Membunuh siapa pun yang menghalangi jalanku, agar mereka tahu bagaimana rasanya mati.Lutut Alma zia terasa lemas mendengar lagu yang begitu menyayat telinganya. Bahkan, ketika lagu itu terdengar, semua memori buruk Alma zia berputar dengan cepatnya. Alma zia ingin menutup kedua telinganya, tetapi tangannya sama sekali tudak bisa digerakkan. Seluruh bagian tubuhnya terasa kaku, bahkan jantungnya seolah akan berhenti berdetak. Pandangan matanya terasa buram, & telinganya demi Tuhan terasa begitu menyakitkan.“ Satu jiwa yang mati akan memberikan aku kekuatan lebih dari sebelumnya. Kamu akan mati sebentar lagi….”Brrraaakkk!Satu tarikan keras terasa di pergelangan tangan kiri Alma zia. Kedua telinganya merasakan sebuah benda menutupi pendengarannya. Alma zia pasrah kalau saja ada orang yang melakukan hal buruk kepadanya.Kaki Alma zia yang lemas bergerak mengikuti tarikan di tangan kirinya. Pandangan matanya masih memburam & perlahan, telinganya tidak lagi me
“ Kamu sedang ada masalah dengan kakakmu? Kulihat beberapa hari ini, kalian tidak terlihat bersama. Malah, kamu lebih sering pergi bersama Ronald. Hubunganmu dengan kakakmu baik-baik saja kan?”Aulia zia menggelengkan kepalanya pelan, berusaha menelan sandwich yang masih ada di mulutnya.“ Entahlah. Kadang aku tidak mengerti sikap kakakku sendiri.”“ Kukira kakakmu tidak suka kamu menghabiskan waktu dengan Ronald.” Ratna berkata lagi sambil menyendokkan sesuap salad ke mulutnya.“ Aku kan, sedang ada urusan dengan kak Ronald,”balas Aulia zia dengan acuh.Ratna hanya mengedikkan bahunya ketika mendengar jawaban yang diberikan Aulia zia.Aulia zia memejamkan matanya sejenak saat telinganya samar-samar mendengar suara seseorang memanggilnya dengan lemah. Suara itu masih tetap terdengar, walaupun di sekelilingnya benar-benar ramai tidak terkendali.“ Aulia zia, tolong aku!”Mata Aulia zia membola sempurna & menatap Ratna dengan tatapan yang tida
Aulia zia menatap kakaknya dengan tataoan tak percaya. Kemudian, dia menoleh ke arah Andre & Raka. “ Kak Andre, Kak Raka, maaf aku mengganggu urusan kalian. Sepertinya, kakakku lebih memilih urusannya daripada temannya. Maafkan aku,”Kata Aulia zia sambil membungkukkan badannya sembilan puluh derajat, kemudian menatap kakaknya dingin. “ Kamu selesaikan saja urusanmu dengan semua partitur gila itu. Aku bisa melakukannya tanpamu, Alma. Maafkan aku, kalau mengganggu !”Aulia zia melangkah pergi meninggalkan kelas Xl & berjalan cepat ke arah Ratna yang menunggunya di ambang pintu.Klau boleh Aulia zia berkata jujur, dia sebenarnya sebal sekali ketika kakaknya lebih memilih partitur-partitur itu, ketimbang membantu temannya.“ Kita pergi sekarang!”Aulia zia berjalan semakin cepat bersama Ratna tanpa mau menoleh ke belakang lagi. Sorot mata gadis itu bahkan terlihat tajam, tetapi giginya juga terdengar bergemeletuk beberapa kali.Langkah Aulia zia & Ratn
