“Ahh ....” Zan mendesah lelah kemudian tertawa getir ketika mengakhiri apa yang ditayangkan ingatan dalam benaknya.Lalu, ia menatap wajah damai Hana yang terus tertidur. “Tahukah Kamu? Aku sudah mengerahkan orang-orangku untuk menemukan laki-laki ini. Dan betapa senangnya ketika aku menemukannya di basement The Bodyguard.”Lalu, ia diam sejenak. “Hanya saja aku harus membayar mahal rasa senangku karena aku harus berhadapan dengan korporasi-korporasi yang menderita kerugian yang sama akibat perbuatannya. Karena ... mereka ingin mereka bertiga dilenyapkan.”“Huft ....” Satu napas panjang terembus dari mulut Zan. “Aku ingin membocorkan satu rahasia padamu, Hana.”Lalu, ia kembali diam sejenak. “Alasan aku menjamin laki-laki paro baya yang cacat itu karena aku berpikir bahwa gadis remaja yang bersamanya itu pasti akan mencarinya.”Lalu, ia kembali tertawa getir. “Hmm ... perkiraanku benar. Akhirnya penantianku tiba. Sekian tahun kemudian, tiba-tiba gadis itu muncul di Victory. Em, tepatn
“Zan!” teriak Veronika lantang. “Jangan egois! Kamu pasti tahu jika saat ini kami nggak bisa mengatasi ini sendiri.”“Vero, egois adalah ketika Kalian memilih bertindak bodoh tanpa memikirkan akibatnya!”“Zan.” Seorang laki-laki dari sebuah korporasi menyela.Zan menoleh ke arahnya.Laki-laki itu berdiri. “Aku harap kita nggak terburu melompat pada pemutusan kerja sama. Siapapun yang membuat kita kalang kabut ini telah menempatkan posisi seperti gembel. Serangan ini nggak berhenti di korporasi saja, bahkan masing-masing dari kita nggak bisa melakukan transaksi pribadi.”“Ya, bagaimana mau melakukan transaksi pribadi jika harta kita dibekukan sampai waktu yang tak terbatas,” sela seorang laki-laki lain.“Transaksi hanya bisa dilakukan dengan uang cash. Dan uang cash yang ada di tanganku terbatas,” keluh seorang laki-laki yang duduk di sampingnya.Zan mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Dan itu membuat para laki-laki itu menghentikan ucapannya. “Menurut kalian kami nggak mengalami hal ya
“Ada apa?” Max yang baru saja merogoh telepon genggamnya heran dengan reaksi orang-orang yang berada di sekitarnya.Sementara itu, Zan yang baru saja melihat layar telepon genggamnya, duduk dengan tak berdaya. “Aku pikir serangannya hanya sampai pada sistem kita.”“Ternyata apa?” Max segera melihat layar telepon genggamnya yang menyala.Ia menekan notifikasi yang menyembul di bagian atas layar. Sebuah link terlihat begitu pesan itu terbuka.Lalu, ia menekan link itu.Layar segera berganti dengan halaman lain yaitu sebuah website yang sedang dikunjungi oleh ratusan ribu pengunjung.“Ha?!” Max berekasi sama ketika melihat website itu yang sedang membongkar kejahatan-kejahatan korporasi-korporasi yang berkaitan dengan kasus informan ganda, termasuk Teta Tech.Max menggulir website lain dan menemukan kehebohan yang sama dengan website sebelumnya.Lalu, ia keluar dari website itu dan masuk ke media sosial. Dan di sana ia menemukan hal yang lebih heboh dari apa yang ia temukan di website.M
