“Ann!” Zan menghadapkan ke arah dokter cantik itu begitu Neo meninggalkan ruangan itu. Pandangan matanya tajam.“Oh, oke.” Dokter Ann mengangkat kedua telapak tangan seolah ada yang menodongkan senjata ke arahnya.Lalu, Zan berbalik dan berjalan ke arah pintu. Ia berhenti sejenak ketika kedua orangnya menyambutnya. “Ingat! Hanya aku dan dokter Ann yang boleh masuk ke ruangan ini!”Kedua orangnya itu mengangguk patuh. Kemudian, Zan meninggalkan bangsal rawat itu.Beberapa saat kemudian ia sudah sampai di salah ruangan di lantai dasar Tower Teta Tech yang masih aktif.“Ah ... akhirnya bos kita sampai,” sambut Max yang sudah duduk menghadap ke sebuah layar besar.“Aku terlambat?” Zan duduk di samping Max.“Tidak, Bos. Kami sengaja menunggu Anda.” Seorang laki-laki muda yang merupakan kepala departemen IT Teta Tech berdiri di depan sebuah layar besar yang berada di ruangan itu.Di ruangan beberapa juga ada beberapa laki-laki yang duduk menghadap komputer mereka.Sekilas Zan mengedarkan pa
“Monster!” seru Max kesal dan tanpa daya. “Gadis itu ternyata nggak hanya barbar, tapi juga monster mengerikan yang tersembunyi dalam wajah seorang gadis cantik.”Zan menghela napas dalam. “Monster yang cantik, bukan?” Tapi, ia justru menyertakan senyum menyeringai.“Jadi, apa yang bisa kita lalukan, Zan? Kita nggak mungkin diam saja dan membiarkan Teta dan seluruh kekayaannya musnah.” Max menggeleng pelan. “Aku nggak mau mendadak jadi gelandangan!”“Max, nggak ada gelandangan yang menyewa penthouse di hotel mewah di dekat Teta Hospital,” sindir Zan dengan santai.Max bersungut-sungut. “Jadi, Kamu sudah tahu tindakan penyelamatan untuk Teta?”Zan mengedikan bahu. “Aku akan berusaha menemukannya.”Max mengernyit. “Kira-kira apa itu?”“Mencoba membangunkannya,” cetus Zan santai.“Huh!” dengkus Max menahan kesal.Zan mengarahkan pandangannya ke kepala IT. “Lakukan terus pemantauan pada sistem kita! Mungkin ada jalan keluar yang mungkin bisa kita temukan.”“Baik, Bos.” Kepala IT itu menga
“Ahh ....” Zan mendesah lelah kemudian tertawa getir ketika mengakhiri apa yang ditayangkan ingatan dalam benaknya.Lalu, ia menatap wajah damai Hana yang terus tertidur. “Tahukah Kamu? Aku sudah mengerahkan orang-orangku untuk menemukan laki-laki ini. Dan betapa senangnya ketika aku menemukannya di basement The Bodyguard.”Lalu, ia diam sejenak. “Hanya saja aku harus membayar mahal rasa senangku karena aku harus berhadapan dengan korporasi-korporasi yang menderita kerugian yang sama akibat perbuatannya. Karena ... mereka ingin mereka bertiga dilenyapkan.”“Huft ....” Satu napas panjang terembus dari mulut Zan. “Aku ingin membocorkan satu rahasia padamu, Hana.”Lalu, ia kembali diam sejenak. “Alasan aku menjamin laki-laki paro baya yang cacat itu karena aku berpikir bahwa gadis remaja yang bersamanya itu pasti akan mencarinya.”Lalu, ia kembali tertawa getir. “Hmm ... perkiraanku benar. Akhirnya penantianku tiba. Sekian tahun kemudian, tiba-tiba gadis itu muncul di Victory. Em, tepatn
“Zan!” teriak Veronika lantang. “Jangan egois! Kamu pasti tahu jika saat ini kami nggak bisa mengatasi ini sendiri.”“Vero, egois adalah ketika Kalian memilih bertindak bodoh tanpa memikirkan akibatnya!”“Zan.” Seorang laki-laki dari sebuah korporasi menyela.Zan menoleh ke arahnya.Laki-laki itu berdiri. “Aku harap kita nggak terburu melompat pada pemutusan kerja sama. Siapapun yang membuat kita kalang kabut ini telah menempatkan posisi seperti gembel. Serangan ini nggak berhenti di korporasi saja, bahkan masing-masing dari kita nggak bisa melakukan transaksi pribadi.”“Ya, bagaimana mau melakukan transaksi pribadi jika harta kita dibekukan sampai waktu yang tak terbatas,” sela seorang laki-laki lain.“Transaksi hanya bisa dilakukan dengan uang cash. Dan uang cash yang ada di tanganku terbatas,” keluh seorang laki-laki yang duduk di sampingnya.Zan mengetuk-ngetukan jarinya di meja. Dan itu membuat para laki-laki itu menghentikan ucapannya. “Menurut kalian kami nggak mengalami hal ya