“ Kamu marah kepadaku karena aku tidak membantumu menolong Kak Ronald?”Aulia zia menggelengkan kepalanya pelan & samar.“ Kamu ingin aku membayar kematian Kak Ronald?”Sekali lagi Aulia zia menggelengkan kepalanya pelan & samar.“ Aku turut menyesal karena kematian Kak Ronald, Aulia.”Aulia zia menggebrak meja belajarnya dengan buku teks Kimia yang digunakannya sebagai alasan untuk menghindari percakapan dengan Alma zia. Ratna yang sedang tertidur di ranjangnya melonjak terbangun karena gebrakan buku itu. “ Sudahlah, Alma. Tidak ada gunanya lagi kamu mengatakan itu sekarang. Jangan membuatku membentakmu, Alma. Kamu kakakku,” katanya yang kemudian berjalan ke pintu kamardengan langkah kasar.Alma zia tahu, bahwa adiknya itu sudah memanggilnya tanpa embel-embel Kak lagi di depan namanya. Berarti, Aulia zia benar-benar merasa jengah & kesal kepadanya. Selama lima belas tahun mereka bersama, baru kali ini Aulia zia memanggilnya seperti itu.“ Dari awal
“ Adikmu sangat menakutkan tadi & aura dinginnya keluar saat menatapku. Kukira,sifatnya memang seperti itu.”Alma zia tersenyum datar ketika mendengar tanggapan itu. Bukannya menyangkal, Alma zia malah menganggukkan kepala pelan karena memang benar apa yang di katakan Andre. Aulia zia terlihat menakutkan ketika aura dingin & tatapan matanya setajam pedang.“ Bukankah itu Sinta?”Tatapan mata Alma zia langsung mengarah pada sosok gadis berkacamata yang sedang ditunjuk oleh Andre. Gadis itu tampak baru keluar dari ruang musik dengan tatapan yang datar & tajam. Tanpa berpikir panjang, Alma zia melangkahkan kakinya mendekat ke arah Sinta, menarik gadis berkacamata itu menjauh dari Andre & ruang musik.Alma zia mendorong tubuh Sinta ke dinding dengan tenaga yang culup kuat. Nafas Alma zia terdengar berembus kasar saat berhadapan dengan Sinta.“ Kamu, kenapa melakukan semua ini? Kamu nyaris membunuhku, membunuh adikku, & sekarang kamu membunuh Ronald. Kenapa kamu mela
Aulia zia memandang Sinta yang terjengkang di depannya dengan tatapan mata puas terpancar dari mata hitamnya. Kalau saja dia muncul terlambat, mungkin kakaknya sudah menjadi korban kedua Sinta. Aulia zia tidak akanmembiarkan itu terjadi.“ Apa yang sedang kamu lakukan kepada kakakku?Kamu berniat melakukan hal yang sama terhadapnya,begitu? Bagus sekali. Kamu akan membuat banyak sekali kekacauan, Ana,” Aulia zia menatap tajam Sinta yang ada di depannya.Ketika Sinta menyeringai tidak menyenangkan ke arahnya, Aulia zia ingin sekali menghampiri & meninjunya kuat-kuat dengan teknik wushunya. Namun untungnya, Aulia zia masih menyadari, bahwa dirinya berada di lingkungan sekolah. Tentu saja, dia akan membuat masalah baru kalau sampai ketahuan sedang bertengkar di sekolah.“ Ternyata, kamu masih mengingat namaku yang sebenarnya. Bagus sekali ingatanmu, Aulia.”“ Hei!” Aulia zia berteriak kencang & nafasnya terlihat memburu. “ Kalau kamu berani sekali lagi mengatak
“ Kejadian yang sama terulang lagi.”Aulia zia menghentikan kegiatannya menguyah makanan, saat mendengar perkataan seorang gadis yang berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk.Terdorong oleh rasa penasaran yang tinggi, Aulia zia membalikkan tubuhnya menghadap kepada gadis yang tengah heboh bercerita dengan teman-temannya itu.“ Tidak ada darah sama sekali. Sama seperti kematian Ronald tempo hari.”“ Uhuuukkk!”Aulia zia tersedak jus apel yang tengah diminumnya. Saat gadis-gadis itu menoleh ke arahnya dengan tatapan terganggu, Aulia zia langsung memasang wajah seramah mungkin & meminta maaf.“ Pihak sekolah masih mengurus kematiannya.”“ Dan anehnya, bagaimana ruangan itu bisa terbuka begitu saja. Padahal, selama ini ruangan itu termasuk ruangan yang tidak terawat?”“ Entahlah. Sekolah ini aneh sejak kematian Ronald. Tidak ada lagi yang memperingatkan murid-murid lain agar tidak mendekati ruangan itu.”Gadis itu membicarakan Ronald yang sudah meninggal beberapa hari yang lalu. Saat Auli