“Melanie!” Arnold memeluk anak gadisnya dari belakang.“Huft.” Zan mengembuskan napas dalam. “Bawa dia ke kamarnya, Arnold!”Lalu, Zan menekan-nekan pangkal hidung mancungnya. Ia merasa nggak akan ada gunanya bicara dengan Melanie saat itu.Max hanya bisa geleng-geleng kepala ketika menyaksikan bagaimana Arnold menyeret paksa Melanie keluar dari ruang meeting itu. Sedangkan, gadis itu terus mengumpat Zan.“Ah ....” Max membanting punggungnya ke sandaran kursi dengan kasar.Zan melakukan hal yang sama ketika merasa sangat lelah.“Zan.” Max menatap langit-langit ruangan.Zan menjawab dengan gumam lirih.“Apa benar Kamu terpapar virus seperti diagnosa Ann?” tanya Max lirih.“Virus?” Lalu, Zan tertawa.“Oh, engga ya? Kalau begitu, Kamu pasti Kamu punya kelainan atau paling tidak punya kepribadian ganda.” Max menoleh dan menatap penuh selidik.“Jangan ngaco!” Zan meluruskan kaki. Pikirannya sedang mencoba mencerna rentetan kejadian yang baru saja terjadi.“Kepribadianmu berubah ketika bers
“Brengsek!” umpat Zan kesal. Ia menggenggam telepon genggamnya erat.Lalu, ia menyentuh kaki Hana. “Luar biasa! Dalam keadaan nggak sadar pun, Kamu bisa mengacaukan Teta, Blacksteel, Tencez dan semua bisnis raksasa yang membuatku marah.”“Hana!” panggil Zan seraya kembali menyentuh kaki gadis itu. “Katakan padaku! Apa Si Maxwel itu kaki tanganmu?” Lalu, ia diam sesaat, “atau ....”Zan bersedekap. “Atau ada orang lain yang membantumu membajak sistem itu?” Keningnya berkerut.Ia merasa kesal karena merasa mengetahui jawabannya, tapi tak bisa membuktikan apa pun. Dan itu artinya keadaannya tak berubah. Teta tetap berada di jurang krisis.Zan diam cukup lama.Kemudian, ia menekan satu tombol untuk menghubungi orangnya. “Kirim helikopter ke Teta Hospital!”“Klek!”Pintu bangsal terbuka.“Zan, kenapa firasatku buruk setiap kali melihatmu?” Suara dokter Ann membuat Zan menoleh.“Ah ... aku baru saja hendak memanggilmu.” Zan mengikuti langkah gerak gerik dokter Ann dengan pandangan mata.“Ken
“Perbesar gambar!”Di sebuah ruangan di Tower Robotic, Neo sedang memberikan perintah melalui earpiece-nya.Di depannya, sebuah layar datar komputer sedang menayangkan secara langsung apa yang sedang terjadi di helipad yang berada di atas gedung Teta Hospital.“Xenon! Apa Kamu sudah memantaunya?” Neo menyambungkan tayangan itu pada laki-laki yang entah sedang berada di mana itu.“Ya. Aku sedang melihatnya. Perintahkan untuk memperbesar suaranya!” pinta Xenon dengan cepat.“Andro, Kamu dengar itu,” ucap Neo pada seseorang yang sedang merekam secara diam-diam di rooftop gedung rumah sakit Teta.Seseorang yang sedang berada berkilo-kilometer dari gedung Robotic itu menjawab dengan memperbesar volume pada sebuah alat yang dapat menangkap suara beberapa meter di dekatnya dengan jelas.Neo memperhatikan dengan cermat bagaimana saat itu Zanzard Ducan sedang memasang sabuk pengaman pada Hana yang masih terlihat tak sadar.Sekilas ia melirik tampilan layar yang memantau grafik kondisi tubuh ga
