Ash adalah tipe laki-laki yang apa adanya. Ia tidak senang mengurusi hal rumit, apalagi mengurusi hal yang di luar kendalinya. Namun, saat Loui memintanya untuk bekerja sama dengan Leona, bahkan memintanya untuk saling menjaga satu sama lain, entah mengapa ia hanya bisa menurut tanpa bertanya.
Mungkin, Ash mengiyakan permintaan Loui begitu saja karena Loui tengah mengontrol pikirannya, atau mungkin ia tidak sedang ingin berdebat bahkan memperkeruh suasana seperti yang beberapa hari lalu ia lakukan pada saat mendatangi Mitchell Hills. Kediaman Keluarga Argent.
Namun, seperti yang Loui katakan sebelumnya, ia akan mengetahui langsung alasan mengapa ia dan Leona harus saling menjaga satu sama lain.
Pertama karena ia adalah seorang Alpha terakhir dari garis keturunan Keluarga Cooper, dan Leona adalah seorang purebloods terakhir dari garis keturunan Keluarga Argent.
Baik Keluarga Cooper 'pun Keluarga Argent, keduanya meru
Siang itu Leona dan Malia menghabiskan waktu senggang mereka dengan membaca buku di perpustakaan kecil dalam rumah mereka. Kegiatan itu sudah mereka lakukan selama tiga hari belakangan. Sekolah sengaja diliburkan –jalanan tertutup salju akibat badai besar yang terjadi beberapa hari lalu.Selama tiga hari itu pula Leona berusaha keras untuk mengubah umpatannya dengan kalimat-kalimat baik atau menutup rapat mulutnya saat ia tidak bisa menemukan kalimat baik yang harus akan diucapkannya. Sekali saja Leona mengumpat, satu persatu benda kesayangannya akan dibakar Malia –habis tak bersisa –sesuai kesepakatannya.Tanpa sengaja Malia mendengar perdebatan kecil antara Leona dan Ash. Ah, sebenarnya tidak tepat jika itu disebut tanpa sengaja mendengar. Sebab volume suara Leona dan Ash saat itu terdengar cukup keras, sehingga Malia beserta Archie dan Ga
"Bantu aku dan Kak Loui. Ibu meminta kita membuatkan cream soup untuknya." ucap Luca pada Leona.Leona merotasikan bola matanya dengan kesal seraya merapikan bajunya yang sedikit berantakan, lalu bangkit dari tempat duduknya. "Baiklah. Aku akan membantu kalian." jawab Leona pasrah.Kedatangan Luca di perpustakaan membawa sedikit angin segar untuk Malia. Malia merasa begitu lapar dan mulai jenuh. Tapi karena sudah berjanji untuk menemani dan membantu Leona mengontrol segala macam emosinya, Malia tak bisa meninggalkannya sendirian begitu saja.Namun, saat Leona hendak menyusul Luca yang telah lebih dulu meninggalkan ruangan, Malia tiba-tiba saja menahan pergerakan Leona. "Biar aku saja. Sepertinya ada seseorang yang datang dan ingin menemuimu." Dengan sigap Malia berlari keluar menyusul Luca. Ketika Malia
Pagi itu, kediaman Keluarga Argent terlihat lebih sepi daei biasanya. Hampir semua penghuninya pergi berburu ke hutan, kecuali Luca dan Malia. Mereka masih asyik bergumul dengan selimut tebal di kamar masing-masing."Eungh!" Malia menggeliatkan tubuhnya ke sisi kiri, lalu berguling ke sisi kanan seraya mengulurkan tangan kanannya ke side table, meraba-raba seluruh permukaan atasnya, mencari benda pipih kesayangannya yang entah sejak kapan menelungkup di atas karpet bulu disamping ranjang.Gadis itu kembali menggeliat sembari menurunkan kedua kaki mungilnya dari tempat tidur. Ia kembali mengerang saat kaki kanannya tanpa sengaja menginjak benda yang ia cari sejak tadi. "Aduh!" pekiknya kesal.Malia segera mengangkat kakinya, lalu membungkuk dan mengangkat ponselnya dari atas karpet. Ia mengecek beberapa pesan yang masuk ke ponselnya, namun tiba-tiba cairan kemerahan menyelinap keluar dari salah satu lubang hidungnya.Segera ia menundukkan kepalanya dan mencari
BUKH!Malia terpental. Jatuh terduduk saat tubuh mungilnya berhasil menabrak seseorang yang juga tengah berlari dari arah lain. Gadis itu memekik sembari mengusap-usap bokongnya saat berhasil bangkit dan kembali berdiri tegak."Kenapa berlari, huh?" tanya Leona. Ia keheranan saat menangkap gelagat aneh yang ditunjukan Malia padanya.Tidak biasanya gadis itu bertingkah mencurigakan seperti itu. Pasti ada sesuatu. Pikir Leona.Malia menaikan pandangannya. Menatap seseorang yang tengah berdiri tegak dengan tubuh menjulang di hadapannya. Ia tertawa kecil saat Leona melipat kedua tangannya dan menatapnya penuh tanya."Butuh teman bicara, 'kan?" tanya Leona.Malia mengangguk ragu. Ia segera membawa tungkainya mengikuti Leona yang telah berjalan lebih dulu menuju kamarnya.Kedua gadis itu duduk berdampingan di tepian ranjang. Lalu secara serempak keduanya merebahkan tubuh masing-masing dan menatap kosong langit-langit kamar yang nampak begit