Alma zia membuka semua partitur yang dimilikinya dengan teliti karena sebentar lagi dia akan mengikuti festival musik bersama Andre & Raka, meskipun dirinya sedang berada di tengah masalah pelik.Kematian Ronald & murid lain bernama Lestari membuatnya tidak bisa berlatih piano dengan tenang, masalah itu berdampak keras kepadanya.Tap….tap….tap….Alma zia menghentikan permainan pianonya sejenak & meletakkan partitur ke dalam tas ketika telinganya mendengar langkah kaki mengalun lembut di depan ruang musik. Alma zia menghela nafas sebentar, berusaha menajamkan pendengaran, siapa tahu langkah kaki itu menuju ke ruang musik tempatnya berada.Langkah itu masih terdengar, tetapi semakin lama semakin pelan. Dan, langkah kaki itu tidak terdengar seperti milik seseorang, tapi dua orang dengan jarak yang berjauhan.Alma zia berjalan pelan ke pintu & bertekad mengikuti langkah kaki itu. Meskipun sebenarnya merasa takut, dia harus memberanikan diri karena tidak ingin ada hal aneh & mengerikan ter
Ratna terjatuh di depan kamar mandi, ketika Aulia zia mendorongnya agar menyingkir dari depan pintu. Bukannya merasa bersalah & meminta maaf , Aulia zia malah tertawa terbahak-bahak ketika melihat Ratna mengusap sikunya yang membentur lantai.“ Beraninya kamu…” geram Ratna, sambil bersiap-siap menerjang tubuh Aulia zia yang masih berdiri tegap.Aulia zia yang menangkap sinyal bahaya langsung memutar kakinya ke mana pun agar bisa menghindari terkaman serigala sebuas Ratna yang terlihat mengamuk & bersiap menendangnya ke luar kamar.“ Baiklah, aku dulu yang mandi …..”Mata Aulia zia & Ratna bergantu menatap pintu kamar mandi yang baru dimasuki oleh Sinta. Sedangkan, Alma zia mengedikkan bahunya ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oeh Aulia zia & Ratna.“ Sinta, keluar sekarang juga atau aku menendangmu setelah kamu mandi?!“ Tidak akan !”Aulia zia semakin mendengus kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Sinta dari
Aulia zia menyadari, bahwa tubuhnya mulai terangkat ke udara & menjadi tembus pandang. Aulia zia mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan Ronald, tapi dirinya malah terbang semakin tinggi & semakin tembus pandang.“ Kak Ronald….”“ Selamat tinggal, Aulia. Jadilah gadis yang kuat, jangan menjadi gadis yang senang membahayakan dirimu sendiri. Tumbuh tinggilah & pastikan kamu bahagia bersama orang-orang yang kamu sayang, Aulia.”Setetes air mata kembali menetes di pipi Aulia zia yang tembus pandang.“ Kakak, jangan lupakan aku pastikan kalau kamu akan selalu mengingatku. Kakak, Ronald.”“ Ah! Aulia, aku sudah menghapus ingatanmu tentangku & semua yang pernah terjadi agar kamu tidak lagi merasa bersalah & trauma.”Aulia zia mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap bingung Ronald yang berada di bawah sana.“ Kakak, kamu tidak berhak melakukannya!”“ Aku berhak. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan & berteman denganmu. Jadilah anak yang baik
