Sepertinya, semesta memang sedang ingin bermain-main dengan Leona. Kemana pun ia pergi, kemana pun ia berusaha sembunyi, Damien Skarsgard pasti selalu menemukan jalan juga cara untuk menemukannya –mengganggunya, bahkan berusaha keras mendapatkannya, bagaimana pun caranya. Tak peduli meski harus melenyapkan seluruh manusia yang ada di muka bumi.
Terlukanya Ash merupakan peringatan awal yang diberikan Damien padanya. Leona hanya miliknya. Tak ada yang boleh memilikinya bahkan bersamanya. Gertakan-gertakan kecil yang Damien berikan pada Ash dan Leona merupakan sebagian dari beberapa peringatan kecil yang telah dan akan Damien berikan. Jika Leona dan Ash paham, sebaiknya mereka waspada.Sayangnya, sepaham apapun Leona terhadap keadaan yang tengah ia hadapi di depan mata, meski ia merasa bersalah karenanya, ia tak bisa menjauh meski ia memang ingin menjauh. Sebab, bagaimana pun buruknya keadaan, Ash akan selalu menggenggam Leona erat, meski Leona menolak.Hari itu, sBukan rahasia lagi. Saat malam meninggi, rindu menjadi semakin tak terkendali. Sayangnya, sabit selalu bersinar dengan terangnya, seolah ingin mengingatkan, bahwa keindahan ini tampak tak utuh. Hanya separuh yang bercahaya. Sisanya, tenggelam dalam kegelapan malam, direngkuh erat oleh sisi lain yang tak ingin merelakan seluruhnya bersinar terang.***Malam itu, setelah menyelesaikan segala macam tugas kuliahnya, Malia memilih duduk santai di balkon kamarnya, menikmati langit yang tampak begitu bersih. Tak ada awan, tak ada bintang. Hanya sabit yang tampak bersinar terang. Sendirian, tanpa siapapun menemani. Seperti dirinya saat ini."Aku mencintainya, lebih dari yang ia tahu." monolog Malia.Ia mengembuskan napasnya perlahan, memandangi kepulan asap tipis yang keluar dari mulutnya. Bukan musim dingin, bahkan kini berada di penghujung musim semi. Tapi, udara malam itu, terasa seperti udara pada pergantian musim dingin ke musim semi."Atau... Sebenarnya, i
Setelah menemui putranya diam-diam, Rosalie kembali ke kamarnya dengan perasaan campur aduk, dan dada yang terasa sesak. Ia menghambur ke dalam pelukan Stefan yang kala itu tengah asyik membaca.Stefan melepas kacamatanya, bahkan meletakkan kembali bukunya ke atas side table di sebelah kirinya. Dipeluknya Rosalie erat."Apa Loui sudah membaik?" Stefan memberi pertanyaan pembuka. Ia tahu, sang istri tengah mengkhawatirkan putra sulung mereka yang sudah satu minggu mengurung diri di gedung belakang tempat tinggal mereka.Rosalie menggeleng pelan, lalu menjawab, "Dia... Sepertinya memburuk, sayang." lirih Rosalie. "Tapi dia bertingkah sok kuat setiap kali aku bertanya tentang keadaannya." keluh Rosalie.Stefan terkekeh pelan. "Jangan pernah bertanya seperti itu padanya, sayang. Jelas dia akan selalu mengatakan bahwa ia baik-baik saja dan tidak membutuhkan bantuan apapun dari kita." jelas Stefan panjang lebar.Rosalie mendesah pasrah. "Anak itu... Selalu sok kua
Dengan mata membola, Luca menyuarakan rasa penasarannya. "Jadi, Loui harus benar-benar menghisap darahnya?" Sekali lagi, Leona memukul tengkuk Luca spontan. Bisa-bisanya adiknya bertanya sepolos itu. Jika Malia mendengarnya, gadis itu akan salah paham bahkan salah kaprah. Bisa-bisa, ia menyerahkan dirinya begitu saja pada Loui."Awh! Kenapa kau memukulku lagi, Leona?" Luca bersungut-sungut kesal."Pertanyaanmu itu terlalu gegabah, Luca!" seru Leona."Apa yang salah dengan pertanyaanku?" tanya Luca datar.Sungguh, Luca memang tidak paham dengan ucapannya. Entah memang tidak paham, atau, ia memang menolak paham? Entahlah. Siapa yang tahu?Leona mendesah pasrah. Menyerah dengan tingkah adiknya yang satu itu. Terpaksa, ia harus menjelaskan semuanya sejelas mungkin, agar tak ada kesalah pahaman antara dirinya, Luca, bahkan Malia jika gadis itu mendengar percakapan itu tanpa sepengetahuan mereka."Jadi, bagaimana?" tanya Luca penasaran."Loui tidak
