Ronald menjauh sedikit dari piano yang tadi dimainkannya. Ruangan itu masih didominasi oleh teriakan hantu Ana yang menggema penuh frustrasi.“ Aaaaaarrrggghhh!!” Ana menjerit panjang & melengking sambil terus menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sebelum akhirnya, raga itu terjatuh dengan lunglai di atas lantai & menyebabkan bunyi berdebam, Robald berjingkat kaget.“ Syukurlah….” Ronald menghela napas lega melihat raga Sinta tidak lagi bergerak & menjerit seperti tadi.“ Masih belum berakhir…”Ronald membalikkan badannya ketika suara dingin menyapa pendengarannya secara tiba-tiba. Mata Ronald membelalak ketika seorang gadis berbaju merah sedang melayang di depannya dengan beberapa helai rambut yang melayang di udara. Ujung pakaian gadis itu seperti sudah termakan usia & ada darah kental yang menetes-netes dari ujungnya.“ Kamu salah kalau berpikir semua sudah berakhir.”Gadis itu, hantu Ivana ( Ana ) menyeringai lebar sambil mengangkat tangan kanannya ke udara, yang memegang sebilah
“ Tidak akan kubiarkan….”“ Arrrggghhh!”Ronald menjerit panjang, saat hantu Ana mengeratkan cekikannya. Ingin sekali, Ronald menyudahi permainannya & menghindar sejauh-jauhnya dari Ana. Tapi, dia tidak bisa melakukannya. Dia harus mengakhiri ini semua. Selamanya.Ronald sengaja membuat tempo permainannya semakin cepat walaupun lehernya terasa sangat sakit & sulit bernapas. Dentingan tuts pianoyang dimainkan Ronald beradu dengan suara teriakan nyaring Ana yang memekakkan telinga.“ Kamu … telanlah … semua … mimpimu!” teriak Ronald sekuat tenaga sambil mengakhiri permainannya dengan nada tinggi yang tidak kalah memekakkan telinga mengalahkan teriakan nyaring hantu Ana.“ Arrrggghhh!!! Terkutuklahkamu!! Aaarrrgghhh!”Ana menjerit panjang bersamaan dengan terlepasnya tangan ramping itu dari leher Ronald .Napas Ronald sempat tercekat ketika melihat Ana hendak melukai raga Sinta yang berada tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat Ronald kembali memainkan pia
Aulia zia menatap tidak mengerti ke arah Andre yang perlahan memudar & bersinar layaknya cahaya terang menyilaukan.Aulia menggelengkan kepalanya beberapa kali, saat Andre tersenyum kepadanya dalam kondisi tubuh yang setipis sutra & seterang cahaya rembulan.“ Kakak, kamu kenapa?”Aulia zia bertanya dengan suara parau.“ Pergi ke tempatku seharusnya, Aulia. Kalau bertemu nanti, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ronald, ya. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan denganmu.”Aulia zia berteriak kencang ketika tubuh Andre benar-benar menghilang dari hadapannya. Ketika dinding di labirin itu juga mulai menipis, walaupun perubahannya tidak sedrastis Andre tadi.“ Semuanya sudah selesai, Aulia.”Aulia zia menoleh ke belakangnya & lagi-lagi matanya harus membelalak kaget saat melihat Ronald sedang ada di dekatnya.“ Kak Ronald…? Kamu ada di sini juga…? Bagaimana kamu bisa muncul di sini, Kak..?”Ronald tersenyum sekilas & berjalan mendekat ke