Aulia zia menatap tidak mengerti ke arah Andre yang perlahan memudar & bersinar layaknya cahaya terang menyilaukan.Aulia menggelengkan kepalanya beberapa kali, saat Andre tersenyum kepadanya dalam kondisi tubuh yang setipis sutra & seterang cahaya rembulan.“ Kakak, kamu kenapa?”Aulia zia bertanya dengan suara parau.“ Pergi ke tempatku seharusnya, Aulia. Kalau bertemu nanti, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ronald, ya. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan denganmu.”Aulia zia berteriak kencang ketika tubuh Andre benar-benar menghilang dari hadapannya. Ketika dinding di labirin itu juga mulai menipis, walaupun perubahannya tidak sedrastis Andre tadi.“ Semuanya sudah selesai, Aulia.”Aulia zia menoleh ke belakangnya & lagi-lagi matanya harus membelalak kaget saat melihat Ronald sedang ada di dekatnya.“ Kak Ronald…? Kamu ada di sini juga…? Bagaimana kamu bisa muncul di sini, Kak..?”Ronald tersenyum sekilas & berjalan mendekat ke
“ Tidak akan kubiarkan….”“ Arrrggghhh!”Ronald menjerit panjang, saat hantu Ana mengeratkan cekikannya. Ingin sekali, Ronald menyudahi permainannya & menghindar sejauh-jauhnya dari Ana. Tapi, dia tidak bisa melakukannya. Dia harus mengakhiri ini semua. Selamanya.Ronald sengaja membuat tempo permainannya semakin cepat walaupun lehernya terasa sangat sakit & sulit bernapas. Dentingan tuts pianoyang dimainkan Ronald beradu dengan suara teriakan nyaring Ana yang memekakkan telinga.“ Kamu … telanlah … semua … mimpimu!” teriak Ronald sekuat tenaga sambil mengakhiri permainannya dengan nada tinggi yang tidak kalah memekakkan telinga mengalahkan teriakan nyaring hantu Ana.“ Arrrggghhh!!! Terkutuklahkamu!! Aaarrrgghhh!”Ana menjerit panjang bersamaan dengan terlepasnya tangan ramping itu dari leher Ronald .Napas Ronald sempat tercekat ketika melihat Ana hendak melukai raga Sinta yang berada tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat Ronald kembali memainkan pia
Ronald menjauh sedikit dari piano yang tadi dimainkannya. Ruangan itu masih didominasi oleh teriakan hantu Ana yang menggema penuh frustrasi.“ Aaaaaarrrggghhh!!” Ana menjerit panjang & melengking sambil terus menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sebelum akhirnya, raga itu terjatuh dengan lunglai di atas lantai & menyebabkan bunyi berdebam, Robald berjingkat kaget.“ Syukurlah….” Ronald menghela napas lega melihat raga Sinta tidak lagi bergerak & menjerit seperti tadi.“ Masih belum berakhir…”Ronald membalikkan badannya ketika suara dingin menyapa pendengarannya secara tiba-tiba. Mata Ronald membelalak ketika seorang gadis berbaju merah sedang melayang di depannya dengan beberapa helai rambut yang melayang di udara. Ujung pakaian gadis itu seperti sudah termakan usia & ada darah kental yang menetes-netes dari ujungnya.“ Kamu salah kalau berpikir semua sudah berakhir.”Gadis itu, hantu Ivana ( Ana ) menyeringai lebar sambil mengangkat tangan kanannya ke udara, yang memegang sebilah
Sedetik setelah dentingan tuts piano yang di tekan oleh Ronald terdengar, terdengar pula teriakan frustrasi dari hantu Ana yang berdiri tidak jauh dari piano.Ronald dapat melihat, bahwa Ana berjalan semakin mendekat ke arahnya dengan pandangan kelewat tajam seperti ingin membunuh.“ Kamu tidak akan bisa membunuhku….HAHAHA!”Ana kembali menjerit saat Ronald semakin cepat menekan tuts-tuts pianonya.Tatapan mata Ana semakin menajam & tangannya terulur ke arah leher Ronald. Ronald harus berterimah kasih kepada rambut panjang yang dimiliki Alma zia karena berhasil membelit tangan kanan Ana yang terjulur.“ Telanlah mimpimu sendiri!” Ronald menendang pelan Ana agar gadis itu menjauh dari tubuhnya.“ Kamu tidak akan kubiarkan!” Ana frustrasi lagi, sambil memegang kedua telinganya, ketika permainan piano Ronald terdengar semakin nyaring.Ana berusaha kembali mendekat ke arah Ronald sambil terus menutup kedua telinganya. Sedangkan Ronald tetap memainkan pianonya tanpa memedulikan Ana yang me
