Home / Thriller / MISTERI GADIS KEMBAR / Bab 6. DENDAM INI HARUS TERBALAS

Share

Bab 6. DENDAM INI HARUS TERBALAS

Author: Ningty
last update Huling Na-update: 2021-03-18 18:33:14

POV WATI

     Perempuan itu bergegas meninggalkan halaman rumah orang tua Rudi. Amarah tergambar jelas di wajahnya. Bahkan dia mengabaikan orang-orang yang ditemuinya.

     “Hai Wati! Mau kemana ... buru-buru amat!” sapa seorang wanita paruh baya. Namun, perempuan yang ternyata Wati itu hanya diam dan terus saja berlalu.

     ‘Dasar aneh, ditanyain diam aja. Kesambet kali tuh orang!’ gerutu wanita paruh baya itu.

     Sementara itu, Wati terus melangkahkan kakinya hingga tiba di jalan raya. Dia menghentikan angkutan umum yang menuju ke Desa Dayoh. ‘Dendamku harus terbalas’ geram perempuan itu dalam hati.

     Kurang lebih satu jam perjalanan, akhirnya Wati tiba di Desa Dayoh. Desa tempat dia dan Mayasari berasal sebelum mereka pindah ke Desa Damai. Bergegas dia menuju ke rumah lamanya. Lima belas menit dari gapura depan desa, akhirnya dia sampai di rumah lamanya. Segera dia memasuki rumahnya sebelum ada tetangga yang menyadari kehadirannya. Ya, Desa Dayoh memang akan selalu sepi dari pagi sampai siang hari karena warga desa banyak yang pergi ke hutan karet untuk mengambil getah karet.

     Wati menghempaskan tubuhnya di atas tempat tidur kayu yang ada di kamarnya. Pikirannya menerawang entah kemana. Tiba-tiba dia kembali bangkit dari posisi tidurannya. Dia berjalan ke arah dapur dan mencoba mencari sesuatu yang bisa dimasaknya. Perempuan itu menghela nafas panjang saat tak menemukan apapun.

     ‘Bodohnya aku, karena terlalu emosi aku lupa membeli sesuatu. Kalo aku ke warung untuk belanja, orang-orang pasti tahu kalo aku pulang ke sini. Huh! Semua ini gara-gara Maya!’ gerutu Wati seorang diri.

     Dia kemudian kembali ke kamarnya dan membaringkan tubuhnya. Tak lama kemudian, dia pun terlelap.

     Tak terasa, hari pun beranjak sore. Rasa lapar yang kian mendera membangunkan Wati dari tidurnya. Demi untuk membeli makanan, akhirnya wanita itu pun menekan egonya. Dia segera beranjak meninggalkan rumahnya untuk pergi ke warung Bi Mumun, satu-satunya warung yang ada di Desa Dayoh.

     “Bi ... beli mie instan dong, dua. Gulanya seperempat sama kopi satu,” ujar Wati.

     “Iya Neng ... lho Wati! Kamu pulang ke sini? Kapan?!” tanya Bi Mumun.

     “Iya Bi. Tadi siang saya pulang. Mau ke rumah Aki. Emm ... Tambah telurnya seperempat juga ya Bi,” sahut Wati.

     “Oh iya, Neng,” sahut Bi Mumun.

     Setelah membayar dan menerima belanjaan dari Bi Mumun, Wati bergegas pulang ke rumahnya. Dia segera memasak mi instan yang tadi di belinya untuk mengisi perutnya. Dia juga membuat secangkir kopi.

     ‘Lepas maghrib, aku harus segera ke rumah Aki Sudra. Hanya dia yang bisa membantuku membalas dendam. Aku harus tahu dimana orang tua Maya. Nggak mungkin, mereka menghilang tiba-tiba’ kembali wanita itu bermonolog.

     Waktu sudah menunjukkan pikul tujuh malam. Terlihat Wati, berjalan menyusuri jalanan di Desa Dayoh. Suasana begitu sepi. Sejak diketahui orang tua Mayasari yang mempelajari ilmu hitam, mulai jam tujuh malam desa itu sudah terlihat sepi. Bahkan saat otang tua Mayasari sudah menghilang pun, desa itu masih tetap sama. Warga desa masih saja ketakutan. Padahal sudah kurang lebih lima tahun Haruni dan Widarta yang merupakan orang tua Mayasari menghilang.