Aulia zia menyadari, bahwa tubuhnya mulai terangkat ke udara & menjadi tembus pandang. Aulia zia mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan Ronald, tapi dirinya malah terbang semakin tinggi & semakin tembus pandang.“ Kak Ronald….”“ Selamat tinggal, Aulia. Jadilah gadis yang kuat, jangan menjadi gadis yang senang membahayakan dirimu sendiri. Tumbuh tinggilah & pastikan kamu bahagia bersama orang-orang yang kamu sayang, Aulia.”Setetes air mata kembali menetes di pipi Aulia zia yang tembus pandang.“ Kakak, jangan lupakan aku pastikan kalau kamu akan selalu mengingatku. Kakak, Ronald.”“ Ah! Aulia, aku sudah menghapus ingatanmu tentangku & semua yang pernah terjadi agar kamu tidak lagi merasa bersalah & trauma.”Aulia zia mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap bingung Ronald yang berada di bawah sana.“ Kakak, kamu tidak berhak melakukannya!”“ Aku berhak. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan & berteman denganmu. Jadilah anak yang baik
Ratna terjatuh di depan kamar mandi, ketika Aulia zia mendorongnya agar menyingkir dari depan pintu. Bukannya merasa bersalah & meminta maaf , Aulia zia malah tertawa terbahak-bahak ketika melihat Ratna mengusap sikunya yang membentur lantai.“ Beraninya kamu…” geram Ratna, sambil bersiap-siap menerjang tubuh Aulia zia yang masih berdiri tegap.Aulia zia yang menangkap sinyal bahaya langsung memutar kakinya ke mana pun agar bisa menghindari terkaman serigala sebuas Ratna yang terlihat mengamuk & bersiap menendangnya ke luar kamar.“ Baiklah, aku dulu yang mandi …..”Mata Aulia zia & Ratna bergantu menatap pintu kamar mandi yang baru dimasuki oleh Sinta. Sedangkan, Alma zia mengedikkan bahunya ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oeh Aulia zia & Ratna.“ Sinta, keluar sekarang juga atau aku menendangmu setelah kamu mandi?!“ Tidak akan !”Aulia zia semakin mendengus kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Sinta dari
“ Ayah & Ibu akan mengirim kalian ke sekolah asrama.” Aulia zia menatap kakak kembarnya, Alma zia, dengan wajah datar. Kakaknya membalas tatapan tidak kalah datar. Seakan, mereka sudah mengetahui soal sekolah asrama ini begitu lulus sekolah menengah pertama.“ Kalian tidak keberatan, kan? Kami hanya ingin kalian mencoba hidup mandiri di asrama.”Aulia zia mengangkat bahu & mengedikkan dagunya ke arah kakak kembarnya. “ Kalau Kakak tidak keberatan, aku akan pergi bersamanya,” jawabnya, masih ekspresi datar.Alma zia menganggukkan kepala, menyetujui apa yang dikatakan oleh adik kembarnya. Dia lalu memberi isyarat kepada adiknya untuk meninggalkan ruang keluarga, menuju kamar mereka di lantai dua.Alma zia menutup pintu kamarnya setelah Aulia zia duduk di samping tempat tidurnya.“ Kita tidak bisa menolak, Aulia.”Aulia zia tersenyum sekilas mendengar perkataan kakaknya. Sepertinya, dia tahu kemana kakaknya akan membawa pembicaraan ini.“Kamu masih ingat kejadian tahun lalu di loteng g
Sepasang anak kembar sedang berdiri di depan gedung sekolah tua, sambil memegangi koper masing-masing. Kedua bersaudara ini bisa saja mengecoh siapapun karena mereka tidak terlihat identik. “ Jadi sekarang apa, kak?” Salah satu dari anak kembar itu, menatap kakaknya dengan pandangan tidak mengerti. Sang kakak hanya membalas dengan gelengan pelan. “Apakah kita harus masuk ke gedung utama untuk mengetahui kamar kita ?” Aulia zia menunjuk gedung sekolah yg ada di hadapannya. “ Kupikir juga begitu. Ayo!” Alma zia melangkah terlebih dahulu, sambil menyeret kopernya. Jarak yg ditempuh dari gerbang sekolah menuju ke gedung utama cukup jauh karena halaman sekolah yg besar & luas. Di depan gedung utama terdapat sebuah lapangan sepak bola, bersisian dengan lapangan basket. Keduanya, berbatasan langsung dengan taman depan sekolah yg terlihat rindang. Bukankah sekolah ini terlihat benar- benar luas? Aulia zia menghentikan langkahnya tepat di samping Alma zia ketika kakaknya berhenti di depan se
