Sepintas angin malam kembali berhembus. Membuat bulu tengkuk mereka berdiri merinding.
"Mbak yakin?" Aldo memastikan.
"Iya, aku yakin!"
Aldo dan Nayla kini sudah berada di depan jalan dengan dua pohon randu. Tak lupa Nayla memetik tujuh lembar daun randu. Dibantu Aldo untuk memetik daun yang lebih tinggi.
"Untuk apa daun ini, Mbak?"
"Agar kita bisa kembali dengan selamat, Do."
Aldo masih bingung. Ia hanya mengikuti apa yang dikatakan Nayla.
"Sekarang kamu pejamkan kedua mata kamu. Dan kita berjalan masuk ke sana bersama-sama." Tunjuk Nayla lurus ke depan.
Aldo hanya menurut. Mereka berdua mulai memejamkan kedua matanya dan melangkah melewati dua pohon randu.
Saat Aldo dan Nayla membuka kedua matanya ....
Mereka tercekat. Aldo menoleh ke kanan, kiri dan belakang. Matanya tak berkedip. Begitu juga Nayla.
"Di mana kita ini, Mbak?"
"A-aku juga enggak tau, Do."
Dua pohon randu yang sebe
Lampu teplok bersinar remang-remang menyinari ruangan kecil itu. Saat Aldo memperhatikan rumah itu lagi, tak ada satu pun jendela yang terlihat."Silahkan duduk!" ujar wanita cantik itu."Terimakasih. Tapi teman saya ada di mana ya?""Teman kamu ada di dalam. Tunggu di sini. Saya mau ke dalam panggil teman kamu.""Oh baik, Mbak.""Panggil aku Nyai Hanuma.""Oh baik, Nyai Hanuma."Ketika wanita itu akan beranjak berdiri, ia menatap ke arah Aldo. Hingga membuat Aldo menjadi risih terus diperhatikan."Kamu ganteng sekali anak muda," ujar Nyai Hanuma sambil tersenyum manis pada Aldo.Aldo hanya menyengir membalas perkataan Nyai Hanuma.Sementara Nayla merasa ada yang aneh pada wanita cantik itu."Siapa nama kamu?""Aldo, Nyai."Tiba-tiba Nayla mendengar bisikan Mbah Waci kembali.'Kalian sedang berada di alam makhluk gaib. Perempuan di depanmu adalah penguasa wilayah itu. Dia jahat, dia tid
Aldo dan Nayla mengintip dari sela pintu yang terbuka. Seketika mereka berdua melotot sambil menutup mulutnya. Pemandangan di depan mereka sungguh mengerikan. Sampai hampir saja Nayla berteriak.Kedua kakinya semakin lemas. Dengan sigap Aldo menahan tubuh Nayla agar tak terjatuh."Apa semua ini, Do?!" ujar Nayla terkejut.Dinding ruangan tersebut banyak sekali darah berceceran. Bahkan darah-darah itu terlihat masih ada yang menetes ke lantai.Aldo hanya terdiam. Ia tak mampu menjawab atau berbicara. Beberapa kali ia hanya mengedipkan matanya karena bingung harus melakukan apa.Saat tangan Aldo memberanikan untuk membuka lebih lebar pintu tersebut. Mereka semakin tercekat melihat tubuh seseorang tanpa kepala dengan leher yang masih mengeluarkan darah.Bugh!Seketika tubuh Nayla terjatuh ke lantai. Keduanya tampak syok melihat pemandangan di depan mereka.Sejenak mereka saling terdiam dengan pandangan yang tak berpaling.
Perbuatan Aldo membuat Nyai Hanuma berpaling dari Nayla. Dengan cepat Nayla memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari Angel."Aku harus cepat menemukan Angel. Dan menyelamatkan Aldo. Semoga Aldo masih bisa bertahan," gumam Nayla.Gadis itu menuju ruang belakang. Ia mengedarkan matanya ke setiap sudut rumah. Tetapi ia tak menemukan Angel."Angel kamu di mana!" Nayla mulai cemas dan panik.Samar terdengar suara Mbah Waci di telinga Nayla.'Tempat itu sudah ditutup dengan kekuatan jahat makhluk itu, Nduk. Pejamkan matamu dan tenang. Maka kamu bisa melihat di mana teman kamu.'"Baik, Mbah. Saya akan lakukan seperti yang Mbah katakan."Nayla menarik napasnya dalam-dalam. Lalu ia mulai memejamkan kedua mata. Nayla mencoba untuk menenangkan pikiran dan hatinya. Beberapa detik kemudian, kedua matanya mulai terbuka perlahan.Gadis cantik itu kini dapat melihat Angel yang sedang tak sadarkan diri. Tepat berada di sudut ruangan.&nbs
Beberapa detik kemudian, Nayla berhasil keluar bersama Aldo tepat waktu. Angel ikut membantu Nayla memapah tubuh Aldo yang lumayan berat.Ketiganya terjatuh di tanah bersamaan. Di depan mereka terlihat sebuah rumah yang terbakar seluruhnya. Terdengar teriakan Nyai Hanuma begitu memilukan dari dalam rumah. Semakin lama, teriakan itu semakin melemah sampai sudah benar-benar tak terdengar lagi.Hanya suara percikan-percikan api yang masih menghiasi malam yang sunyi di tempat itu."Alhamdulillah!" ujar Nayla dan juga Angel.Saat mereka menoleh pada Aldo. Raut wajahnya samakin pucat. Karena darah yang terus keluar."Gimana ini, Nay? Kita mesti segera bawa Aldo ke rumah sakit.""Aldo! Kamu tahan ya. Kita akan keluar dari tempat ini dan membawa kamu ke rumah sakit," ujar Nayla pada Aldo.Tampak Nayla menatap langit malam yang gelap. Ia terlihat b bagaimana cara keluar dari dimensi itu.Tak sengaja Angel melirik menatap Nayla. Ga