     Namun, hal itu tak menyurutkan langkah Wati yang menyimpan dendam atas kematian orang tuanya yang masih ada hubungan darah dengan orang tua Mayasari. Ya, Sarina yang merupakan ibu dari Wati adalah adik kandung Widarta yang merupakan ayah kandung dari Mayasari. Jadi, sebenarnya Wati dan Mayasari adalah saudara sepupu.

     Dendam yang telah menyelimuti hati Wati menutup segala fakta yang ada. Fakta bahwa Mayasari adalah kakak sepupunya. Fakta bahwa dia tidak mengetahui keseluruhan cerita penyebab orang tuanya meninggal. Hanya berpegang pada kasak-kusuk tetangganya yang mengatakan bahwa orang tuanya telah menjadi tumbal dari ilmu hitam orang tua Mayasari.

     Wati menghela nafas berat saat dia berhenti di halaman rumah yang terletak di ujung desa itu. Aura mistis menguar dari rumah itu. Rumah itu sangat sederhana dan terlihat sangat menyeramkan. Dindingnya hanya terbuat dari papan.

     Meski dengan nyali yang sudah menciut, perempuan itu tetap berusaha mendatangi rumah itu. Tekadnya untuk membalas dendam sudah bulat.

     Tok! Tok! Tok!

     Dia mengetuk pintu rumah itu. Tak ada sahutan. Wati mencoba untuk kembali mengetuk pintu rumah itu.

     Tok! Tok! Tok!

     “Ki ... Aki ... Aki Sudra! Ini Wati, Ki!” kali ini perempuan itu tak hanya mengetuk pintu tapi juga memanggil Si Empunya rumah. Perempuan itu menghela nafas kesal karena tak kunjung ada jawaban. Dengan langkah gontai dan penuh rasa kesal, Wati berniat meninggalkan rumah itu karena nyalinya semakin menciut kala dia merasa aura mistis makin kuat menguar.

     “Apa kamu tidak bisa sedikit bersabar!” baru saja Wati melangkahkan kakinya, dia sudah dikejutkan suara menggelegar di belakangnya. Perlahan dia membalikkan badannya. Tubuhnya gemetar ketakutan kala mendapati sorot mata tajam yang seolah mampu merobek jantungnya.

     “A-Aki ... !” ucapnya terbata. Dengan susah payah dia berusaha menelan salivanya.

     “Masuk!” ajak pria tua yang dipanggil Aki Sudra itu. Dengan langkah takut-takut Wati mengikuti pria tua itu masuk. Sejenak dia terhenyak melihat suasana yang menyeramkan di ruangan itu.

     Wati mengedarkan pandangannya. Dapat dilihatnya banyak potongan kepala binatang buas yang tergantung di dinding ruangan itu. Bahkan di susut ruangan itu di atas sebuah meja kecil, Wati melihat kepala babi hutan yang masih meneteskan darah segar. Tak pelak hal itu membuatnya bergidik ngeri. Dia juga merasakan perutnya bergejolak kala tercium aroma amis darah. Namun, demi tekadnya membalas dendam, perempuan itu berusaha bertahan.

     “Apa yang kamu lihat! Duduklah!”  seru Aki Sudra datar dan dingin. Wati pun menuruti perintah Aki Sudra.

     “Aku sudah tahu apa maumu. Aku juga tahu kamu ini siapa. Kamu anak dari Sarina dan Suryaman bukan?!”

     “I-iya Ki,” sahut Wati lirih.

     “Kamu yakin dengan niatmu itu?! Apa kamu tahu, ada harga yang harus kamu bayar agar kemauanmu terwujud!” ujar Aki Sudra.

     “Berapa harus saya bayar, Ki?”

     “Bukan dengan uang!” bentak Aki Sudra.

     “Jika bukan uang ... lalu ...”

     “Nyawamu! Nyawamu yang akan jadi taruhannya jika sampai kamu mengalami kegagalan!” ujar Aki Sudra. Wati terhenyak dalam diam. Dia tak menyangka jika dia harus mempertaruhkan nyawanya demi membalaskan dendam orang tuanya.