Aulia zia menjawab sambil menunjuk kearah kakaknya yg sedang membongkar koper. Sinta menganggukkan kepala. Dia menunjuk kearah gadis lain yg kini duduk di dekat jendela sambil membaca sebuah buku. “ Dan, itu Ratna dia berasal dari Bandung.” Aulia zia menganggukkan kepala “ Ratna, kamu bisa menjadi satu2 nya orang yg kakakku sukai, selain kembarannya,” Aulia zia kembali tersenyum lebar, menggoda Ratna. “ Dan, kamu satu2 nya orang yg ingin kutendang.” Aulia zia langsung mengatupkan mulutnya ketika mendengar jawaban dari Ratna, sementara Sinta & Alma zia memutar bola mata. Tak lama kemudian, kebungkaman Aulia zia berubah menjadi tawa keras. Aulia zia memiringkan kepalanya & menatap dingin kearah Ratna. “ Kurasa ditendang masih lebih baik dibandingkan ditinju. Aku suka jalan pikiranmu.” Ratna terdiam ketika mendengar kalimat bodoh yg diucapkan Aulia zia. Tatapan matanya sama sekali tidak berubah sekalipun Aulia zia menunjukkan tatapan dingin yg sama. Dingin & tajam. Kalimat yg dikat
Ratna terjatuh di depan kamar mandi, ketika Aulia zia mendorongnya agar menyingkir dari depan pintu. Bukannya merasa bersalah & meminta maaf , Aulia zia malah tertawa terbahak-bahak ketika melihat Ratna mengusap sikunya yang membentur lantai.“ Beraninya kamu…” geram Ratna, sambil bersiap-siap menerjang tubuh Aulia zia yang masih berdiri tegap.Aulia zia yang menangkap sinyal bahaya langsung memutar kakinya ke mana pun agar bisa menghindari terkaman serigala sebuas Ratna yang terlihat mengamuk & bersiap menendangnya ke luar kamar.“ Baiklah, aku dulu yang mandi …..”Mata Aulia zia & Ratna bergantu menatap pintu kamar mandi yang baru dimasuki oleh Sinta. Sedangkan, Alma zia mengedikkan bahunya ketika melihat ekspresi yang ditunjukkan oeh Aulia zia & Ratna.“ Sinta, keluar sekarang juga atau aku menendangmu setelah kamu mandi?!“ Tidak akan !”Aulia zia semakin mendengus kesal ketika mendengar jawaban yang diberikan oleh Sinta dari
Aulia zia menyadari, bahwa tubuhnya mulai terangkat ke udara & menjadi tembus pandang. Aulia zia mengulurkan tangannya, berusaha meraih tangan Ronald, tapi dirinya malah terbang semakin tinggi & semakin tembus pandang.“ Kak Ronald….”“ Selamat tinggal, Aulia. Jadilah gadis yang kuat, jangan menjadi gadis yang senang membahayakan dirimu sendiri. Tumbuh tinggilah & pastikan kamu bahagia bersama orang-orang yang kamu sayang, Aulia.”Setetes air mata kembali menetes di pipi Aulia zia yang tembus pandang.“ Kakak, jangan lupakan aku pastikan kalau kamu akan selalu mengingatku. Kakak, Ronald.”“ Ah! Aulia, aku sudah menghapus ingatanmu tentangku & semua yang pernah terjadi agar kamu tidak lagi merasa bersalah & trauma.”Aulia zia mengerjapkan matanya beberapa kali, menatap bingung Ronald yang berada di bawah sana.“ Kakak, kamu tidak berhak melakukannya!”“ Aku berhak. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan & berteman denganmu. Jadilah anak yang baik
