"BERHENTI! AKU MOHON!" pekik seseorang.
Waktu seolah terhenti. Semua orang bergeming –terpaku mendengar teriakan tak terduga tersebut, termasuk Luca yang baru saja memijakkan kedua kakinya di atas tanah, membawa Malia dalam pangkuannya.Di sepersekian detik berikutnya, setelah masing-masing dari tersadar, satu persatu menoleh ke sumber suara.Gadis berpakaian serba ungu berlari menghampiri Loui yang kala itu masih mencengkram –berusaha mencekik leher Irina.Gadis itu tiba-tiba duduk bersimpuh –bersujud di depan kedua kaki Loui, memohon dengan sangat, agar pemuda itu melepaskan gadis bertubuh sintal yang tengah berada dalam kontrolnya.Beberapa pasang mata membola, –terkejut luar biasa mendengar permintaan tak terduga dari seorang Lyla. Tanpa terkecuali Gabe, Archie, juga Ash yang terkulai lemas. Mereka benar-benar kaget mendengar rangkaian kalimat yang diucapkan seorang Lyla Justice, gadis yang notabene tidak pernah mau terlihat lemah"Apa Leona akan kembali ke pelukan si brengsek itu?" tanya Ash pada Loui.Ash yang sejak di hutan menekan rasa ingin tahunya pun akhirnya memberani kan diri bertanya. Ternyata ia tak bisa menghiraukan rasa ingin tahunya terhadap segala sesuatu yang berhubungan dengan seorang Leona Argent.Leona memiliki pesonanya sendiri di mata seorang Ash. Gadis itu sudah memiliki tempat yang begitu rapih di dalam hati sang Alpha.Mungkin, untuk hal sepele, Ash masih bisa menghiraukan rasa ingin tahunya. Namun, untuk yang satu ini ia tak bisa. Benar-benar tak bisa. Pasalnya, rungu mendengar jelas –sangat jelas, Leona memohon pengampunan atas dirinya.Selain itu, Leona mengatakan bahwa ia akan melakukan apapun asalkan Damien dan ketiga saudaranya melepaskan Ash –menghentikan pertarungan yang terjadi di hutan.Meski Ash adalah pria yang lambat dalam memahami segala macam hal sensitif, namun agaknya untuk yang satu ini adalah pengecualian. Ia benar-benar bisa memb
"Apa yang kalian ributkan?" tanya Leona pada kedua saudara laki-lakinya. "Kalian sampai meninggikan intonasi bicara kalian. Pasti ada sesuatu, kan?" Leona mencurigai keduanya.Hening. Keduanya bungkam –diam seribu bahasa. Tak satupun dari mereka bersedia memberi jawaban, sampai akhirnya Ash angkat bicara."Hanya masalah lelaki." jawab Ash apa adanya.Tidak, bukan apa adanya. Ash hanya beralibi, namun memang yang ia katakan ada benarnya. Hal yang tengah diributkan Luca dan Loui memanglah sesuatu yang diributkan para lelaki, sebab masalah tersebut memang terjadi diantara sesama lelaki, tak ada campur tangan perempuan.Dengan sigap Leona mengangguk tak peduli. Bagaimanapun, gadis itu memang benar-benar mempercayai ucapan Ash."Kau... Sudah pulih?" Sepasang mata bulat Leona membola saat melihat sang Alpha duduk tegap dengan wajahnya yang terlihat lebih segar dari sebelumnya. Ash sudah pulih. Energinya telah kembali.Ash mengangguk yakin, lantas
Dengan napas terengah, Leona dan Ash membanting tubuh masing-masing di atas kasur pasien. Di detik berikutnya, keduanya menoleh –saling menatap dalam diam.Segera Ash menutupi dada Leona yang hampir terekspos sebagian dengan kemeja yang melekat di tubuh sang gadis, ia memasangkan kancingnya satu persatu hingga seluruh tubuh ada Leona tertutup rapat.Di sepersekian detik berikutnya, ia mengulas senyum hangatnya saat mendapati gadisnya tengah menatapnya lurus dengan senyum simpul menghiasi wajah cantiknya."Apa ini sakit?" Leona mengusap sudut kanan bibir Ash yang tampak sedikit lecet –berdarah.Ash buru-buru menggeleng. Digenggamnya jemari sang gadis, lantas diusapnya punggungan halus tangan mungil itu dengan ibu jarinya."Apa aku akan berubah menjadi seorang Hybrid? Karena seorang purebloods telah menggigitku." Ash merajuk manja.Ucapannya berhasil membuat si gadis vampire terkekeh pelan, –hampir meledakkan tawanya jika ia tak memiliki