     “Pikirkanlah lebih dulu dan kembalilah besok jika kamu sudah yakin!” ujar Aki Sudra kala melihat ada keraguan terukir di raut wajah Wati.

     “Aku tidak mau, kamu mundur setelah semua terlanjur jauh. Selain itu ada beberapa ritual yang harus kamu jalani. Ada beberapa persyaratan yang harus kamu penuhi. Mundurlah dari sekarang jika kamu tidak sanggup!” lanjut Aki Sudra panjang lebar.

     “Saya siap Ki! Apapun resikonya akan saya terima. Asal dendam orang tua saya terbalas!” balas Wati mantap. Dia benar-benar telah dibutakan oleh dendam. Tanpa disadarinya, dia menyimpan dendam yang salah.

     “Baiklah! Jika itu memang maumu! Sekarang ... pulanglah. Datanglah besok pada malam jum’at kliwon. Jangan lupa bawa ayam cemani dan bunga tujuh rupa!” titah Aki Sudra.

     “Baik Aki!” jawab Wati lalu berpamitan kepada Aki Sudra. Begitu dia keluar dari rumah Aki Sudra, dia melihat suasana makin mencekam. Perempuan itu memberanikan diri untuk tetap pulang ke rumahnya.

     ‘Di mana aku bisa mendapatkan ayam cemani dan bunga tujuh rupa. Lagian buat apa sih semua itu’ gumam Wati kesal. Meski begitu, dia tak bisa mundur lagi. Dia sudah menyanggupi persyaratan itu. Untuk menepis rasa kesal, dia kembali mengingat dendamnya.

      Akhirnya, dia sampai di rumah peninggalan orang tuanya itu. Direbahkannya tubuhnya yang sudah penat itu. Dia bahkan tak lagi peduli dengan rasa lapar yang menghampirinya. Baginya saat ini, dia hanya ingin tidur dan besok dia harus mencari persyaratan yang diminta oleh Aki Sudra.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 7. PETAKA DI DESA DAMAI

    Waktu bergulir begitu cepatnya. Tanpa terasa satu bulan sudah Wati meninggalkan Desa Damai dan kembali ke Desa Dayoh demi untuk menyempurnakan niatnya membalas dendam kepada Mayasari. Meninggalkan Wati dengan segala ritualnya di Desa Dayoh. Ternyata hampir satu bulan ini Desa Damai mengalami petaka tiada henti. Tak hanya ternak yang mati mendadak tetapi hampir seluruh warga yang bertani dan berladang mengalami gagal panen. Sungai dan sumur tiba-tiba mengering. Bahkan, banyak anak kecil dan balita yang tiba-tiba jatuh sakit. Entah semua itu disebabkan karena apa. Hanya saja warga Desa Damai yang sempat terhasut oleh ucapan Wati tentang siapa orang tua Mayasari, mulai kasak-kusuk kembali. Tak segan mereka melontarkan tuduhan keji bahwa bencana yang terjadi di Desa Damai disebabkan oleh kehadiran bayi kembar Mayasari atau karena kutukan Mayasari yang sempat terlontar karena amarahnya. Dari kedua bayi Ma

    Huling Na-update : 2021-03-20
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 8. KISAH TENTANG HUTAN TERLARANG (1)

    “Kisah ini berawal, jauh sebelum kami menikah dan memiliki keturunan,” ucap Pak Karta memulai ceritanya. Namun, saat itu kami telah memiliki calon pasangan masing-masing. Kemana-mana kami selalu berempat hingga suatu hari Sarina, adik Widarta ingin ikut bergabung dengan kami. Tak ada alasan dari kami untuk menolak. Karena kami juga tak melakukan hal-hal yang aneh. Kami yang waktu itu masih muda sangat menyukai petualangan. Terkadang kami bahkan pergi ke tempat-tempat yang menurut warga adalah tempat yang angker dan terlarang untuk kami datangi. Suatu hari, di Desa Dayoh, datang seorang warga baru bernama Aki Sudra. Kami tidak tahu darimana dia berasal atau siapa dia sebenarnya. Waktu itu Aki Sudra berusia sekitar empat puluhan. Yang membuat kami heran adalah, dia memilih untuk menempati rumah kosong yang sudah tidak layak huni yang berada di ujung desa padahal masih banyak rumah yang laya