Aulia zia menatap tidak mengerti ke arah Andre yang perlahan memudar & bersinar layaknya cahaya terang menyilaukan.Aulia menggelengkan kepalanya beberapa kali, saat Andre tersenyum kepadanya dalam kondisi tubuh yang setipis sutra & seterang cahaya rembulan.“ Kakak, kamu kenapa?”Aulia zia bertanya dengan suara parau.“ Pergi ke tempatku seharusnya, Aulia. Kalau bertemu nanti, sampaikan ucapan terima kasihku kepada Ronald, ya. Selamat tinggal, Aulia. Senang berkenalan denganmu.”Aulia zia berteriak kencang ketika tubuh Andre benar-benar menghilang dari hadapannya. Ketika dinding di labirin itu juga mulai menipis, walaupun perubahannya tidak sedrastis Andre tadi.“ Semuanya sudah selesai, Aulia.”Aulia zia menoleh ke belakangnya & lagi-lagi matanya harus membelalak kaget saat melihat Ronald sedang ada di dekatnya.“ Kak Ronald…? Kamu ada di sini juga…? Bagaimana kamu bisa muncul di sini, Kak..?”Ronald tersenyum sekilas & berjalan mendekat ke
“ Tidak akan kubiarkan….”“ Arrrggghhh!”Ronald menjerit panjang, saat hantu Ana mengeratkan cekikannya. Ingin sekali, Ronald menyudahi permainannya & menghindar sejauh-jauhnya dari Ana. Tapi, dia tidak bisa melakukannya. Dia harus mengakhiri ini semua. Selamanya.Ronald sengaja membuat tempo permainannya semakin cepat walaupun lehernya terasa sangat sakit & sulit bernapas. Dentingan tuts pianoyang dimainkan Ronald beradu dengan suara teriakan nyaring Ana yang memekakkan telinga.“ Kamu … telanlah … semua … mimpimu!” teriak Ronald sekuat tenaga sambil mengakhiri permainannya dengan nada tinggi yang tidak kalah memekakkan telinga mengalahkan teriakan nyaring hantu Ana.“ Arrrggghhh!!! Terkutuklahkamu!! Aaarrrgghhh!”Ana menjerit panjang bersamaan dengan terlepasnya tangan ramping itu dari leher Ronald .Napas Ronald sempat tercekat ketika melihat Ana hendak melukai raga Sinta yang berada tidak jauh dari mereka. Hal itu membuat Ronald kembali memainkan pia
Ronald menjauh sedikit dari piano yang tadi dimainkannya. Ruangan itu masih didominasi oleh teriakan hantu Ana yang menggema penuh frustrasi.“ Aaaaaarrrggghhh!!” Ana menjerit panjang & melengking sambil terus menutup kedua telinganya rapat-rapat. Sebelum akhirnya, raga itu terjatuh dengan lunglai di atas lantai & menyebabkan bunyi berdebam, Robald berjingkat kaget.“ Syukurlah….” Ronald menghela napas lega melihat raga Sinta tidak lagi bergerak & menjerit seperti tadi.“ Masih belum berakhir…”Ronald membalikkan badannya ketika suara dingin menyapa pendengarannya secara tiba-tiba. Mata Ronald membelalak ketika seorang gadis berbaju merah sedang melayang di depannya dengan beberapa helai rambut yang melayang di udara. Ujung pakaian gadis itu seperti sudah termakan usia & ada darah kental yang menetes-netes dari ujungnya.“ Kamu salah kalau berpikir semua sudah berakhir.”Gadis itu, hantu Ivana ( Ana ) menyeringai lebar sambil mengangkat tangan kanannya ke udara, yang memegang sebilah
Sedetik setelah dentingan tuts piano yang di tekan oleh Ronald terdengar, terdengar pula teriakan frustrasi dari hantu Ana yang berdiri tidak jauh dari piano.Ronald dapat melihat, bahwa Ana berjalan semakin mendekat ke arahnya dengan pandangan kelewat tajam seperti ingin membunuh.“ Kamu tidak akan bisa membunuhku….HAHAHA!”Ana kembali menjerit saat Ronald semakin cepat menekan tuts-tuts pianonya.Tatapan mata Ana semakin menajam & tangannya terulur ke arah leher Ronald. Ronald harus berterimah kasih kepada rambut panjang yang dimiliki Alma zia karena berhasil membelit tangan kanan Ana yang terjulur.“ Telanlah mimpimu sendiri!” Ronald menendang pelan Ana agar gadis itu menjauh dari tubuhnya.“ Kamu tidak akan kubiarkan!” Ana frustrasi lagi, sambil memegang kedua telinganya, ketika permainan piano Ronald terdengar semakin nyaring.Ana berusaha kembali mendekat ke arah Ronald sambil terus menutup kedua telinganya. Sedangkan Ronald tetap memainkan pianonya tanpa memedulikan Ana yang me