"Nenek?" bisik NaylaAngel mendongakkan kepalanya. Lalu ia berdiri di sebelah Nayla. Menatap orang-orang yang semakin jalan mendekat."Alhamdulillah! Ada yang membantu mencari kita, Nay!" Raut wajah Angel berubah senang.Segera Nayla dan Angel berlari ke arah orang-orang itu. Ketika itu, Nek Sami langsung memeluk tubuh Nayla erat dan menumpahkan tangisannya. Yang sejak tadi berusaha ia tahan.Rasa gelisah, cemas dan khawatir pada Nayla seketika hilang karena sudah berhasil menemukan cucunya itu."Pak! Tolong bantu teman kami. Dia tidak sadarkan diri dan terluka," kata Nayla."Memangnya kalian kenapa?" tanya salah seorang warga yang bertubuh kurus ceking."Apa kalian tidak tahu? Daerah sini angker. Di sini terkenal daerah tengkorak!" sahut warga yang lain."I-iya, Pak. Kami tahu itu. Kami juga tadi tidak sengaja masuk ke daerah tengkorak. Karena harus mencari teman kami," jelas Nayla."Jadi kalian sudah masuk
"Sus, terimakasih ya. Keluarganya sedang menuju ke sini.""Baik. Nanti kalau keluarganya sudah datang bisa langsung ke bagian administrasi ya," ujar suster yang bernama Dina dari nametag yang dipakainya.Nayla pun menganggukkan kepalanya. Lalu berjalan menuju sebuah bangku kayu panjang.Bangku itu terletak di sebuah taman kecil rumah sakit. Sebuah kolam ikan yang berukuran sedang dengan air mancur di tengahnya, menghiasi taman itu. Nayla duduk menghadap kolam ikan."Aku kok deg-degan ya mau ketemu Tante Ajeng. Udah lama enggak ketemu semenjak aku melamar kerja di Bank dan kematian Mas Wisnu," bisik Nayla gelisah.Ketika itu dari belakang ada yang menepuk pundak Nayla. Sehingga membuat Nayla terkejut dan menoleh ke belakang."Angel!!""Hahahaha! Kaget? Lagian kenapa kaget sih? Mikirin apa?" tanya gadis berbaju kuning itu. Nayla menggeser duduknya agar Angel bisa duduk di sampingnya."Pegang deh!" Nayla meraih t
Keadaan rumah sakit pagi itu sangat ramai. Banyak perawat dan pasien yang keluar masuk UGD. Setiap kali pintu UGD terbuka, Tante Ajeng langsung menengok. Mengira jika itu anaknya.Sesekali wanita itu melihat HP nya jika ada kabar dari sang suami.Rasa cemas dan khawatir juga meliputi raut wajah lelaki yang duduk di kursi belakang mobil. Kesan berwibawa masih terlihat di wajahnya walaupun lelaki itu sedang memikirkan kondisi anak laki-lakinya."Pak, tolong lebih cepat ya," pintanya pada sang sopit taksi."Baik, Pak."Sekitar tiga puluh menit perjalanan, sebuah mobil taksi sudah memasuki pelataran rumah sakit.Setelah memberikan beberapa lembar uang pada sang sopir, lelaki yang berkisaran umur lima puluh tahunan itu langsung berlari masuk ke dalam rumah sakit.Pandangannya mengedar mencari meja resepsionis. Langkahnya cepat menuju meja yang ada seorang suster itu."Sus! Saya mau tanya. Di mana ruangan atas nama Aldo P
Ajeng hanya tersenyum membalas perkataan Pradipta. Dengan telaten wanita itu mempersiapkan makanan untuk suaminya. Yang sudah ia beli sejak tadi."Oh ya, Ma. Gimana keadaan Aldo?""Aldo sudah di pindahkan ke ruang rawat, Pa. Berkat darah Papa. Aldo selamat.""Alhamdulillah. Habis makan aku mau ke ruangan Aldo, Ma.""Iya, Pa. Ini Papa makan dulu." Ajeng memberikan piring dengan menu daging rendang kepada Pradipta.Dengan lahap, Pradipta menyendokkan makanan ke dalam mulutnya. Karena memang perutnya yang sudah keroncongan."Ma, apa kamu tadi pulang dulu ganti baju?"Ajeng mengernyit. Lalu ia duduk di kursi samping ranjang."Ganti baju? Mama dari tadi belum pulang, Pa. Bahkan belum ganti baju. Masih pakai baju ini," jawabnya sambil tatapan mata menatap suami."Kamu dari tadi belum ganti baju? Enggak pakai baju kebaya?""Hahahaha." Ajeng tertawa menutup mulutnya. "Enggak, Pa. Ngapain aku pakai kebaya di rumah sa