    Huling Na-update : 2021-03-23
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 9. KISAH TENTANG HUTAN TERLARANG (2)

    Gadis itu diam-diam tersenyum licik. Dari sorot matanya terpancar banyak rencana jahat. Sebuah rencana yang entah dia tujukan untuk siapa. Sorot mata itu tertuju hanya pada satu orang. “Hai Sudra!” apakah mereka ini pengikut baruku?!” tanya sosok itu dengan suara menggelegar. “Benar Tuan, junjungan hamba,” jawab Aki Sudra sambil membungkuk penuh hormat pada makhluk itu. Lalu terdengar suara tawa makhluk itu lagi. “Apakah mereka sudah menikah?!” tanya makhluk itu lagi. “Belum Tuanku,” jawab Aki Sudra. “Hmm ... di antara mereka siapa yang akan menikah lebih dulu?!” kembali makhluk itu bertanya. “Mereka Tuanku. Mereka akan menikah bulan depan,” jawab Aki Sudra sambil menunjuk ke arah Karta dan Minah.

    Huling Na-update : 2021-03-23
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 10. SOSOK MISTERIUS

    Setelah menceritakan kisahnya kepada Ustadz Yusuf, Pak Karta lalu menyampaikan niatnya untuk pergi ke hutan terlarang dan bermaksud meminta bantuan Ustadz Yusuf. “Jadi, Bapak ingin kesana?” tanya Ustadz Yusuf. “Iya Ustadz. Saya berniat menemui Haruni dan Widarta dan berbicara dengan mereka. Entah kenapa saya merasa kelahiran Diandra ada kaitannya dengan mereka. Saya juga bermaksud meminta bantuan Ustadz untuk menyadarkan mereka,” terang Pak Karta. “Maaf, Pak Karta, untuk menemani Bapak ke hutan itu, mungkin saya masih bisa tapi jika untuk menyadarkan mereka, saya tidak yakin saya akan mampu,” jawab Ustadz Yusuf meragu. “Saya percaya, Ustadz pasti bisa,” ucap Pak Karta mencoba meyakinkan Ustadz Yusuf. “Kita coba saja, Pak. Kapan rencananya kita akan ke sana?&r

    Huling Na-update : 2021-03-23
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 11. BERTEMU HARUNI DAN WIDARTA

    “Mayaaa!” terdengar suara teriakan Rudi. Ustadz Yusuf, Pak Karta, Bu Minah dan Laila bergegas menghampiri Rudi. Pak Karta dan yang lain yang tadi menghambur ke arah Rudi tersentak saat melihat tubuh anaknya luruh ke lantai. “Rudi! Ada apa? Apa yang terjadi?!” tanya Pak Karta cemas. “M-Maya ... Maya Pak ...” “ ... Maya kenapa Rud!” seru Bu Minah. Wanita paruh baya itu langsung melesak masuk ke dalam kamar anaknya. Wanita itu terpaku seketika saat melihat tak ada menantunya yang tadi terbaring di atas kasur. “Maya,” lirih wanita itu. Pak Karta semakin bingung kala melihat reaksi sang isteri. Laki-laki itu pun melesak masuk menyusul isterinya. Dia pun tersentak seketika. Sontak dia berbalik ke arah anaknya. “Rud! Maya kemana?!” tanya Pak Karta.

    Huling Na-update : 2021-03-24
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 12. TANDA APA INI?