“Penerbangan dalam jarak pandang lebih dari lima ribu meter diizinkan.” Zan mengulang apa yang dikatakan oleh seseorang dari Unit Pengawas Penerbangan.Sebuah senyum seringai tipis terukir di sudut bibirnya. “Kamu dengar itu, Hana?” Ia berkata seolah gadis itu dalam keadaan normal.“Hari ini aku akan menikmati salah satu penerbangan terindah dalam hidupku.” Kali ini senyum Zan terlihat lebar. Ia sekilas melirik ke arah Hana.“Dan jangan khawatir! Gini-gini aku memegang lisensi penerbangan.” Ia membanggakan diri seolah gadis itu baru saja memprotesnya.“Ah ... andai Kamu membuka mata.” Lalu, ia melihat pemandangan kota jauh di bawah sana. “Aku sengaja memilih helikopter dengan gelembung kaca ini agar nggak ada yang bisa menghalangi pandangan matamu untuk menikmati keindahan alam ini.”Tapi, kemudian Zan tertawa geli. “Tapi, mungkin jika Kamu membuka mata, Kamu justru akan menertawakan keklasikan helikopter ini. Jika ini milikmu, mungkin Kamu akan menambahkan teknologi ANFIS, MFCC atau
“Zan, Kamu sedang nggak ingin mencelakakan orang lain, bukan?” Alicia terlihat tak sabar.Zan menghela napas dalam. “Kalau boleh jujur, sebenarnya aku juga nggak pasti dengan hasil tindakanku ini. Hanya saja, aku nggak punya cara lain selain bertaruh dengan ini.”“Ah ...,” dengkus Alicia lelah. “Sepertinya makin hari kegilaanmu makin menjadi, Nak.”Zan tersenyum menyeringai. “Itu juga yang dikatakan, Ann.”“Alicia, kalau begitu kita harus memantau kondisi gadis ini dengan cermat,” sela Ryan dengan penuh penekanan. “Apakah kita harus mendatangkan alat-alat medis dari kota?”“Nah!” seru Zan antusias. “Itulah kenapa gadis ini kubawa ke sini. Kalian berdua adalah orang tua Ann, yang juga telah merawatku ketika itu. Jadi, aku percayakan gadis ini dibawah pengawasan kalian.” Zan tersenyum puas.“Ah ....” Kedua bahu orang tua Ann itu turun dengan lelah secara bersamaan.Siang berlalu.Dan malam itu, Zan memasang proyektor yang gambarnya ditembakan ke dinding kosong di samping ranjang Hana.
“Zan, para pengunjung adalah orang-orang penting yang juga pemeganga saham Teta Tech Corporation. Apa Kamu nggak khawatir jika mereka menganggap Victory ini salah kelola?” Melanie duduk di sofa tunggal yang ada di samping Zan.Zan diam, sedangkan pendapat itu direspon oleh Max dengan tawa sinis.“Melanie, meskipun Victory terkait dengan Teta Tech, tapi klub ini sepenuhnya ada dalam pengelolaanku. Siapa di antara pengunjung yang berani menghujatku sebagai si salah kelola.” Max menunjukkan telunjukanya dari tangan yang sedang memegang gelas.Melanie mengedikan bahu. “Kalau begitu, bisakah dijelaskan kenapa klub dengan pengelolaan top ini bisa mati lampu.”“Itu karena kesalahan teknis,” sahut Zan dengan cepat.Dan dengan cepat juga Max menoleh ke arah Zan, ia ternganga tak percaya dengan apa yang didengarnya karena ia yakin lampu mati itu berkaitan dengan penggerudukan yang dilakukan oleh gadis bernama Hana itu. “Zan!”“Ah ... Max.” Zan sedikit menelengkan kepala seraya menatap penuh art
Kenangan itu membuat mata Hana merebak dan air mata mengalir tanpa bisa ditahan lagi.Ia terisak.“Hana ....” Zan meregangkan pelukannya dan melihat wajah Hana dengan bingung. “Apa yang membuatmu menangis?”Hana menatap mata Zan. Kesedihan menggayut di wajahnya. “Kamu tahu? Bahkan, Henry bukan ayah kandungku.”“Ah, itu kenapa catatan tentang hubungan darah kalian nggak ditemukan oleh orang-orangku,” ucap Zan dalam hati di tengah keterkejutannya.“Tapi, lihat apa yang ayah lakukan untukku!” Hana menangis.Zan memeluk gadis itu.Hana mengusap air matanya. “Setelah menemukanku, ia berusaha mencari orang tuaku. Tapi, karena cinta yang ia berikan, aku meminta ia menghentikan itu dan memilih untuk menjadi anaknya.”Zan mempererat pelukannya.“Dan setelah aku dewasa, ia nggak hanya berjuang untuk membuat aku meraih cita-citaku, tapi juga mengorbankan nyawanya untukku.” Hana kembali menangis.“Meskipun fakta bahwa Kamu bukan anak biologis Henry, tapi sekarang aku paham kenapa Kamu merobohkan