Teringat akan tujuannya, Ronald segera bangkit & berjalan cepat ke arah pintu. Namun, sebelum menyambar gagang pintu, Ronald terlebih dahulu melihat pantulan dirinya di cermin.“ Oh, aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya,” gumamnya.Di luar sudah gelap ketika Ronald melangkahkan kakinya menuruni tangga asrama putri. Hal itu membuatnya waspada kalau-kalau ada guru patroli yang melihatnya berjalan keluar dari asrama. Kalau dia sampai tertangkap basah, semua rencananya akan berantakan.Setelah beberapa menit melangkah penuh kehati-hatian & memastikan tempat yang akan dilewatinya benar-benar sepi, Ronald sqmpai di depan pintu kaca sekolahnya yang tampak gelap & sepi.“ Sebaiknya aku bergerak cepat.”Ronald membuka pintu kaca sekolahnya & mulai melangkahkan kaki. Ketika berjalan turun dari asrama, tidak ada keraguan di dalam hatinya. Namun, ketika membuka pintu sekolah & berjalan menyusuri koridor, entah kenapa hatinya terasa ragu & gamang.Langkah Ronald sempurna terhenti saat
“ Kalau kamu mengizinkan, aku ingin meminjam ragamu untuk kembali. Aku tidak mungkin meminjam raga Aulia zia karena aku tidak tahu di mana Aulia zia berada.”Jawaban dari Ronald sontak membuat Alma zia terperangah. Apa kata Ronald tadi? Meminjam raganya untuk kembali? Oh, yang benar saja. Saat raganya dimasuki roh Ronald artinya raganya akan lebih mudah untuk dimasuki roh lain di kemudian hari.“ Aku tidak mungkin melakukannya.”“ Ini satu-satunya cara untukku kembali & melenyapkan hantu Ana seutuhnya. Aku tidak akan berbuat macam-macam dengan tubuhmu. Aku hanya meminjamnya untuk kembali. Kumohon, hanya kamu yang bisa membantuku sekarang ini, Alma. Hanya kamu.”Alma zia mengigit bibir bawahnya, merasakan kebimbangan yang luar biasa menggeluti hatinya.“ Kamu yakin tidak akan berbuat macam-macam pada ragaku, kan, Kak? Aku takut kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang hantu Ana lakukan kepada tubuh Sinta.”“ Tidak akan. Hantu Ana melakukannya karena dia
Ratna kembali menghela nafas penuh ke pasrahan. Menghancurkan hantu Ana….? Hal yang tersulit di dunia yang bahkan hanya ada satu-satunya.“ Kita hanya bisa berharap pada Alma zia & Aulia zia. Atau salah satunya.”“ Sedang apa kamu di sini? Apa yang kamu lakukan?”Alma zia membalikkan badannya ketika suara di belakangnya seakan bertanya kepadanya. Gadis itu sedikit terperangah melihat sosok laki-laki yang di kenalnya sedang menatapnya bingung lewat sorot matanya yang tajam.“ Kak Ronald..?”“ Kamu belum menjawab pertanyaanku. Sedang apa kamu di sini & apa yang kamu lakukan? Aku yakin kamu belum mati.”Alma zia terdiam menatap Ronald yang berdiri di depannya. Entah mengapa, suaranya mendadak tercekat di tenggorokan & tidak bisa dikeluarkan hanya demi menjawab pertanyaan Ronald.Langkah kaki terdengar, saat Alma zia mendingakkan kepalanya. Dia bisa melihat Ronald berjalan mendekat ke arahnya dengan pakaian kebesaran yang berwarna putih, yang bergerak seakan tertiup angin di tengah-tengah