    Waktu berlalu sangat cepat. Tak terasa hari berganti menjadi minggu, minggu ke bulan dan akhirnya masuk hitungan tahun. Usia Dara dan Diandra telah menginjak lima tahun. Selama kurun waktu lima tahun itu, tak ada perubahan yang berarti di Desa Damai. Bisa dibilang, sejak kelahiran si kembar, Desa Damai tak lagi damai. Ada saja peristiwa yang terjadi dari peristiwa yang umum terjadi hingga peristiwa yang terjadi di luar nalar manusia. Seperti halnya pagi ini, Maya kembali kebingungan mencari si kembar. Dia mengitari seluruh rumah dan menanyakan pada para tetangga. “Dara ... Diandra, kalian kemana, Nak?” gumam Maya dengan langkah gontai memasuki rumah. Rudi yang melihat istrinya murung langsung tahu apa penyebab istrinya seperti itu. “Si Kembar berulah lagi?” tanya Rudi. Rasanya dia juga lelah

    Huling Na-update : 2021-03-24
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 13. KEPULANGAN USTADZ YUSUF

    “Sebenarnya apa yang terjadi, Pak ... Bu!” seru Rudi yang tiba-tiba saja masuk ke kamar mereka. “Rudi?!” seru Pak Karta dan Bu Minah hampir bersamaan. “Aku mohon Pak, tolong ceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Semua yang sudah terjadi benar-benar di luar nalarku. Di mulai dari lahirnya Diandra lalu menghilangnya dia saat malam aqiqahan. Kemudian kejadian-kejadian aneh lain hingga menghilangnya anak dan isteriku. Sekarang, muncul tanda misterirus pada bagian tubuh kedua putriku,” tutur Rudi panjang lebar dengan tatapan menuntut. Pak Karta dan Bu Minah, sama-sama menghela napas panjang dan saling berpandangan. Dengan isyarat, akhirnya mereka setuju untuk menceritakan semuanya pada Rudi. “Ya Allah! Seberat itukah masalah ini!” seru Rudi sambil mengusap wajahnya dengan gusar setelah Pak Karta dan

    Huling Na-update : 2021-03-30
  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 14. KEMUNCULAN WATINA

    Meninggalkan keluarga Rudi dan Maya yang dilingkupi misteri. Jauh di Desa Dayoh, tepatnya di rumah milik Aki Sudra. Seorang wanita muda terlihat sedang berbincang dengan pemilik rumah. “Jadi, kapan kamu akan kembali ke sana?” tanya Aki Sudra sambil membersihkan golok yang tadi digunakannya untuk menebas leher babi hutan yang diburunya. “Secepatnya, Ki ... secepatnya," ucap wanita itu. “Wati, kamu tetap harus hati-hati. Jangan gegabah. Aku akan membantumu dari sini,” ujar Aki Sudra. Ya, wanita itu adalah Wati yang kini telah menguasai ilmu dari Aki Sudra. “Iya Ki!” jawab Wati. Diam-diam wanita itu menyeringai licik. ‘Tentu kamu akan membantuku dengan memberikan nyawamu Ki” batin Wati. Ternyata selama belajar dengan Aki Sudra, Wati juga mencari tahu kelemahan Aki Sudra. Dia bermaksud me

    Huling Na-update : 2021-03-31

Pinakabagong kabanata

  • MISTERI GADIS KEMBAR    Bab 37. KORBAN KEDUA

    “Siapakah pemuda tampan itu?” Terdengar suara warga yang saling berbisik mempertanyakan tentang siapa pemuda itu. “Pak, maaf, siapa pemuda itu?” tanya Pak RT yang kebetulan berdiri di dekat Pak Sapto yang merupakan komandan dari tim polisi yang tengah sibuk memeriksa jasad gadis tak dikenal itu. “Oh, maaf, kami belum sempat memperkenalkan beliau kepada para warga di sini. Beliau Pak Ilham, seorang detektif yang dikirim dari kantor pusat untuk membantu memecahkan kasus ini,” tutur petugas polisi itu. Pak RT yang mendengar penuturan itu hanya manggut-manggut tetapi jelas terlihat bibirnya menyunggingkan senyum. Beberapa saat kemudian, jasad itu telah dikirim ke rumah sakit di kota untuk dilakukan autopsi. Sementara itu, Pak RT meminta para petugas polisi, dokter dan pemuda bern