Hana bergeming ketika pintu ruang operasi terbuka.Petugas medis mendorong ranjang yang membawa Zan yang masih belum sadar.Max menyambut Zan dan mengikuti para petugas medis itu ke bangsal rawat yang akan ditempati laki-laki itu.Hana menatap wajah Zan yang masih terlihat seperti sedang tertidur pulas dan bahu yang dibebat perban ketika ranjang itu lewat di depannya.Max berhenti dan menatap Hana yang masih bergeming di tempatnya.Gadis itu sadar dan segera mengikuti para petugas medis yang membawa Zan. Dan ia harus menahan diri untuk mengatakan apa yang ia tahu karena suaminya itu belum sadar.Gadis menunggu di sofa dengan memeluk lututnya. Sedangkan, Max duduk di samping ranjang pasien.Menit berlalu.Zan tersadar.Max menyambutnya dengan senyum. “Apa karena sekarang sudah punya istri jadi satu peluru saja membuatmu terlihat lemah?” Ia tersenyum mengejek.Zan tersenyum. Ia mengedarkan pandangan untuk mencari Hana. Dan ia tersenyum ketika melihat gadis itu sedang duduk seraya menatap
Zan melihat Max yang berusaha mengejar mobil yang kedua daun pintu bagian belakangnya belum itu.“Zara, kita selesaikan urusan kita nanti!” Zan menjatuhkan diri seraya mengambil pistol di lantai. Dan ia menodongkan pistol itu ke arah Zara.Zara yang kembali hendak menerjang mengurungkan niat.“Aku nggak punya waktu untuk main-main.” Zan beranjak dan berjalan dengan tergesa.“Set!”Sebuah pisau melesat ke arah Zan. Pisau itu menyasar punggung laki-laki itu.Dengan cepat Zan menoleh, merunduk dan-“Dor!”Peluru dari pistol Zan menyasar dada Zara.“Agh!”Zara menghindar, tapi peluru itu menembus bahunya.Zan tahu jika luka tembak itu nggak akan menghentikan mantan pembunuh bayaran itu.“Dor!”“Dor!”Zan menembak kedua paha Zara.“Agh!”Mantan kepala The Bodyguard itu ambruk.“Orang kita akan segera mengurusmu Zara.” Dan Zan bergerak ke arah mobil anak buahnya yang semula membawa Hana ke tempat itu.Ia melarikan mobil itu dengan kecepatan penuh.Dan sekian meter dari gedung terbengkelai i
“Dor!”Tembakan dari orang-orang yang menghindar dengan panik itu mengenai kaca depan mobil Zan.Kondisi tanpa pembatas itu justru dimanfaatkan Max untuk menghabisi para penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Dor!”“Agh!”Beberapa penyerang itu roboh di jalan ketika peluru-peluru Max menembus kepala mereka.“Dor!”“Agh! Setan!” Max mengumpat ketika sebuah peluru mengenai bingkai jendela mobil di dekatnya.Dan sisi lain, Zan juga menyasar beberapa penyerang yang berada dalam jangkauan tembaknya.“Dor!”“Agh!”Peluru-peluru Zan tidak terbuang sia-sia. Mangsa-mangsanya bertumbangan di jalan.Dan-“Brak!!”Mobil Zan menabrak sebuah mobil penyerang yang merintangi jalan tanpa ampun. Mobil itu bergeser ke samping jalan.Dan mobil Zan berhasil lolos dari rintangan.“Kejar!” Perintah pengejaran itu terdengar dari arah belakang.Zan mempercepat laju mobilnya.Max menekan earpiece-nya. Lalu, “Orang-orang kita sudah dekat.”“Bagus!” Tapi, kekhawatiran di wajah Zan makin pekat.