Lyla berlari ke sana ke mari mencari Loui. Wajahnya merah padam. Marah, benar-benar marah setelah mendengar jawaban Ash tentang minuman berwarna merah seperti darah, cairan tersebut diberikan oleh si sulung Argent, Loui.Sudah tiga puluh menit lamanya Lyla menyisir hampir ke seluruh sudut kampus, mencari sosok Loui. Namun, ia masih belum menemukannya. Ia hanya bertemu Malia, bersama dua Argent lainnya –salah satunya adalah orang yang ia benci.Kesal karena pencariannya tak menemui titik terang, Lyla memutuskan untuk kembali ke study room, tas tangan miliknya masih tertinggal di sana.Namun, saat ia hendak membuka pintu ruangan, sebuah tangan besar menangkap lengannya. Dengan sepasang matanya yang membola, Lyla menoleh ke sisi kanannya –menatap orang tersebut dengan netranya yang masih terbuka lebar, memelototi orang tersebut."ARCHIE?" pekik Lyla.Dengan sigap Archie meletakkan telunjuk kiri di depan mulutnya."Ssstt. Bukankah ini study room
"Leona! Kemarilah!"Malia memekik kegirangan, ia melambaikan tangan kanannya saat melihat sosok gadis bersurai ash grey tengah menyapu pandangannya ke seluruh sudut cafetaria.Mendengar pekikan nyaring tersebut, Leona merotasikan bola matanya. Lagi-lagi gadis itu selalu berteriak dengan suara nyaringnya. Di satu sisi, ia merasa terganggu. Sebab, Leona bukanlah tipikal orang yang senang mendapat banyak perhatian dari sekitar ketika namanya diteriakkan selantang itu. Namun, di sisi lain, ia begitu senang. Karena, artinya mood Malia sedang dalam keadaan terbaiknya."Berhenti memanggilku dengan teriakan nyaringmu itu!" seru Leona ketika dirinya berhasil duduk berhadapan –sejajar dengan Malia.Malia terkekeh dengan wajah riangnya, sembari menatapnya usil dan menjawab."Tapi, kan, kau menyukai suara nyaringku." ucap Malia berbangga diri.Di detik itu juga Leona mencibir semua kalimat yang diucapkan Malia. Menyebalkan. Gadis itu tahu betul tentang hal it
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di depan sebuah rumah megah –lebih megah dari mansion baru Keluarga Argent di Mitchell Hills, Moonwood City.Luca memutar knop pintu depan rumah tersebut, lantas menggiring Loui juga Archie ke dalamnya. Charles Argent tengah duduk santai di satu-satunya sofa tunggal –mirip seperti kursi seorang raja.Segera ketiganya menghampiri Charles, lantas duduk mengelilingi Charles. Archie yang tampak bingung sejak awal, akhirnya angkat bicara –tidak tahan dengan keheningan yang menyelimuti mereka."Maaf, Charles. Aku akan langsung bertanya tentang jus merah itu." ucap Archie pada Charles terus terang.Charles mengulas senyum sembari memberi anggukkan kecil sebelum menjawab kebingungan Archie."Itu memang darah –murni darah." jawab Charles singkat.Sepasang netra bulat Archie membilak, kaget –terlalu kaget mendengar jawaban terus terang Charles. Yang dikatakan Lyla padanya ternyata sebuah ke