Beberapa minggu berlalu. Tak ada kejadian berarti yang mereka lalui. Semuanya berjalan normal seperti kehidupan remaja kebanyakan.Hubungan Malia dan Loui tidak lebih baik dari sebelumnya, namun semuanya mereka jalani dengan "baik-baik saja", sebaik yang mereka bisa jalani.Sementara Ash sudah pulih sepenuhnya. Ia kembali beraktifitas seperti biasanya, bahkan sudah mulai berlatih Rugby, dan sesekali ikut menemani sang adik, Gabe, berlatih basket. Juga dilain kesempatan, ia menyempatkan diri menemani Archie berlatih sepak bola.Hubungan Ash dan Leona pun tak banyak kemajuannya. Keduanya menjalani hari mereka dengan penuh rasa kesal, benci, dan perasaan campur aduk lainnya.Sayangnya, hubungan Ash, Gabe, Archie juga Lyla memburuk. Sejak kejadian di rumah sakit hari itu, Lyla semakin sering bertingkah menyebalkan. Sesekali ia mengganggu keintiman antara Ash dan Leona. Bahkan, dilain waktu, secara terang-terangan ia menemui Irina juga Skarsgard lainnya.Entah ap
Lyla benar-benar datang. Gadis itu berdiri tegap di hadapan Ash dan Leona. Ia mengulas senyum manisnya saat manik hazelnya bertemu dengan milik Ash. Namun, ia langsung memasang ekspresi datar saat Leona mendongak –menatapnya tanpa eskpresi."Aku ingin berbicara denganmu, Ash," ujar Lyla to the point, apa adanya."Hanya berdua. Tanpa diganggu siapapun." ucap Lyla dengan penekanan pada setiap kata yang diucapkannya.Benar-benar ingin menegaskan, bahwa, ia hanya ingin berbicara empat mata dengan Ash. Tak menginginkan kehadiran siapapun di sana, termasuk Leona. Tentu saja.Leona tertawa sumbang melihat gaya bicara dan tingkah Lyla yang dianggapnya begitu menyebalkan. Sangat menyebalkan.Gadis itu mengubah tatapan tanpa ekspresinya dengan tatapan menantang. Tiga detik berikutnya, ia bangkit dari tempat duduknya –berdiri menantang sembari melipat kedua tangannya di dada. Benar-benar tak mau kalah, ia menunjukkan sisi angkuhnya di hadapan Lyla.Bag
"Aku yang menghisap darahnya sampai habis tak bersisa. Lalu, aku penggal kepalanya dengan kuku-kuku tajamku. Terlalu merepotkan menciptakan seorang Hybrid, terutama, ia adalah seorang Alpha." jelas Damien dengan tawa sebagai penutup kalimatnya.Kalimat Damien berhasil menyulut amarah Ash. Perlahan tubuhnya bertransformasi. Kuku-kuku panjang dan tajamnya muncul ke permukaan, bulu abu-abunya mencuat, dan ukuran tubuhnya sedikit demi sedikit membesar.Ash berubah menjadi serigala bertubuh besar dengan bulu abu-abu.Tatapannya dingin dan tajam. Ia meraung –melolong penuh amarah. Ia berlari ke segala penjuru, mengejar Damien yang melesat kesana kemari. Ash berusaha menerjang –menerjang Damien sebisanya, namun, sayangnya, pergerakannya masih kalah cepat dengan Damien.Pria bersurai ikal itu tertawa keras melihat segala macam usaha Ash yang ingin menyerangnya –mencabiknya dengan membabi buta."BERHENTI SAJA, BOCAH SERIGALA! DATANG PADAKU DENGAN CA
Luca menapakkan kedua kakinya dengan payah. Ia memasuki lingkungan Universitas, tempat di mana kedua saudaranya juga Malia berkuliah. Dengan kikuk ia memandangi sekitarnya, sesekali ia mengangguk samar –membalas sapaan beberapa gadis yang berlalu lalang dengan sopan."Luca!"Suara bass yang begitu familiar dalam pendengaran Luca menggema mengisi kekosongan lorong yang baru saja ia jajaki. Dengan berani Luca mengangkat kepalanya, menatap lurus ke sumber suara.Pria bertubuh tinggi tegap tengah berdiri, menunggunya di ujung lorong sana.Luca memperbesar langkahnya, dalam waktu singkat ia tiba di hadapan sang kakak yang tengah menatapnya penuh tanya."Aku baru akan menjemputmu, tapi, aku tak menemukan Leona di manapun. Kau menunggu terlalu lama?" ucap Loui panjang pendek. Terdengar kekhawatiran dalam setiap kata yang diucapkannya.Bagaimana tidak? Ini kali pertama Luca mendatanginya langsung selepas jam sekolahnya selesai. Ditambah, tatapan Luca terl
"BERHENTI! AKU MOHON!" pekik seseorang.Waktu seolah terhenti. Semua orang bergeming –terpaku mendengar teriakan tak terduga tersebut, termasuk Luca yang baru saja memijakkan kedua kakinya di atas tanah, membawa Malia dalam pangkuannya.Di sepersekian detik berikutnya, setelah masing-masing dari tersadar, satu persatu menoleh ke sumber suara.Gadis berpakaian serba ungu berlari menghampiri Loui yang kala itu masih mencengkram –berusaha mencekik leher Irina.Gadis itu tiba-tiba duduk bersimpuh –bersujud di depan kedua kaki Loui, memohon dengan sangat, agar pemuda itu melepaskan gadis bertubuh sintal yang tengah berada dalam kontrolnya.Beberapa pasang mata membola, –terkejut luar biasa mendengar permintaan tak terduga dari seorang Lyla. Tanpa terkecuali Gabe, Archie, juga Ash yang terkulai lemas. Mereka benar-benar kaget mendengar rangkaian kalimat yang diucapkan seorang Lyla Justice, gadis yang notabene tidak pernah mau terlihat lemah