“Segera, Mr. Ducan. Dan saya meminta Anda terhubung secara khusus dengan saya dan tim untuk perkembangannya,” balas Neo tegas.Zan menyanggupi itu.Max mengamati ketegangan di wajah Zan. “Apa yang terjadi?”“Zara menghilang bersama dengan hilangnya Hana.” Zan menjelaskan itu seraya berjalan keluar ruangan. Langkahnya tergesa menuju lift.Max mengejarnya. “Aku agak bingung. Zara bukan jenis orang yang memiliki dendam pribadi.”“Tapi, dia jenis orang yang akan menjalankan apa yang diperintahkan oleh penyuruhnya dengan sempurna,” timpal Zan cepat.Lift bergerak pelan ke lantai dasar.Zan berharap lift itu bisa lebih cepat bergerak.Lalu, keduanya masuk ke mobil tanpa bicara.Zan memacu mobil itu dengan kecepatan penuh.“Kita akan ke mana?” Max yang berada di samping kemudi menatap Zan yang mengemudi dengan tegang.“The Bodyguard. Aku nggak tahu apa mungkin kita dapat sesuatu di sana. Hanya saja aku nggak tahu harus ke mana kita untuk menemukan titik awal mencari Hana.” Mendung menggelap
Wanita berwajah dingin itu berdiri tepat di hadapan Hana. Ia menatap sinis. “Kali ini kupastikan nggak akan ada lagi yang menolongmu,” sumbarnya dengan penuh keyakinan.Hana mencoba tetap tenang.Tapi-“Hat!” Mendadak tendangan sabit wanita itu menyasar kepala Hana.Dengan cepat Hana mengelak.Wanita itu tak membiarkan serangannya tanpa hasil. Ia terus melancarkan serangan pada titik-titik kritis di tubuh gadis itu.Hana terus berusaha mengelak tanpa bisa membalas serangan bertubi-tubi itu. Ia tak mampu mengimbangi kecepatan serangan maut itu.Gadis itu harus mengakui bahwa perkelahian itu cukup membuatnya ketar-ketir karena ia sama sekali tak memiliki back up seperti perkelahian sebelumnya.Hana terus berusaha bertahan. Tapi, wanita yang memang bukan tandingannya itu menghabiskan energinya dengan cepat. Dan-“Aaa!” Hana menjerit ketika satu tendangan membobol pertahanannya. Tendangan itu membuatnya terlempar beberapa langkah.Gadis itu menahan sakit ketika tubuhnya mendarat di lantai
Hana menahan keterkejutannya. Ia makin mencondongkan badannya ke depan untuk lebih memastikan temuan itu.Tapi, berapa kali pun ia memastikan itu, gadis itu makin yakin kalau pengawal yang sedang membawa mobil mewah itu adalah wanita yang dokter Ann sebut sebagai The Black Poisson.Hana kembali menyandarkan tubuhnya dengan tegang. Ia mulai bertanya-tanya dalam hati apakah pengawal Zan yang duduk di depannya mengetahui fakta itu atau ia juga salah satu dari kaki tangan Si Racun Hitam itu.Alarm tanda bahaya di hati gadis itu menyala.Gadis itu menyentuh layar di gelang pipihnya untuk mengaktifkan alat pelacak. Ia juga mengirim tanda bahaya pada Xenon.Mobil hitam mewah itu menambah kecepatannya hingga dalam waktu sekian menit kendaraan roda empat itu meninggalkan kota.Hana meminta sopir itu untuk membuka jendelanya begitu mobil itu memasuki kota yang berada di tepi pantai itu.Jantung gadis itu berdetak tak karuan seiring dengan angin laut yang menerpa wajahnya.Ia memperhatika bangun
Zan menelisik wajah Hana. Ia menyeringai penuh arti dan segera menarik tangan gadis itu dengan lembut.Tarikan lembut itu membuat gadis itu terpaksa berdiri.Lalu, Zan memeluknya dari belakang dan mendekatkan mulutnya di telinga gadis itu. “Jangan sekali pun berpikir untuk berlari dari pernikahan ini! Orang-orang yang mendukungmu itu jaminannya,” bisik Zan lirih.Seketika mata Hana terbelalak. Ia menoleh ke arah dengan cepat ke arah suami barunya itu. “Bagaimana Kamu tahu?!”“Aku bisa membaca pikiranmu,” seloroh Zan santai.Hana hanya bisa menatapnya dengan heran.Lalu, Zan membawa gadis itu ke arah teman-temanya. “Maaf atas ketidaknyamanan ini. Resepsi akan diadakan di Victory beberapa waktu lagi. Aku harap kalian bisa menghadirinya.”Ia mengangguk hormat.Orang-orang Hana beranjak dan membalas anggukan hormat itu.Zan menyentuh puncak kepala Hana dengan lembut. “Aku akan meninggalkan Kamu bersama dengan teman-temanmu. Ada hal penting yang harus kulakukan.”Lalu, ia mengkode Max. Tan