“Ada apa?” Max yang baru saja merogoh telepon genggamnya heran dengan reaksi orang-orang yang berada di sekitarnya.Sementara itu, Zan yang baru saja melihat layar telepon genggamnya, duduk dengan tak berdaya. “Aku pikir serangannya hanya sampai pada sistem kita.”“Ternyata apa?” Max segera melihat layar telepon genggamnya yang menyala.Ia menekan notifikasi yang menyembul di bagian atas layar. Sebuah link terlihat begitu pesan itu terbuka.Lalu, ia menekan link itu.Layar segera berganti dengan halaman lain yaitu sebuah website yang sedang dikunjungi oleh ratusan ribu pengunjung.“Ha?!” Max berekasi sama ketika melihat website itu yang sedang membongkar kejahatan-kejahatan korporasi-korporasi yang berkaitan dengan kasus informan ganda, termasuk Teta Tech.Max menggulir website lain dan menemukan kehebohan yang sama dengan website sebelumnya.Lalu, ia keluar dari website itu dan masuk ke media sosial. Dan di sana ia menemukan hal yang lebih heboh dari apa yang ia temukan di website.M
“Melanie!” Arnold memeluk anak gadisnya dari belakang.“Huft.” Zan mengembuskan napas dalam. “Bawa dia ke kamarnya, Arnold!”Lalu, Zan menekan-nekan pangkal hidung mancungnya. Ia merasa nggak akan ada gunanya bicara dengan Melanie saat itu.Max hanya bisa geleng-geleng kepala ketika menyaksikan bagaimana Arnold menyeret paksa Melanie keluar dari ruang meeting itu. Sedangkan, gadis itu terus mengumpat Zan.“Ah ....” Max membanting punggungnya ke sandaran kursi dengan kasar.Zan melakukan hal yang sama ketika merasa sangat lelah.“Zan.” Max menatap langit-langit ruangan.Zan menjawab dengan gumam lirih.“Apa benar Kamu terpapar virus seperti diagnosa Ann?” tanya Max lirih.“Virus?” Lalu, Zan tertawa.“Oh, engga ya? Kalau begitu, Kamu pasti Kamu punya kelainan atau paling tidak punya kepribadian ganda.” Max menoleh dan menatap penuh selidik.“Jangan ngaco!” Zan meluruskan kaki. Pikirannya sedang mencoba mencerna rentetan kejadian yang baru saja terjadi.“Kepribadianmu berubah ketika bers
“Brengsek!” umpat Zan kesal. Ia menggenggam telepon genggamnya erat.Lalu, ia menyentuh kaki Hana. “Luar biasa! Dalam keadaan nggak sadar pun, Kamu bisa mengacaukan Teta, Blacksteel, Tencez dan semua bisnis raksasa yang membuatku marah.”“Hana!” panggil Zan seraya kembali menyentuh kaki gadis itu. “Katakan padaku! Apa Si Maxwel itu kaki tanganmu?” Lalu, ia diam sesaat, “atau ....”Zan bersedekap. “Atau ada orang lain yang membantumu membajak sistem itu?” Keningnya berkerut.Ia merasa kesal karena merasa mengetahui jawabannya, tapi tak bisa membuktikan apa pun. Dan itu artinya keadaannya tak berubah. Teta tetap berada di jurang krisis.Zan diam cukup lama.Kemudian, ia menekan satu tombol untuk menghubungi orangnya. “Kirim helikopter ke Teta Hospital!”“Klek!”Pintu bangsal terbuka.“Zan, kenapa firasatku buruk setiap kali melihatmu?” Suara dokter Ann membuat Zan menoleh.“Ah ... aku baru saja hendak memanggilmu.” Zan mengikuti langkah gerak gerik dokter Ann dengan pandangan mata.“Ken
“Perbesar gambar!”Di sebuah ruangan di Tower Robotic, Neo sedang memberikan perintah melalui earpiece-nya.Di depannya, sebuah layar datar komputer sedang menayangkan secara langsung apa yang sedang terjadi di helipad yang berada di atas gedung Teta Hospital.“Xenon! Apa Kamu sudah memantaunya?” Neo menyambungkan tayangan itu pada laki-laki yang entah sedang berada di mana itu.“Ya. Aku sedang melihatnya. Perintahkan untuk memperbesar suaranya!” pinta Xenon dengan cepat.“Andro, Kamu dengar itu,” ucap Neo pada seseorang yang sedang merekam secara diam-diam di rooftop gedung rumah sakit Teta.Seseorang yang sedang berada berkilo-kilometer dari gedung Robotic itu menjawab dengan memperbesar volume pada sebuah alat yang dapat menangkap suara beberapa meter di dekatnya dengan jelas.Neo memperhatikan dengan cermat bagaimana saat itu Zanzard Ducan sedang memasang sabuk pengaman pada Hana yang masih terlihat tak sadar.Sekilas ia melirik tampilan layar yang memantau grafik kondisi tubuh ga