Luca dimasukan ke dalam ruangan khusus. Ia menunduk lesu saat mengingat kembali kebodohan yang sebelumnya ia lakukan pada Malia.Jika keluarganya telat datang dan bertindak, mungkin Malia sudah terbunuh. Ia bersyukur atas hal itu, dan di saat bersamaan ia merasa malu karena masih belum mampu mengendalikan dirinya dengan baik. Seperti kedua kakaknya, juga ibunya, Rosalie.Satu persatu anggota Keluarga Argent meninggalkan ruang isolasi. Masing-masing dari mereka menutup ketiga lapis pintu yang menjadi pengaman ruangan itu. Namun tak lama seseorang kembali datang dan membuka satu persatu pintu tersebut. Menutupnya kembali dan berdiri tegak di hadapan Luca sambil melipat kedua tangannya."Ikut aku!" tegas Leona. "Aku tidak pernah setuju setiap kali kau minta untuk di kurung seperti ini." lanjutnya. "Kau harus berlatih, Luca!"Luca mendongak, menatap sang kakak yang nampak begitu menjulang di hadapannya. Leona terlihat lebih serius dari biasanya. Gadis itu men
"Mau kuhajar atau bicara, hm?" ancam Leona sembari mencengkram salah satu bahu Luca. Leona melemparkan tatapan nyalangnya pada Luca, membuat sang adik bergidik ngeri saat beradu tatap dengannya. Segala kelembutan yang Leona tunjukan beberapa waktu lalu lenyap bersama dengan iris matanya yang berubah warna. Berevolusi. Tahap pertama iris mata Leona mulai menguning dengan tone yang lebih terang. Di tahap selanjutnya tampak terlihat seperti langit senja, jingga dengan sedikit tone kemerahan di sisi luarnya. Lalu warna merah yang menghiasi sisi luar itu menjalar, mengubah keseluruhan warna pada iris mata Leona. Merah semerah bulan darah saat mencapai puncaknya. Pada dasarnya semua vampire memiliki warna iris yang sama. Merah ketika tengah berada dalam jiwa mereka yang sesungguhnya. Dalam keadaan terancam, atau saat hampir-akan-dan sedang marah. Iris mereka berwarna merah. Namun hanya para purebloods yang memiliki iris merah menyala. Seperti Leona, ayahnya
"Truth or dare!" Seru Archie sembari mengangkat tangan kanannya tinggi-tinggi.Ash, Gabe dan Lyla terperanjat kaget saat rungu mereka mendengar seruan Archie yang terdengar seperti sebuah ajakan perang.Bagaimana tidak? Saat itu mereka berempat tengah berkutat dengan setumpuk buku dan alat tulis masing-masing. Mereka sedang berada di tengah-tengah kegiatan belajar kelompok.Semua orang benar-benar fokus pada pekerjaannya masing-masing, dan Archie menjadi satu-satunya orang yang mulai terlihat bosan dengan keheningan yang mereka ciptakan sejak empat puluh lima menit yang lalu. Archie sudah berusaha keras menahan kantuk dan rasa bosannya. Tapi, sepertinya usahanya telah kalah dengan rahangnya yang berusaha keras mengajaknya untuk mengeluarkan sebuah uapan keras."Hoaaammmz!"Archie menguap sembari merentangkan kedua tangannya. Dan tanpa sengaja memukul kepala Ash dan Lyla yang saat
Setelah memarkir motornya di tempat tersembunyi, tak jauh dari pintu masuk menuju hutan, Ash berlari dengan tergesa –melesat menuju rute yang biasa ia dan Leona lalui menuju kabin. Tempat mereka menghabiskan waktu bersama.Sesuai dugaan. Leona berada di depan kabin, duduk di tempat biasa. Anak tangga kedua selalu menjadi tempat favorit Leona. Kedua lengannya sengaja ia sandarkan sedikit pada anak tangga nomor empat, anak tangga paling atas yang menyatu dengan lantai depan kabin.Gadis itu mengubah posisi duduknya saat menyadari keberadaan Ash di sana. Kedua alisnya terangkat naik, membuat pangkalnya nampak hampir menyatu. Bingung.Sepertinya Leona tak menghubungi bahkan tak memberi tahu siapa pun bahwa ia akan datang ke kabin untuk menyendiri seperti sekarang ini. Bisa-bisanya Ash datang padanya dengan wajah sedikit di tekuk, seperti sedang mencemaskan sesuatu."Are you alright?" tanya As