"Jadi, sebenarnya, Skarsgard ternyata hanya menakut-nakutimu, Archie?"Tanpa sengaja Malia meninggikan intonasinya saat Archie menarik napas panjang, setelah menyelesaikan ucapannya. Ia menceritakan semua percakapan yang ia lakukan bersama seluruh anggota Keluarga Argent. Gabe, Ash, dan Malia mendengarkan dengan seksama.Sementara Leona memilih menggoreskan beberapa macam pensil kesayangannya, pada buku polos di hadapannya. Gadis itu membuat beberapa ukiran abstrak di atas kertas putih tersebut. Jika sedang ingin mengalihkan sesuatu yang tengah dipikirkannya, Leona selalu memilih untuk menggambar atau melukis.Semua orang yang duduk satu meja dengannya tampak sibuk mengoceh tentang ini dan itu, Leona yang mulai merasa bosan dengan kegiatan menggambarnya pun memilih mengistirahatkan kedua tangannya sejenak.Namun, siapa sangka, Ash yang berada di sisi kanannya, kala itu menangkap jemari lentik tangan kirinya –menggenggamnya, lantas mengusapnya lembut.D
"Dengar, Ash. Aku bisa melindungi diriku sendiri." tukas Leona."Beri tahu aku, ke mana kau akan pergi? Setidaknya kami tahu harus encarimu ke mana, jika tiba-tiba kau tak pulang bahkan tak memberiku kabar." Ash mengajukan sebuah syarat secara spontan.Bagaimana pun, Ash memang sangat ingin tahu ke mana gadisnya itu akan pergi seorang diri. Sebab, ia memiliki firasat buruk tentang itu."Aku akan menemui Damien. Damien Skarsgard." jawab Leona sigap.Setelah melemparkan senyum simpulnya, Leona melesat sebelum Ash memberikan kalimat penawaran atau mungkin pencegahan. Gadis itu benar-benar tak mau ditemani, bahkan diikuti oleh siapapun, termasuk Ash dan kedua saudaranya.Ash mendesah pasrah melihat gadisnya pergi tanpa mau ditemani apalagi dicegah. Mereka memang sepasang kekasih, tapi itu hanya status yg awalnya mereka buat hanya untuk menghindari Damien Skarsgrad. Dan itu sama sekali tak berhasil membuat Damien berhenti mengganggu mereka, termasuk Leona.
Sejak kejadian hari itu Lyla tak pernah muncul di manapun, bahkan nomer ponselnya tak aktif. Bahkan bibi, paman, juga kakak sepupunya tak pernah tahu Lyla pergi ke mana. Yang mereka tahu, malam itu Lyla hanya berpamitan untuk pergi menemui seseorang dengan berbekal long coath ungu kesayangannya.Tiga bulan lamanya, seluruh anggota kepolisian dikerahkan untuk mencari Lyla. Namun seharipun, segala usaha yang mereka lakukan tak membuahkan hasil. Nihil.Dan pada akhirnya, seluruh anggota Keluarga Justice menyerah untuk mencari Lyla. Namun mereka tetap memasang iklan berbayar yang ditayangkan di seluruh stasiun Televisi Nasional dan Swasta tentang hilangnya salah satu anggota keluarga mereka.Di sisi lain, Archie yang masih belum bisa mengurangi rasa sukanya pada Malia memilih untuk mengencani gadis manapun. Hingga hari ini, identitas baru Archie sebagai seorang Hybrid masih dirahasiakan —tidak diungkapkan secara terang-terangan. Hanya saja, ketika ada yang bertanya, ia akan men
Ash memberikan seluruh atensinya pada Rosalie, mengunci tatapannya pada wanita berpakaian serba merah di hadapannya. Ia tahu, meski Rosalie tampak pasrah, sebagai seorang ibu, Rosalie ingin mengerahkan seluruh kekuatan yang dimilikinya untuk menemukan di mana jasad putri kesayangannya berada.Saat itu juga, setelah masing-masing memberi anggukkan sepakat, mereka berpencar menyusuri hutan pada garis lurus —sejajar demi memudahkan titik temu saat mereka menemukan apa yang mereka cari. *** Di Kastil Skarsgard Gabe bersama dua kawanannya tampak khawatir menyaksikan sebagian gedung kokoh itu ambruk sebagian. Tidak seperti yang dikatakan Loui sebelumnya. Alih-alih dilalap si jago merah, bangunan klasik itu justru luruh sebagian.Sang Beta mengelilingi setiap sudut bangunan kastil, mencari jalan masuk aman sekedar untuk memberikan pertolongan pada si sulung Argent yang masih berada di dalam sana.Saat ia hendak membawa keempat tungkainya memasuki salah
