “Ini pertama kalinya dalam hidupku melihat Zan memperlakukan seorang gadis selembut itu.”Sedangkan, Zan yang duduk di bagian belakang menatap wajah Hana yang seolah sedang tertidur pulas dengan lembut.Bebarapa saat kemudian mobil mereka memasuki halaman Teta Hospital.“Agh ...!” dengkus Max kesal ketika melihat salah satu rumah sakit milik Teta Tech itu dalam keadaan kacau.Listrik di rumah sakit itu padam dan penerangan hanya di beberapa titik yang terpasang lampu emer
Pembicaraan di bawah penerangan lampu emergency itu sesaat hening.Kemudian, laki-laki berkepala botak itu sedikit mengangkat pandang. “Begitu jenazah Henry tiba di Teta Hospital, seorang laki-laki muda mengklaim jenazah itu dan membawanya pulang untuk dimakamkan.”“Begitu tiba?” Kening Zan berkerut.“Ya, Bos. Begitu ambulance yang membawanya memasuki halaman rumah sakit Teta. Bahkan, laki-laki sudah berdiri di sana,” jelas salah satu orang Zan itu dengan lebih detail.“Bagaimana dia bisa tahu secepat itu?” Tatapan mata Zan menajam.“Seseorang yang berada di tempat kejadian merekam video dan mengunggahnya di media sosial. Seperti yang ia katakan, ia mengenali seorang laki-laki tua yang keluar dari mobil yang terguling itu sebagai seorang yang dulu tinggal di bangunan Halle.” Laki-laki botak itu sejenak menjeda ucapannya.“Ia mengaku bahwa Henry adalah ayah dari teman dekatnya,” pungkas laki-laki itu.Kening Zan kembali berkerut. “Laki-laki itu menyebutkan namanya?”“Alex,” balas orang
Mobil Neo yang melaju kencang berbelok di persimpangan. Dan bersamaan dengan itu iring-iringan mobil mewah milik Teta memasuki area pemakaman.Neo yang memperhatikan itu dari dalam mobilnya menghela napas lega.Sementara itu, di dalam salah satu mobil mewah yang berada di iring-iringan itu, Zan sedang kembali menyaksikan sebuah video pendek yang berdasarkan laporan anak buahnya di The Bodyguard telah menjadi petunjuk untuk seseorang bernama Alex dalam mengklaim jenazah Henry.Tayangan video pendek itu memberitahukan bahwa ada seorang laki-laki muda lain yang membersamai Hana ketika mobil yang ditumpanginya terguling.“Apa sopir mobil ini sudah teridentifikasi?” tanya Zan pada Max yang duduk di sampingnya.“Belum. Orang-orang kita kesulitan melakukan perintahmu. Apalagi, di tengah sistem Teta yang shutdown,” balas Max tanpa basa-basi. “Apa ada kemungkinan orang itu adalah satu dari orang-orang yang dekat dengan Hana?”Max menoleh ke arah Zan.Tapi, Zan menggeleng pelan. “Laporan sebelu
“Ini ...?” Suara Xenon masih terdengar bingung.“Meskipun bentuknya sangat kecil, chip memiliki gelombangnay sendiri. Yang Kamu lihat di layarmu adalah kode-kode chip yang berada di tubuh Hana. Kamu bisa menggunakan itu untuk melacak gelombangnya,” papar Neo dengan suara yang masih antusias.“Oke.” Jawaban itu menjadi akhir dari percakapan mereka.Neo berharap pelacakan Xenon akan membuahkan hasil.***Hari berganti.Di sebuah penthouse yang berada tak jauh dari Teta Hospital, Zan baru saja mengganti bajunya.“Ke mana?” tanya Max dengan melayangkan tatap curiga.“Apa aku harus melapor sebelum pergi?” balas Zan tak acuh.“Hufft.” Max mengembuskan napas dalam. “Semua orang mencarimu. Mereka ingin bicara denganmu.”“Oh, semua orang-orang bodoh yang bebal itu?” Zan berjalan ke arah pintu keluar dengan santai.“Ya, semua orang-orang bodoh dan bebal yang korporasinya bernasib sama dengan Teta Tech,” balas Max lemah.“Aku sudah memperingatkan mereka untuk nggak sembarangan dengan gadis itu,