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 36. RENCANA BARU RESTIA

    Restia duduk dengan gelisah di sudut sebuah kafe. Sesekali ia melihat jam yang melingkar di tangannya. “Mana, sih, mereka. Hari semakin malam tapi bayangan mereka pun belum terlihat,” sungut gadis itu. Baru saja ia akan menghubungi orang yang ditunggunya melalui ponsel, mereka telah terlihat memasuki kafe itu. “Kalian darimana, sih? Aku sudah hampir dua jam menunggu kalian,” serbunya begitu Fery dan kedua temannya duduk di hadapannya. Ya, ternyata ketiga pemuda itulah yang sejak tadi ditunggunya. “Tck! Kamu lupa, kalau sudah jam pulang kerja, jalanan di kota ini berubah padat. Apalagi di perempatan depan sana pasti macet,” sahut Fery kesal. “Hah! Ya sudah, kalian pesan dulu saja,” tukas Restia. Seraya menunggu pesanan mereka, Restia yang sudah penasaran dengan apa yang ingin disampaikan se

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 35. BERTEMU SI KEMBAR

    Dua orang gadis tengah sibuk mengambil bahan makanan dari rak yang berderet di sebuah swalayan. Wajah mereka yang cantik dan terlihat mirip membuat mereka menjadi pusat perhatian. Tak hanya kaum adam tetapi juga kaum hawa. Bahkan beberapa gadis ada yang memberikan tatapan sinis karena merasa iri dengan kecantikan mereka yang nyaris sempurna. Kedua gadis itu, bukan tak menyadari telah menjadi pusat perhatian, mereka hanya berusaha bersikap biasa dan mengabaikan itu semua sesuai pesan dari ustadz Yusuf. Ya, kedua gadis itu adalah Dara dan Diandra. “Sudah semua, Kak?” tanya Diandra. Dara memperhatikan troly yang berisi belanjaan mereka. “Hanya camilan pesanan trio usil yang belum,” sahut Dara sambil terkekeh. “Ya sudah, kita ke bagian camilan dulu saja,” jawab Diandra. “Ayo,” sahut Dara.

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 34. RESTIA

    Bakhtiar baru saja akan mengunci pintu pagar rumahnya setelah memarkirkan motornya ketika tiba-tiba dia dikejutkan suara teriakan minta tolong tak jauh dari rumahnya. ‘Suara minta tolong siapa itu?’ batin pemuda itu. Tolong! Kembali Bakhtiar mendengar suara teriakan itu. Tanpa menunggu lagi ia segera mencari arah asal suara. “Hei! Lepaskan dia!” seru pemuda itu seraya mendekat ke arah tiga orang pemuda yang tengah mengganggu seorang gadis. “Siapa kau? Pergilah dan jangan ikut campur urusan kami!” bentak salah seorang pemuda itu. “Aku bukan siapa-siapa. Aku hanya orang yang tidak suka dengan laki-laki pengecut seperti kalian, yang beraninya hanya dengan seorang gadis,” sahut Bakhtiar tenang. Sementara gadis yang tadi diganggu tiga pemuda itu diam-diam menarik sudut

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 33. KEANEHAN DI AB CORP

    Dua hari telah berlalu, ustadz Yusuf yang teringat akan sesuatu kembali mengajak kedua gadis kembar itu untuk berbicara tentang hal yang ingin mereka tanyakan karena tertunda oleh ulah cucu-cucunya. Dara dan Diandra datang sambil membawa minuman dan kudapan untuk ustadz Yusuf, yang telah mereka anggap sebagai kakek mereka sendiri. Setelah meletakkan apa yang mereka bawa, kedua gadis kembar itu pun duduk di hadapan ustadz Yusuf. “Sekarang, katakan, apa yang ingin kalian tanyakan tempo hari?” ucap ustadz Yusuf membuka pembicaraan Dara dan Diandra saling melempar pandang. Hal itu membuat ustadz Yusuf mengulas senyum tipis. “Kenapa hanya saling pandang? Ayo, katakan saja,” ujar ustadz Yusuf. “Ekhem ... begini, Kek, beberapa hari yang lalu, tepatnya saat Kakek bercerita tentang tragedi