Rosalie hanya mengangguk ketika mendengar segala macam informasi yang disampaikan pria bertubuh tinggi besar di hadapannya.Ia mengabarkan tentang perkelahian yang terjadi antara Ash, Damien dan Leona. Dan sang gadis menjadi satu-satunya korban dalam kejadian tersebut.Sementara Stefan juga Charles hanya bisa menghela napas, Malia menjadi satu-satunya yang meneteskan air mata, serta Luca tampak begitu marah ketika mendengar seluruh rentetan kejadiannya."Bagaimana dengan Loui?" tanya Malia pada pria besar di hadapan mereka.Sang gadis tampak begitu mengkhawatirkan keadaan si Sulung Argent yang kini telah menjadi bagian dari Keluarga Skarsgard."Apakah Loui baik-baik saja di sana?" tanya Malia lagi.Pria itu bungkam, tak bisa memberikan jawaban pasti pada gadis bertubuh mungil di hadapannya, sebab ia belum sempat memasuki Kastil Skarsgard ketika tiba di depan perbatasan.Di sepersekian detik berikutnya ia mengendikkan bahunya, lantas memberikan sebu
Dengan tenang Loui melepas cengkraman Irina dalam satu kali sentakan, lantas menarik selembar penutup besi di sisi tungku —menutup lubang tersebut dengan segera.Dalam sekejap lubang besar itu tertutup sempurna. Loui hanya bisa mendengar teriakan Irina setelah tungku perapian itu berhasil disumpal lembaran besi tebal."Maaf, Irina. Ini bukanlah hari kematianku." monolog Loui sebelum akhirnya ia beranjak menuruni tangga dan mencari sisa penghuni kastil tersebut. Lucien, dan Victoria tentunya.***Hutan yang sebelumnya dijadikan tempat bertarung oleh Ash dan Damien kembali hening seperti sebelum tersentuh oleh keduanya. Hanya terdengar suara kicauan burung hantu ketika malam bertugas menggantikan segala kicauan riang yang hanya muncul ketika langit terang.Sepasang kaki memasuki hutan, sesekali menghentikan langkahnya sembari memperhatikan sekitar —memindai setiap sudut yang ada.Sang pemilik tungkai kembali bergerak menuju sat
CRASH!Damien memisahkan kepala sang gadis dari tubuhnya dalam satu tarikan kuat. Di saat yang sama Ash berbalik. Tubuhnya mematung melihat sebelah tangan Damien memegangi kepala sang gadis yang telah terpisah dari tubuhnya."Take this!" Damien melemparkan kepala sang gadis pada Ash yang tengah mematung di sebrang sana. "Have fun with her!"Damien tertawa. Suara husky-nya menguar, memenuhi segala keheningan dan kegelapan yang mulai menyelimuti hutan.Ia masih enggan meninggalkan tempat tersebut —ingin melihat reaksi seperti apa yang akan ditunjukkan sang Alpha ketika melihat gadisnya sudah tak bernyawa karena ulahnya.Ash spontan menangkap apa yang dilemparkan Damien ke hadapannya. Dipeluknya, lantas dipandanginya wajah sang gadis yang terlihat jauh lebih pucat. Diusapnya kelopak mata sang gadis yang semula tertutup.Beberapa detik setelah Ash membawa tungkainya ke tempat di mana tubuh sang gadis tumbang. Dengan tangannya yang gemetar, san