“Ahh ....” Dengkus lelah seketika keluar dari mulut Zan ketika sekian langkah dari bangsal VVIP itu ia melihat seorang laki-laki paro baya berkaca mata dengan sebagian rambut yang memutih berjalan dengan diiringi oleh dua orang laki-laki yang lebih muda.Zan berhenti di tempat dan membiarkan ketiga laki-laki yang mengenakan stelan jas lengkap dengan dasi itu mendekat.Beberapa langkah kemudian ketiganya berhenti tepat di depan Zan.“Oh! Saya nggak menyangka menemukan pemilik Teta Tech di sini.” Laki-laki yang berkaca mata itu mengulurkan tangannya. “Saya Neoswald Maxwel, orang dari Robotic. Seharusnya Anda telah mendengar nama saya karena kami juga bekerja sama dalam bidang tertentu dengan perusahaan raksasa Anda.”Mulut Zan terkunci saat matanya menelisik tajam. Tapi, tak urung ia menyambut uluran tangan itu.Lalu, Zan mengangguk pelan. “Ya, saya telah mendengar tentang keberhasilan kerja sama kita yang sukses dalam waktu singkat.”Kemudian, Zan mengernyit. “Apa Robotic dalam keadaan
“Ann!” Zan menghadapkan ke arah dokter cantik itu begitu Neo meninggalkan ruangan itu. Pandangan matanya tajam.“Oh, oke.” Dokter Ann mengangkat kedua telapak tangan seolah ada yang menodongkan senjata ke arahnya.Lalu, Zan berbalik dan berjalan ke arah pintu. Ia berhenti sejenak ketika kedua orangnya menyambutnya. “Ingat! Hanya aku dan dokter Ann yang boleh masuk ke ruangan ini!”Kedua orangnya itu mengangguk patuh. Kemudian, Zan meninggalkan bangsal rawat itu.Beberapa saat kemudian ia sudah sampai di salah ruangan di lantai dasar Tower Teta Tech yang masih aktif.“Ah ... akhirnya bos kita sampai,” sambut Max yang sudah duduk menghadap ke sebuah layar besar.“Aku terlambat?” Zan duduk di samping Max.“Tidak, Bos. Kami sengaja menunggu Anda.” Seorang laki-laki muda yang merupakan kepala departemen IT Teta Tech berdiri di depan sebuah layar besar yang berada di ruangan itu.Di ruangan beberapa juga ada beberapa laki-laki yang duduk menghadap komputer mereka.Sekilas Zan mengedarkan pa
“Monster!” seru Max kesal dan tanpa daya. “Gadis itu ternyata nggak hanya barbar, tapi juga monster mengerikan yang tersembunyi dalam wajah seorang gadis cantik.”Zan menghela napas dalam. “Monster yang cantik, bukan?” Tapi, ia justru menyertakan senyum menyeringai.“Jadi, apa yang bisa kita lalukan, Zan? Kita nggak mungkin diam saja dan membiarkan Teta dan seluruh kekayaannya musnah.” Max menggeleng pelan. “Aku nggak mau mendadak jadi gelandangan!”“Max, nggak ada gelandangan yang menyewa penthouse di hotel mewah di dekat Teta Hospital,” sindir Zan dengan santai.Max bersungut-sungut. “Jadi, Kamu sudah tahu tindakan penyelamatan untuk Teta?”Zan mengedikan bahu. “Aku akan berusaha menemukannya.”Max mengernyit. “Kira-kira apa itu?”“Mencoba membangunkannya,” cetus Zan santai.“Huh!” dengkus Max menahan kesal.Zan mengarahkan pandangannya ke kepala IT. “Lakukan terus pemantauan pada sistem kita! Mungkin ada jalan keluar yang mungkin bisa kita temukan.”“Baik, Bos.” Kepala IT itu menga