Teringat akan tujuannya, Ronald segera bangkit & berjalan cepat ke arah pintu. Namun, sebelum menyambar gagang pintu, Ronald terlebih dahulu melihat pantulan dirinya di cermin.“ Oh, aku tidak pernah membayangkan hal ini sebelumnya,” gumamnya.Di luar sudah gelap ketika Ronald melangkahkan kakinya menuruni tangga asrama putri. Hal itu membuatnya waspada kalau-kalau ada guru patroli yang melihatnya berjalan keluar dari asrama. Kalau dia sampai tertangkap basah, semua rencananya akan berantakan.Setelah beberapa menit melangkah penuh kehati-hatian & memastikan tempat yang akan dilewatinya benar-benar sepi, Ronald sqmpai di depan pintu kaca sekolahnya yang tampak gelap & sepi.“ Sebaiknya aku bergerak cepat.”Ronald membuka pintu kaca sekolahnya & mulai melangkahkan kaki. Ketika berjalan turun dari asrama, tidak ada keraguan di dalam hatinya. Namun, ketika membuka pintu sekolah & berjalan menyusuri koridor, entah kenapa hatinya terasa ragu & gamang.Langkah Ronald sempurna terhenti saat
“ Kalau kamu mengizinkan, aku ingin meminjam ragamu untuk kembali. Aku tidak mungkin meminjam raga Aulia zia karena aku tidak tahu di mana Aulia zia berada.”Jawaban dari Ronald sontak membuat Alma zia terperangah. Apa kata Ronald tadi? Meminjam raganya untuk kembali? Oh, yang benar saja. Saat raganya dimasuki roh Ronald artinya raganya akan lebih mudah untuk dimasuki roh lain di kemudian hari.“ Aku tidak mungkin melakukannya.”“ Ini satu-satunya cara untukku kembali & melenyapkan hantu Ana seutuhnya. Aku tidak akan berbuat macam-macam dengan tubuhmu. Aku hanya meminjamnya untuk kembali. Kumohon, hanya kamu yang bisa membantuku sekarang ini, Alma. Hanya kamu.”Alma zia mengigit bibir bawahnya, merasakan kebimbangan yang luar biasa menggeluti hatinya.“ Kamu yakin tidak akan berbuat macam-macam pada ragaku, kan, Kak? Aku takut kamu akan melakukan hal yang sama seperti yang hantu Ana lakukan kepada tubuh Sinta.”“ Tidak akan. Hantu Ana melakukannya karena dia
Ratna kembali menghela nafas penuh ke pasrahan. Menghancurkan hantu Ana….? Hal yang tersulit di dunia yang bahkan hanya ada satu-satunya.“ Kita hanya bisa berharap pada Alma zia & Aulia zia. Atau salah satunya.”“ Sedang apa kamu di sini? Apa yang kamu lakukan?”Alma zia membalikkan badannya ketika suara di belakangnya seakan bertanya kepadanya. Gadis itu sedikit terperangah melihat sosok laki-laki yang di kenalnya sedang menatapnya bingung lewat sorot matanya yang tajam.“ Kak Ronald..?”“ Kamu belum menjawab pertanyaanku. Sedang apa kamu di sini & apa yang kamu lakukan? Aku yakin kamu belum mati.”Alma zia terdiam menatap Ronald yang berdiri di depannya. Entah mengapa, suaranya mendadak tercekat di tenggorokan & tidak bisa dikeluarkan hanya demi menjawab pertanyaan Ronald.Langkah kaki terdengar, saat Alma zia mendingakkan kepalanya. Dia bisa melihat Ronald berjalan mendekat ke arahnya dengan pakaian kebesaran yang berwarna putih, yang bergerak seakan tertiup angin di tengah-tengah