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 32. MENGUJI SI KEMBAR

    “Kalian, tinggallah sebentar di sini, saat ini aku ada perlu keluar. Tidak lama, hanya satu atau dua jam saja,” ujar Bakhtiar. Kedua gadis kembar itu saling tatap, seolah saling menanyakan pendapat. “Bagaimana? Bisa, kan, kalian tinggal di sini dulu. Hanya sampai aku kembali,” ujar pemuda itu. “Baiklah, Mas, tapi tolong kabari kakek jika kami ada di sini,” sahut Dara. “Tentu, aku akan mengabari beliau,” jawab Bakhtiar. Setelah mengabari ustadz Yusuf sesuai permintaan Dara, Bakhtiar pun bergegas pergi. Dia sengaja mengendarai motornya tetapi dia langsung bersembunyi di balik pohon tak jauh dari rumah itu. Tanpa disadari kedua gadis itu, bersamaan dengan dirinya keluar dari rumah, Bakhtiar telah membuka kembali sebagian ingatan mereka tetang kejadian sebelum mereka tiba di rumah ini. Dengan

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 31. NAMAMU, DIANDARA SYAHITA SARINILA

    Tubuh kedua gadis kembar itu tampak limbung dan jatuh ke tanah begitu mereka memasuki halaman rumah yang sepuluh tahun ini mereka tempati. Tampak asap tebal membubung tinggi pada salah satu tubuh gadis itu. Bakhtiar, yang mengawasi dari dalam rumah bergegas keluar saat melihat asap tebal itu semakin menipis dan menghilang. Kini, hanya ada satu tubuh gadis yang tergeletak di halaman rumah itu. Bakhtiar membopong tubuh gadis yang telah dinikahinya secara gaib beberapa hari lalu ke dalam rumah. Dibaringkannya tubuh itu ke atas ranjang. Setelah menyelimuti gadis itu, Bakhtiar keluar dari kamar menuju dapur. Pemuda itu tampak sedang menyeduh teh hangat. Ditiupkannya do’a pada minuman itu, lalu dibawanya ke kamar dimana isterinya terbaring. Dipandanginya wajah gadis itu. Terngiang ucapan sang kakek sehari sebelum dia mengikuti ustadz Yusuf. ‘Tiar, setelah ikrar pernikahan itu, jika terjadi sesuatu pada kedu

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 30. DUKA DAN AMARAH SI KEMBAR

    Beberapa hari kemudian, ustadz Yusuf memanggil Dara dan Diandra ke ruang pribadinya. Sesuai janjinya, hari ini ia akan menceritakan semuanya kepada kedua gadis kembar itu. Dilema yang dialaminya menghilang sudah setelah ia teringat ucapan kiai Ummar. Ia juga sudah menghubungi Bakhtiar dan meminta pemuda itu untuk bersiap jika sewaktu-waktu terjadi sesuatu. “Hari ini, kakek sudah siap menceritakan semuanya pada kalian. Apa, kalian yakin, ingin mendengar keseluruhan ceritanya?” tanya ustadz Yusuf pada kedua gadis kembar itu. “Iya, Kek,” jawab mereka serempak. Ustadz Yusuf tampak menghela napas panjang sebelum memulai ceritanya. “Sebelum kakek mulai bercerita, bisakah kalian ceritakan kembali mimpi yang kalian alami kepada kakek?” pancing ustadz Yusuf. “Iya, Kek. Waktu itu, Dara seperti dibawa ke r

  • MISTERI GADIS KEMBAR   Bab 29. DILEMA USTADZ YUSUF

    Melihat Ustadz Yusuf yang masih terdiam, membuat rasa penasaran dalam diri kedua gadis kembar itu semakin besar. “Kek, ayolah, ceritakan lagi pada kami,” rengek Dara sambil bergelayut di bahu kiri ustadz Yusuf. “Iya, Kek, Andra juga penasaran lho,” kali ini, Diandra yang membujuk ustadz Yusuf. Pria tua itu, merasa semakin dilema tetapi dia harus melakukan sesuatu agar kedua gadis kembar itu tak lagi merengek padanya. “Baiklah, kakek akan cerita, tetapi tidak sekarang,” tukas ustadz Yusuf. “Yaa, Kakek, kok gitu!” seru mereka kompak. “Ada apa, ini? Ramai sekali,” ujar Halimah yang tiba-tiba hadir di sana. “Oh, itu Nek, kami sedang menonton berita kejahatan yang lagi ramai saat ini,” jawab ustadz Yusuf yang tak sepenu

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status