"Pulanglah. Aku tahu apa yang harus kuperbuat."Suara baritone itu terdengar tegas dan dalam. Lain dari biasanya. Tidak seperti Ash yang dikenalnya. Bahkan sorot tajamnya tampak lain. Gelap. Seperti yang ditunjukkan Damien ketika menyaksikan segala keintiman yang mereka tunjukkan di hadapannya.Tanpa mengatakan apapun kedua pemuda itu bergeser dan berbondong-bondong menuju hutan pinus di belakang perbukitan.Leona mengejar, namun dengan sigap —tanpa mempertimbangkan segala macam resikonya Damien mengibakan sebelah tangannya pada gadis yang tengah berusaha membututinya dan Sang Alpha.Sang gadis terlempar jauh —berguling dari puncak bukit. Di sepersekian detik berikutnya Damien kembali mengibaskan tangannya, lantas membuat sebuah gerakan seperti tengah mengikat sesuatu dari kejauhan. Di saat yang sama Leona mengerang ketika tubuhnya terasa seperti diikat.Ash berbalik, melompat ke udara dengan sebagian tubuhnya yang mulai ditumbuhi bulu abu-abu, l
"I said, can't you stop talking?"Untuk kesekian kali Leona kembali mengulangi ucapannya. Ia menginginkan hal lain daripada mengobrol dengan pemuda yang tengah berada dalam rengkuhannya."Will do. But, can you promise me something?"Sorot mata Ash tampak begitu serius. Lain dari yang ia tunjukkan sebelumnya. Ia tengah bersungguh-sungguh dengan ucapannya, menginginkan sang gadis untuk menjanjikannya sesuatu.Leona menarik napas panjang sebelum kembali bersuara dan menjawab permintaan sang Alpha. "Go on. Say it." tantangnya."Let me set you free. Will you?" balas sang Alpha dengan segala kesungguhan yang dituangkannya melalui tatapan.Leona mengernyit bingung. Kedua pangkal alisnya hampir menyatu —bertemu di titik yang sama. Ia tergugu-gugu. Bukan enggan menjawab, hanya saja, ia tahu maksud sesungguhnya dari ucapan sang Alpha.Leona sadar bahwa Ash tahu apa yang tengah di hadapinya saat ini. Melalui sorot tajamnya, ia memberikan sebuah tanda ya
Hening. Gadis di hadapannya itu tak memberikan jawaban apapun. Bahkan tatapannya tampak kosong tanpa ekspresi apapun. Terlihat dingin dan menyeramkan dalam satu waktu.Sadar dengan atmosfir tersebut, Ash memilih memakaikan sebuah helm ke atas kepala Leona dengan sangat hati-hati hingga terpasang dengan benar —melindungi salah satu bagian berharga di tubuh sang gadis.Setelah berhasil memakai pelindung kepala, Ash naik ke atas motornya —menyalakan mesin, lantas mengulurkan tangan kanannya ke hadapan sang gadis dengan maksud memberi bantuan untuk menaiki kuda besinya yang berperawakan tinggi besar, agak sulit untuk dinaiki para gadis.Ash menancap gas setelah Leona duduk dengan aman di balik punggungnya sembari memeluknya dari belakang. Gadis itu bungkam, tak mengatakan apapun, bahkan wajahnya tak hidup seperti sebelumnya. Meski tak merasa melakukan sesuatu hal yang menyinggung bahkan menyakiti hati Leona, Ash memilih menepi di bahu jalan dan mengajaknya ber
Ash terus menerus mengulas senyum —memandangi pantulan dirinya di cermin, sudah 15 menit lamanya ia melakukan hal tersebut. Ia terus memandangi seluruh aspek yang ada pada dirinya, dari ujung kepala hingga ujung kaki —termasuk pakaian yang melekat di tubuhnya saat itu.Jika bergeser sedikit ke belakang, persis di balik punggungnya Ash menyembunyikan setumpuk pakaian yang telah dicobanya sejak 30 menit yang lalu.Ia benar-benar sibuk memilah pakaian dan tampilan apa yang cocok ia gunakan untuk menemui Leona, melakukan segala macam hal dengan sang gadis selama satu hari penuh, seperti yang ia janjikan padanya beberapa hari lalu.***"Bisakah kita piknik ke perbukitan —tempat favorit kedua orang tuamu, Leona?"Sepasang mata bulat Leona memicing, mencurigai sesuatu. "Apa kau sedang berusaha mengajakku berkencan?" selidik Leona percaya diri.Tanpa ragu Ash mengangguk, lalu memberi respon, "Jika ya, apa kau akan menolak?"Alis